Mohon tunggu...
Fadiah Salsa Nabilah Putri
Fadiah Salsa Nabilah Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Life go on

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Efektivitas Pembelajaran Daring Selama Pandemi Covid-19

5 Januari 2022   08:11 Diperbarui: 5 Januari 2022   15:18 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Sistem pembelajaran daring adalah sistem pembelajaran dimana guru dan siswa tidak secara langsung bertatap muka menggunakan internet. Ancaman virus corona atau covid-19 yang telah menyerang negara-negara di dunia, termasuk Indonesia, berdampak signifikan terhadap aktivitas kehidupan berbagai sektor. Pendidikan merupakan salah satu sektor yang mengalami pengaruh seperti ini, dan masyarakat dapat merasakannya secara langsung. Kegiatan belajar mengajar yang biasanya dilakukan secara tatap muka di sekolah kini harus dilakukan secara online, sebagai pembatasan kegiatan masyarakat untuk mencegah penyebaran virus Covid-19.

Bagi saya, kegiatan belajar online adalah hal baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pembelajaran online secara fisik memisahkan guru dan siswa, namun mereka berkumpul di dunia maya melalui berbagai perangkat dan aplikasi yang menghubungkan keduanya. Pembelajaran daring ini sejalan dengan imbauan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI melalui Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 untuk menerapkan kebijakan pendidikan di masa darurat penyebaran Covid-19.

Sistem pembelajaran daring menuntut guru dan siswa untuk menguasai dan menggunakan teknologi dan informasi. Media pembelajaran online seperti Zoom, Google Meet, dan Google Classroom dirancang untuk berinteraksi dengan guru dan siswa di dunia maya. Demikian pula media yang digunakan untuk penilaian pembelajaran online, seperti Quizizz.

Pembelajaran daring yang dirancang oleh guru bukan tanpa masalah. Permasalahan yang muncul bukan hanya media pembelajaran saja, tetapi juga ketersediaan jaringan dan kuota yang membutuhkan biaya yang cukup besar bagi guru dan siswa untuk menggalakkan pembelajaran online. Di beberapa daerah, sinyal jaringan tidak tercakup, dan permintaan kuota pembelian online meningkat. 

Bagi sebagian masyarakat berpenghasilan rendah, peningkatan permintaan kuota belajar online memberikan dampak yang signifikan, apalagi jika keluarga memiliki dua atau tiga anak yang bersekolah, tentu akan lebih banyak permintaan, tidak hanya kuota, tetapi juga peralatan (ponsel Android). Meski dalam hal ini, pemerintah berusaha memberikan subsidi kuota online untuk guru dan siswa setiap beberapa bulan, ternyata tidak dimanfaatkan secara maksimal.

Masalah tidak berhenti sampai di situ, masih ada masalah lain terkait media pembelajaran daring yang digunakan guru yang belum dipahami siswa. Bahkan mungkin ada guru yang masih gagap tentang media pembelajaran dan penilaian online yang digunakan. Keadaan seperti itu jelas akan mengurangi makna belajar, sehingga isi yang disampaikan guru tidak dapat diterima oleh siswa. 

Di sinilah guru perlu meningkatkan keterampilannya dalam menguasai media pembelajaran yang digunakan dan penilaian online. Berbagai lembaga memberikan banyak pelatihan untuk meningkatkan kemampuan teknis guru, baik gratis maupun berbayar, dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan guru.

Di sisi lain, pembelajaran daring telah mengubah paradigma peran dan tanggung jawab orang tua kepada guru sekolah. Keberhasilan pendidikan siswa pada awalnya tergantung pada guru sekolah. 

Dalam pembelajaran daring semacam ini, orang tua lebih berperan dalam pengawasan dan pendidikan di rumah, sehingga orang tua benar-benar merasa seperti menjadi guru di rumah, hal ini tidak dapat dilakukan oleh semua orang tua dengan keterbatasan. 

Karena anak tidak serius mengikuti pembelajaran, orang tua menjadi tidak sabar terhadap anaknya, yang seringkali menimbulkan konflik antara guru dan siswa di rumah. Hal ini membuat orang tua menyadari betapa sulitnya mendidik siswa dengan berbagai latar belakang karakter yang berbeda. Pada akhirnya, banyak orang tua yang berharap anaknya bisa kembali bersekolah.

Sebenarnya di masa pandemi Covid-19 atau masa new normal tidak ada masalah dengan model pembelajaran daring, karena model pembelajaran ini sebenarnya sangat mudah untuk dilakukan, apalagi saat ini. Jadi, tinggal bagaimana mengemas pembelajaran online semacam ini agar lebih efektif dan bekerja lebih baik, dan itulah yang harus dilakukan. K

emajuan teknologi negara kita sudah mulai menunjukkan kemajuan yang pesat. Internet sudah mulai masuk ke pedesaan dan mudah diakses, sehingga dapat mengatasi kendala yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan pembelajaran online. Langkah yang lebih maju ini memerlukan perbaikan terus-menerus, agar mahasiswa juga dapat merasakan manfaat dari kemajuan teknologi.

Pada analisis akhir, efektivitas pembelajaran daring yang dilakukan selama ini tergantung pada peran pemerintah, guru, orang tua dan siswa. Pemerintah turut serta menyiapkan infrastruktur jaringan internet untuk daerah yang tidak terjangkau dan menyediakan peralatan (gadget) bagi siswa miskin. 

Guru harus memiliki kemampuan menguasai teknologi, kreatif dan inovatif, serta memberikan pembelajaran yang efektif dan berkualitas tinggi kepada siswa. Peran orang tua sangat penting dalam membantu, memotivasi dan mengawasi kegiatan belajar anak yang sebelumnya dilakukan oleh guru. Di masa pandemi ini, siswa harus memiliki kedisiplinan dan motivasi yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran.

Memang benar bahwa kita harus mengevaluasi sejauh mana kita mengukur keberhasilan melalui pembelajaran daring, dan mencari tahu seberapa bermanfaat pembelajaran daring bagi siswa. Namun, jangan hanya digunakan untuk membuktikan bahwa kegiatan tersebut akan dianggap tidak berguna, tidak penting, boros, dll di masa depan. 

Jika itu alat ukur yang jelas untuk pembelajaran daring, apalagi jika guru memberikan pekerjaan rumah melalui WA, akan dianggap sangat memberatkan karena siswa harus membeli kuota dalam jumlah besar. Banyak orang tua yang mengeluh sebelumnya bahwa membeli kuota belajar daring dalam jumlah besar membutuhkan biaya tambahan. 

Lalu bagaimana cara yang paling efektif di masa pandemi Covid-19 ini? Mencermati hal ini, keduanya dianggap saling menguntungkan dan tidak membebani siswa dan guru. Tentu saja, kita perlu menemukan solusi yang tepat. Selain itu, beberapa pemerhati pendidikan mencontohkan sebagian besar guru kita belum siap menggunakan model pembelajaran daring.

Namun, pembelajaran daring tidak selalu berdampak negatif. Sisi positif dari pembelajaran daring ini adalah guru dan siswa semakin lekat dengan teknologi informasi. Dengan penerapan teknologi informasi dalam pembelajaran, orang tua dan anak memiliki ikatan emosional yang lebih baik, dan mereka sering berdiam diri di rumah. Interaksi langsung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun