Mohon tunggu...
Fadia Azzahra
Fadia Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa S1 Psikologi Soegijapranata Catholic University.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Viral Video Penghuni Kost Menimbun Sampah, Apakah Benar Hoarding Disorder?

19 November 2023   15:17 Diperbarui: 20 November 2023   22:50 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Apabila penimbunan barang dilakukan karena rasa kelelahan dan tidak ada energi untuk melakukan apapun bahkan sekecil membuang barang maka bisa jadi terindikasi memasuki episode Major Depression. Tidak hanya penimbunan, seseorang dengan episode Major Depression kehilangan motivasi untuk melakukan apapun bahkan pada hal yang sebelumnya ia sukai. Sementara, apabila penimbunan barang dilakukan karena adanya delusi dan halusinasi disertai rasa gelisah maka kemungkinan ada indikasi munculnya gangguan psychotic. 

Selain dengan gangguan mental lain, Hoarding Disorder juga memiliki kesamaan dengan seorang pengoleksi barang-barang. Seseorang kolektor dan pengidap gangguan Hoarding sama-sama suka menyimpan barang-barang di tempat tinggalnya, namun kedua kegiatan ini jelas berbeda. Kolektor mengumpulkan barang tertentu yang memang dia sukai. Contohnya, uang jadul, piringan hitam, perangko, dll. Kolektor juga merawat barangnya dengan telaten. Sedangkan, pada penderita Hoarding Disorder mereka membiarkan barang-barangnya tidak terurus dan menimbun hingga mengganggu ruang hidup kesehariannya. Barang yang disimpan oleh pengidap Hoarding biasanya irasional dan tergolong sampah, seperti gelas plastik, styrofoam, tas plastik, tisu bekas, dll. Selain itu mereka yang hobi mengoleksi barang-barang suka membicarakan barang-barang koleksinya sementara seseorang dengan gangguan Hoarding merasa malu dengan keberadaan barang-barang tersebut dan enggan memperlihatkannya pada orang lain. Selain itu penimbunan dapat dikatakan gangguan apabila mengganggu keberlangsungan hidup dan mengganggu aspek-aspek kehidupan lainnya, sementara kolektor merasa senang dan tidak terganggu dengan barang-barang koleksinya.

Apakah hanya sebuah kemalasan?

Beberapa orang dalam komentar unggahan video tersebut juga mengklaim bahwa penimbunan itu merupakan perilaku malas dan jorok. Namun, Hoarding disorder bukanlah sekedar kemalasan, seseorang yang malas tidak memiliki keterikatan emosional dengan barang-barang tersebut, mereka hanya enggan dan akan membersihkannya nanti, misalnya seseorang yang malas akan membersihkan rumahnya ketika akan kedatangan tamu. Berbeda halnya dengan seseorang yang memiliki gangguan Hoarding, mereka mengalami kesulitan untuk membuang benda-benda tersebut dan malu dengan kondisi tempat tinggalnya sehingga mereka tidak ingin seseorang datang ke tempatnya. Selain itu, dilihat dari banyaknya barang, seseorang dengan Hoarding disorder menyimpan banyak sekali barang, bahkan sampai menyita banyak ruang dan kehilangan fungsi tempat tinggal yang seharusnya, sementara orang yang malas akan membersihkan rumahnya ketika sampah-sampah itu mulai mengganggu dirinya. 

Tidak dapat dipastikan apakah penghuni kos dalam video tersebut menderita Hoarding disorder atau gangguan mental lain, untuk itu perlu dilakukan assessment lebih lanjut dengan para ahli. Hal ini dikarenakan banyaknya gangguan mental yang juga memiliki simtom penimbunan barang-barang, dengan kata lain masih banyak simtom atau gejala yang mirip antara satu gangguan dengan gangguan lainnya. Namun, berdasarkan video yang beredar dan informasi tertera pada akun tiktok tersebut dapat diindikasikan penghuni kos memiliki Hoarding disorder. Indikasi ini didasari oleh penimbunan yang dilakukan oleh penghuni kos yang mungkin dilatarbelakangi kesulitannya dalam membuang barang-barang tersebut, hilangnya fungsi tempat tinggal dilihat dari kasur yang penuh dengan sampah, penghuni kos yang enggan memperlihatkan kondisi kamar kosnya, dan kamar kos yang sangat kotor sehingga membahayakan keamanan penghuni kos tersebut.

Penanganan untuk Hoarding Disorder

Penanganan untuk Hoarding Disorder dapat dilakukan salah satunya dengan intervensi psikoterapi. Psikoterapi CBT (Cognitive Behavioral Therapy) sangatlah membantu. Terapi dapat dilakukan dengan mengurangi beberapa barang yang menumpuk setiap harinya kemudian difoto dan membuat deskripsi tentang barang tersebut sebagai kenangan. Dalam hal ini dukungan orang terdekat juga diperlukan guna memotivasi penderita Hoarding Disorder dalam proses terapinya. Jika diperlukan, penggunaan obat-obatan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitors) dapat membantu dalam menangani gejala-gejala yang muncul akibat Hoarding Disorder. 

Apabila merasakan gejala dari gangguan-gangguan yang disebutkan di atas, segera pergi dan periksakan ke ahli agar tidak ada kesalahan akibat dilakukannya self diagnose.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun