Mohon tunggu...
Fadia Azzahra
Fadia Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa S1 Psikologi Soegijapranata Catholic University.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Viral Video Penghuni Kost Menimbun Sampah, Apakah Benar Hoarding Disorder?

19 November 2023   15:17 Diperbarui: 20 November 2023   22:50 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Internet sempat dihebohkan dengan beredarnya sebuah video di sosial media, hal yang menggemparkan dan membuat video ini viral adalah karena kondisi kamar kos yang sangat berantakan dan dipenuhi sampah. Video ini diunggah pertama kali oleh pemilik akun tiktok @martasiahaan98 dan dilihat oleh lebih dari 50 juta pengguna internet. Dalam video tersebut terlihat kamar kos dipenuhi dengan sampah-sampah yang berserakan dan menimbun di dalam kamar bahkan hingga di atas kasur, terlihat juga lantai yang kotor dan tumpukan baju yang menutup saluran pembuangan air di kamar mandi sehingga air menggenang hingga keluar kosan. 

Tidak hanya sekali atau dua kali kejadian seperti ini terjadi, sosial media sebelumnya sempat beberapa kali dihebohkan dengan kasus yang mirip. Akibat banyaknya kasus seperti ini, muncul banyak pertanyaan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada mereka yang suka hidup dengan timbunan sampah? Beberapa menyamakan kondisi ini dengan perilaku malas bahkan jorok, tapi apakah perilaku ini hanya sekedar kemalasan? Untuk menjawab pertanyaan mengenai apa yang sebenarnya terjadi pada orang-orang tersebut, mari berkenalan dengan sebuah gangguan yang disebut hoarding disorder. 

Pedoman Diagnosis

Sebelum memulai pembahasan tentang peristiwa ini maka kita akan memulai dengan membahas apa saja pedoman yang digunakan untuk mendiagnosis gangguan mental. DSM-V merupakan kepanjangan dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder edisi ke 5, singkatnya DSM-V merupakan pedoman diagnostik gangguan mental yang dikeluarkan oleh APA (American Psychiatric Association). Selain DSM-V di Indonesia sendiri terdapat buku Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III yang dikeluarkan oleh kementrian kesehatan. Menggunakan pedoman ini, penulis melakukan analisis pada video viral penimbunan sampah di kos untuk kemudian dikaitkan dengan gangguan Hoarding dan gangguan mental lainnya.  

Indikasi Hoarding Disorder

Dilihat dari kondisi kamar kosan yang terlihat sangat kotor dan barang-barang bahkan sampah yang dibiarkan menumpuk di kos ini, kami dapat mengindikasikan bahwa penghuni kamar kosan tersebut memiliki gangguan hoarding. Apa itu hoarding disorder? Hoarding disorder merupakan suatu gangguan perilaku dimana penderitanya suka menimbun atau menyimpan sampah dan barang-barang lainnya karena mengalami kesulitan dalam membuang dan merasa perlu menyimpan barang-barang tersebut karena merasakan adanya keterikatan secara emosional. Barang-barang yang dimaksud dalam hal ini merupakan barang-barang yang sudah tidak berguna atau dalam kata lain sampah. Misalnya saja, seseorang dengan gangguan Hoarding dapat menyimpan botol plastik bekas minuman hanya karena dia meminumnya bersama orang yang dianggap berharga. 

Dalam video yang diunggah oleh akun @martasiahaan98 tersebut tercantum bahwa penghuni kosnya memang biasa menutup kamar dan tidak mengijinkan siapapun untuk masuk. Sejalan dengan penjelasan tersebut, seseorang dengan gangguan Hoarding merasa malu dengan timbunan barang-barang yang ada di rumahnya, ini menyebabkan mereka tidak membiarkan orang lain masuk ke dalam tempat tinggalnya. Kondisi barang-barang yang tertimbun ini menyebabkan tidak adanya ruang untuk beristirahat, hal ini seperti yang terlihat dalam video dimana tempat tidur dari penghuni kos terlihat penuh dengan barang-barang dan sangat kotor.

Menurut DSM-V seseorang dengan Hoarding disorder mengalami kesulitan dalam membuang barang-barang miliknya, kesulitan ini berdasarkan perasaan perlu untuk menyimpan barang tersebut dan stres ketika membuangnya. Selain karena adanya keterikatan emosional alasan lain seorang penderita gangguan Hoarding menyimpan barang-barang tersebut adalah karena merasa bahwa sampah atau barang-barang itu masih bisa digunakan, namun pada kenyataannya mereka tidak menggunakan sampah tersebut dan hanya membiarkannya tidak terawat. Penumpukan barang ini menyebabkan terbatasnya ruang kehidupan sehingga tempat tinggalnya tidak lagi dapat berfungsi sebagaimana seharusnya. Seseorang dengan gangguan Hoarding memiliki kesulitan untuk berpisah dengan barang-barang tersebut yang membuat mereka memilih untuk menyimpannya sehingga menumpuk dan kesulitan untuk beraktivitas bahkan bergerak leluasa di tempat tinggalnya, misalnya ketika sampah menumpuk di rumah sampai tidak ada ruang bagi seseorang untuk tidur, duduk, dan berjalan di dalam rumah. Penimbunan menyebabkan gangguan yang signifikan secara klinis dalam bidang sosial, pekerjaan, dan fungsi penting lainnya, termasuk menjaga lingkungan yang aman untuk diri sendiri maupun orang lain. Dalam beberapa kasus rumah seseorang dengan Hoarding Disorder terlihat hampir roboh, bahkan beberapa kasus mencatatkan seseorang ditemukan tidak bernyawa akibat tertimbun barang-barangnya, selain itu tempat tinggal yang banyak menimbun sampah berpotensi menjadi sarang penyakit sehingga tidak aman bagi penghuninya.

Diagnosis Banding

Tidak hanya Hoarding disorder saja yang memiliki gejala penimbunan barang-barang. Penimbunan dalam video juga bisa didasari oleh gangguan mental lain dikarenakan penimbunan juga bisa menjadi simptom dari OCD, Major Depression Episode, dan gangguan psychotic. 

Apabila penimbunan ini tidak diinginkan dan dirasa menyusahkan serta dilakukan karena adanya obsesi tertentu maka bisa jadi terindikasi OCD. Penderita OCD umumnya memiliki obsesi tertentu dalam menyimpan barang, misalnya barang yang tidak sengaja tersentuh agar tidak menulari orang lain maka akan ia simpan sehingga menumpuk di tempat tinggalnya atau ketakutan akan ada hal buruk lain yang akan terjadi apabila dia membuang barang tersebut sehingga mereka memilih untuk menyimpannya.

Apabila penimbunan barang dilakukan karena rasa kelelahan dan tidak ada energi untuk melakukan apapun bahkan sekecil membuang barang maka bisa jadi terindikasi memasuki episode Major Depression. Tidak hanya penimbunan, seseorang dengan episode Major Depression kehilangan motivasi untuk melakukan apapun bahkan pada hal yang sebelumnya ia sukai. Sementara, apabila penimbunan barang dilakukan karena adanya delusi dan halusinasi disertai rasa gelisah maka kemungkinan ada indikasi munculnya gangguan psychotic. 

Selain dengan gangguan mental lain, Hoarding Disorder juga memiliki kesamaan dengan seorang pengoleksi barang-barang. Seseorang kolektor dan pengidap gangguan Hoarding sama-sama suka menyimpan barang-barang di tempat tinggalnya, namun kedua kegiatan ini jelas berbeda. Kolektor mengumpulkan barang tertentu yang memang dia sukai. Contohnya, uang jadul, piringan hitam, perangko, dll. Kolektor juga merawat barangnya dengan telaten. Sedangkan, pada penderita Hoarding Disorder mereka membiarkan barang-barangnya tidak terurus dan menimbun hingga mengganggu ruang hidup kesehariannya. Barang yang disimpan oleh pengidap Hoarding biasanya irasional dan tergolong sampah, seperti gelas plastik, styrofoam, tas plastik, tisu bekas, dll. Selain itu mereka yang hobi mengoleksi barang-barang suka membicarakan barang-barang koleksinya sementara seseorang dengan gangguan Hoarding merasa malu dengan keberadaan barang-barang tersebut dan enggan memperlihatkannya pada orang lain. Selain itu penimbunan dapat dikatakan gangguan apabila mengganggu keberlangsungan hidup dan mengganggu aspek-aspek kehidupan lainnya, sementara kolektor merasa senang dan tidak terganggu dengan barang-barang koleksinya.

Apakah hanya sebuah kemalasan?

Beberapa orang dalam komentar unggahan video tersebut juga mengklaim bahwa penimbunan itu merupakan perilaku malas dan jorok. Namun, Hoarding disorder bukanlah sekedar kemalasan, seseorang yang malas tidak memiliki keterikatan emosional dengan barang-barang tersebut, mereka hanya enggan dan akan membersihkannya nanti, misalnya seseorang yang malas akan membersihkan rumahnya ketika akan kedatangan tamu. Berbeda halnya dengan seseorang yang memiliki gangguan Hoarding, mereka mengalami kesulitan untuk membuang benda-benda tersebut dan malu dengan kondisi tempat tinggalnya sehingga mereka tidak ingin seseorang datang ke tempatnya. Selain itu, dilihat dari banyaknya barang, seseorang dengan Hoarding disorder menyimpan banyak sekali barang, bahkan sampai menyita banyak ruang dan kehilangan fungsi tempat tinggal yang seharusnya, sementara orang yang malas akan membersihkan rumahnya ketika sampah-sampah itu mulai mengganggu dirinya. 

Tidak dapat dipastikan apakah penghuni kos dalam video tersebut menderita Hoarding disorder atau gangguan mental lain, untuk itu perlu dilakukan assessment lebih lanjut dengan para ahli. Hal ini dikarenakan banyaknya gangguan mental yang juga memiliki simtom penimbunan barang-barang, dengan kata lain masih banyak simtom atau gejala yang mirip antara satu gangguan dengan gangguan lainnya. Namun, berdasarkan video yang beredar dan informasi tertera pada akun tiktok tersebut dapat diindikasikan penghuni kos memiliki Hoarding disorder. Indikasi ini didasari oleh penimbunan yang dilakukan oleh penghuni kos yang mungkin dilatarbelakangi kesulitannya dalam membuang barang-barang tersebut, hilangnya fungsi tempat tinggal dilihat dari kasur yang penuh dengan sampah, penghuni kos yang enggan memperlihatkan kondisi kamar kosnya, dan kamar kos yang sangat kotor sehingga membahayakan keamanan penghuni kos tersebut.

Penanganan untuk Hoarding Disorder

Penanganan untuk Hoarding Disorder dapat dilakukan salah satunya dengan intervensi psikoterapi. Psikoterapi CBT (Cognitive Behavioral Therapy) sangatlah membantu. Terapi dapat dilakukan dengan mengurangi beberapa barang yang menumpuk setiap harinya kemudian difoto dan membuat deskripsi tentang barang tersebut sebagai kenangan. Dalam hal ini dukungan orang terdekat juga diperlukan guna memotivasi penderita Hoarding Disorder dalam proses terapinya. Jika diperlukan, penggunaan obat-obatan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) dapat membantu dalam menangani gejala-gejala yang muncul akibat Hoarding Disorder. 

Apabila merasakan gejala dari gangguan-gangguan yang disebutkan di atas, segera pergi dan periksakan ke ahli agar tidak ada kesalahan akibat dilakukannya self diagnose.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun