Mohon tunggu...
Fadhli Taqwal
Fadhli Taqwal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Disrupsi, Inovasi Pangan Seiring Perkembangan Zaman

30 Oktober 2018   23:09 Diperbarui: 30 Oktober 2018   23:30 404
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak azasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945.

Seiring perkembangannya, makanan semakin variatif, yang mana tidak hanya berkreasi pada rasa, namun juga pada penampilan yang banyak menarik perhatian, karena jaman sekarang, yang viral yang banyak dicari.

Beberapa perilaku yang dimiliki generasi ini adalah cenderung menyukai produk dengan dengan karakter (i) brand story yang kuat, yaitu produk yang memiliki nilai cerita yang bisa dibagikan; (ii) attention seeker, yaitu mereka suka mengunggah status atau foto semenarik mungkin sehingga mendapatkan like atau komentar yang banyak; serta (iii) cepat tanggap terhadap produk yang baru diluncurkan namun juga mudah bosanBerdasarkan penggunaannya, porsi konsumsi terbesar masyarakat digunakan untuk pembelian makanan dan minuman selain restoran. Pada Q1 2014, pengeluaran untuk konsumsi jenis ini sebesar 38,1 persen terhadap total konsumsi masyarakat.
Porsinya meningkat menjadi 39,01 persen pada Q3 2017.

Kini, makanan bukanlah sekedar kebutuhan semata. Para antropolog yang meneliti tentang gaya hidup masyarakat terutama anak muda menyatakan bahwa banyaknya inovasi yang terjadi menandakan bahwa generasi Z maupun generasi milenial sangat menyukai hal-hal yang baru, dan pemenuhannya bukan lagi berdaarkan kebutuhan untuk mengisi energi dan pemenuhan gizi semata, namun juga dipengaruhi oleh gaya hidup, idealisme yang dibangun, dan juga proses atau bentuk penyajian dan pengiklanan dari makanan itu sendiri. Hal ini sangat sesuai dengan kepribadian rata-rata generasi Z dan milenial.

Indonesia sedang mengalami masa disrupsi, di mana media dan teknologi menjadi hal yang sangat vital bagi masyarakat Indonesia, lebih khususnya generasi muda. Rudito dan Sinaga (2017) memberikan pernyataan bahwa dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 259 juta di tahun 206, terdapat 88 juta pengguna internet, 79 juta pengguna aktif media sosial, 326 juta pengguna telepon genggam, dan 66 juta aktif di media sosial melalui telepon genggam yang dimiliki. Dengan angka yang massif, banyak sekali generasi muda yang memberikan andil dalam pemanfaatan keadaan digital steroid ini.

Inovasi yang dilakukan, terutama yang bergerak di bidang pangan baik dari pengolahan maupun pendistribusiannya telah mengalami evolusi yang secara signifikan membawa pada perubahan pola konsumsi masyarakat yang secara tidak sadar terhanyut dalam disrupsi yang ada.

Di bidang inovasi pembuatan atau pengolahan pangan, masyarakat kita sudah dapat merasakan banyaknya produk-produk resep makanan yang masuk dan diadopsi oleh negara kita, misalnya takoyaki dari Jepang, kimchi dari Korea, es kepal milo dari Malaysia, dan lain sebagainya. Proses informasi yang ada yang berasal dari website masaka maupun Youtube inilah yang akhirnya mampu menjadi salah satu alasan dari variatifnya makanan yang dijual oleh masyarakat Indonesia. Pada era sebelum masuknya teknologi informasi berbasis internet, masyarakat terbiasa untuk membuat makanan berdasarkan pengetahuan kearifan lokal mereka saja atau berbasis warisan nenek moyang dan resep keluarga. Sisanya, pengaruh asing yang muncul sangatlah sedikit. Sedangkan setelah munculnya Youtube, website-website penyedia resep, buku resep internasional dan lain sebagainya, inovasi pembuatan makanan lebih variatif karena banyaknya adopsi resep tersebut dan juga inovasi pengakulturasian makanan dengan masakan khas Indonesia sendiri.

Di segi pendistribusian makanan sendiri, masyarakat kini bisa dengan mudah mengakses Gojek untuk sekedar memesan makanan. Banyak juga restoran yang sudah melayani layanan antar hanya dengan basis media seperti whatsApp, dan juga LINE. Para pengusaha pemula yang belum memiliki badan hukum usaha dan juga belum memiliki tempat untuk usaha juga bisa menjalankan bisnisnya hanya dengan bermodalkan akun-akun instagram bisnis bahkan membuka pengumuman penjualan di media komunikasi seperti LINE, Facebook, Whatsapp, bahkan Twitter. Hal ini tentu saja membawa damapk positif bagi siapa saja yang ingin melebarkan usaha pangan, meski belum memiliki tempat dan legalitas usaha.

Kesimpulannya adalah, disrupsi yang ditandai dengan adanya digital steroid ini menyebabkan perubahan-perubahan pola konsumsi masyarakat terutama generasi muda, yang berubah dari makan hanya untuk memenuhi kebutuhan hingga makan untuk memeneuhi keinginan. Namun  bagaimanapun, disrupsi ini membawa berbagai macam dampak positif yang mampu membuat generasi muda berinovasi khusunya dalam pengolahan makanan maupun penjualan atau proses distribusi yang ada.

Referensi

Maryati, Sri. 2015. Dinamika Pengangguran Terdidik: Tantangan Menuju Bonus Demografi Di Indonesia. Journal of Economic and Economic Education Vol.3 No.2 (124 - 136)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun