Mohon tunggu...
Fadhor Rohman
Fadhor Rohman Mohon Tunggu... -

aku adalah aKU

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Relevansi Skripsi S1 di Indonesia

7 Juni 2012   16:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:17 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SKRIPSI, apa yang kita pikirkan ketika mendengar kata “Skripsi”? pasti banyak yang bilang menakutkan, menyeramkan, menyebalkan,  membosankan, atau ada yang bilang mengasikkan? Hmm mungkin sedikit sekali yang bilang mengasikkan.  Pada hakikatnya skripsi mempunyai tujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya masing-masing. Sebelum Seorang mahsasiswa menyelesaikan skripsi  jangan harap mahasiswa mendapatkan gelar sarjana, masa kuliahnya selama 3,5 tahun lebih sebelumnya tidak akan bermakna apa-apa sebelum menyelesaikan tugas akhir ini (maksudnya g dapet iJazah bro)


Perlu Alternatif Lain.

Kewajiban membuat skripsi memaksakan kehendak mahasiswa, mahasiswa seakan-akan digeneralisirkan akan menjadi akademisi, hasilnya mahasiswa yang tidak tertarik meneliti, lebih senang kepada praktisi bahkan terkadang benci teori akan mengambil jalan pintas dengan membeli kepada jasa pembuat skripsi, fenomena “membeli skripsi sudah tidak asing dikalangan mahasiswa,” selain itu plagiarism terjadi dimana-mana karena memang mereka merasa terpaksa melakukannya. Padahal secara psikologis tidak baik melakukan sesuatu yang bukan bakatnya, kita dianjurkan melakukan sesuatu sesuai minat kita masing-masing. sebenarnya penulis tidak menganjurkan kewajiabn skripsi dihapus, akan tetapi alangkah baiknya ada jalan alternatif pilihan, semisal yang inngin menyusun skripsi dipersilahkan menyusun tapi kalau tidak mahasiswa di beri alternative untuk magang sesuai dengan jurusannya.
Urgensi skripsi?
Apa gunanya skripsi?  Di berikan ke Presiden sebagai masukan untuk mengambil suatu kebijakan ? Belum, saya belum pernah mendengar itu, yang saya tahu dan lihat sendiri skripsi dijadikan pajangan di perpus yang terkadang dijadikan rujukan oleh mahasiswa lain dalam membuat skripsi, dan seterusnya. Yang ada hanyalah memberi kontribusi kepada global warming, kenapa demikian? Ya coba kita kalkulasi, berapa ribu lembar kertas yang dihabiskan oleh mahasiswa untuk bimbingan skripsi? Taruhlah 1500 lembar, 1500X berapa juta mahasiswa di Indonesia? Berapa pohon yang ditebang ?  dialin sisi dalam pembuatan sripsi tidak sedikit rupiah yang di rogoh dari kantong mahasiswa, dari bimbingan yang tak urung selesai, belum lagi kasus bunuh diri akibat sress yang diderita lantaran dosen bimbigan yang killer.
Di Negara Maju.
Perlu kita selidiki kenapa di Jepang ataupun di Amerika yang dikenal “well educated people” tidak menerapkan skripsi bagi S1? Saya tidak tahu, tapi yang pasti masalah pendidikan kita jauh tertinggal dengan mereka, hal ini  harus kita pikirkan bersama-sama kenapa negara sekaliber Jepang dan Amerika tidak menerapkan skripsi bagi S1, memang disana ada namanya penelitian, tapi penelitian tersebut sama halnya tugas mata kuliah yang ada di Indonesia dan akan berakhir ketika mata kuliah itu berakhir. Saya yakin masih banyak sekali negara-negara maju yang tidak menerapkan skripsi sebagai tugas akhir bagi mahsiswa S1, silahkan search sendiri, hehehe karena sementara saya tahunya itu ja.
Skripsi sebagai Komoditas

Tak jarang Skripsi hanyalah dijadikan suatu komoditas yang menguntungkan, semisal dengan adanya skripsi maka dosen pembimbing akan mendapatkan extra fee, semakin banyak yang dibimbing semakin besar fee-nya. Masih banyak juga kongkalikong antara mahasiswa denga dosen pembimbing, tidak jarang dosen yang amoral mau disogok asalkan semua beres, seperti yang saya sebutkan tadi, banyak mahasiswa mahal memesan ke “tukang buat skripsi”, kampus juga akan mendapatkan fee tambahan dari biaya skripsi dan semakin lama mahasiswa lulus maka semakin banyak juga income yang didapat oleh kampus, seperti kasus teman saya yang dipersulit lulus karena mahasiswanya sudah sangat sedikit, kami menganalisa tindakan mempersulit karena dengan cepat lulusnya mahasiswa maka akan membuat income menurun sedangkan input dari masasiswa baru sedikit.

hmmm, well mungkin semua yang saya lontarkan diatas belum tentu benar, mungkin ini hanyalah unek-unek seorang mahasiswa tingkat akhir yang lagi stress ngerjain skripsi, tapi menurut penulis alangkah lebih bijak jika ada alternatif lain selain mengerjakan skripsi bisa berupa magang ato sejenisnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun