Mohon tunggu...
Fadhlillah Syams
Fadhlillah Syams Mohon Tunggu... Arsitek -

Membahas dunia keseharian manusia dari sudut arsitektur dalam bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. "Tukang Insinyur" yang buka praktek di "Terasharing Studio Arsitektur".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Arsitek(tur) Sendal Jepit

21 Januari 2016   20:41 Diperbarui: 21 Januari 2016   20:57 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang sahabat saya pernah berkata bahwa menulis itu sangatlah mudah, tinggal ambil pulpen/pensil dan kertas lalu mulai dengan apa yang difikirkan. Bahkan di jaman yang serba "android" ini, menulis tak perlu lagi direpotkan dengan alat tulis dan kertas. Tinggal buka aplikasi dan mulai mengetik.

Sumber gambar: http://www.wordnerdcopy.com

+PROLOG

Berbicara soal menulis, pengalaman saya dalam menulis memang terbilang sudah cukup lama. Sekitar 18 tahun lamanya! Seingat saya, saya sudah menelurkan tulisan pertama saya saat umur saya menginjak 5 (lima) tahun. Tepatnya saat saya menempuh pendidikan di Taman Kanak-Kanak.

Ya, memang saya akui menulis itu sangatlah mudah. Bahkan anak Taman Kanak-Kanak pun sudah bisa menulis. Tapi membuat tulisan yang berkualitas, menginspiratif, dan menyenangkan saat dibaca oleh banyak orang?

Jujur saya rasa jawabannya pasti beragam. Bagi yang dianugrahi bakat menulis, mungkin menulis sama seperti membuat telor ceplok. Mudah! Tapi buat saya yang "hanya" mengenyam pendidikan arsitektur, yang notabene tidak memperdalam ilmu tulis-menulis, hal ini lumayan sulit. Buktinya saat saya memutuskan untuk membuat tulisan pertama saya sebagai ucapan perkenalan kepada warga Kompasiana, saya harus bolak-balik pencet tombol "backspace" hanya untuk menentukan "judul yang pas" untuk tulisan pertama saya.

Setelah satu jam saya berfikir, akhirnya saya memutuskan untuk menulis...

ARSITEK(TUR) SENDAL JEPIT

 

Sumber gambar: http://an69ablog.blogspot.co.id

Arsitek(tur) Sendal Jepit? Apa hubungannya antara "sendal jepit" dengan arsitektur?

Mengenal Arsitek(tur)

Apa yang ada dibenak anda saat pertama kali mendengar kata arsitektur? Desain rumah minimalis, desain cafe dengan tema skandinavia, taman tematik, atau desain bangunan yang lainnya?

Jika yang anda bayangkan tentang arsitektur seperti yang disebutkan diatas, tentu tak ada yang salah. Rumah, ruko, taman, dan bangunan lainnya memanglah sangat erat kaitannya dengan dunia arsitektur. Karena memang secara harfiah, salah satu hasil kerja dari arsitektur adalah bangunan-bangunan seperti yang disebutkan diatas.

Namun apakah arsitektur hanya terbatas pada "itu-itu" saja? Jawabannya adalah tidak.

Sejatinya, arsitektur tidak melulu membicarakan tentang desain bangunan saja. Arsitektur juga berbicara tentang "kemacetan", "pemanasan global", hingga "transportasi umum". Bahkan secara artian luas, arsitektur sebenarnya berbicara tentang tempat hidup manusia (Lihat artikel "Dunia Arsitektur", Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya). Baik itu secara mikro: desain rumah; desain cafe; desain tempat tidur; maupun secara makro: ruang terbuka hijau; fasilitas umum; hingga penataan kota.

Jadi secara sederhana, arsitektur dapat diartikan sebagai ilmu dan seni yang mengatur ruang hidup manusia.

Lalu apa hubungannya dengan Sendal Jepit?

Sekarang saatnya...

Mengenal Sendal Jepit

Sudah pernah mendengar sendal jepit? Bagi anda yang tidak pernah mendengar "benda ajaib" ini saya bisa bilang hidup anda penuh dengan "derita". Kenapa?

Bagaimana tidak, sendal jepit adalah benda yang sangat "istimewa". Dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga dapat melindungi kaki anda dari kuman-kuman jahat namun tetap dapat memberikan kenyamanan dengan memberikan sistem sirkulasi udara yang baik pada kaki anda.

Sendal jepit adalah "pahlawan" yang sering bersembunyi. Tergantung diantara tumpukan aneka makanan ringan; sudut toko; yang menyebabkannya jarang terlihat. Tapi pada saat yang dibutuhkan, sendal jepit dapat muncul tiba-tiba. Menyelamatkan manusia dari panasnya aspal jalanan. "Ia" adalah sosok "pahlawan" yang datang saat kita (setidaknya "saya") harus kehilangan penjaga kaki sepulang sembahyang Jum'at.

Dan yang lebih "mencengangkan" lagi! Sendal jepit adalah simbol dari kesederhanaan.

Pernah lihat pria tampan yang turun dari BMW M6 dengan setelan lounge suit di pelataran parkir sebuah Mall Besar?

Apa yang anda fikirkan? Kerenkah...atau Ah, mainstream...

Lalu bagaimana jika disebelahnya juga ada lelaki tampan yang turun dari mobil BMW dengan seri yang sama dengan mengenakan kaos oblong, celana pendek, dan...."sendal jepit"?

 

"Damn, Man! You are the 'Real MVP'!"

Jadi bagaimana anda tidak menderita jika tidak mengenal "benda penuh estetika" ini. Meski sering diinjak, diacuhkan, dan tidak dipedulikan, benda "sejuta umat" ini memiliki peranan yang besar dalam kehidupan manusia. Ya...setidaknya bagi kehidupan saya.

Arsitektur Nusantara - Arsitek(tur) Sendal Jepit
*versi Penulis

Arsitektur Nusantara, inilah yang saya maksud dengan Arsitek(tur) Sendal Jepit.

Seperti yang kita tahu, Nusantara adalah istilah yang pertama kali dipakai oleh Majapahit dalam mendefinisikan konsep kenegaraannya. Istilah ini merujuk pada wilayah kepulauan yang membentang dari Sumatera sampai Papua yang saat ini sebagian besarnya berada di terotorial Negara Indonesia (lihat pengertian Nusantara, Wikipedia). Sedangkan Arsitektur Nusantara secara sederhana dapat diartikan sebagai tata kelola ruang hidup manusia yang berada di wilayah Nusantara.

Mengapa Arsitektur Nusantara saya samakan dengan Sendal Jepit?

Seperti halnya sendal jepit, Arsitektur Nusantara sepertinya dewasa ini telah diacuhkan (atau bahkan dilupakan?). Arsitektur Nusantara sepertinya hanya menjadi literatur yang bahkan oleh arsitek sendiri jarang digunakan dalam mendesain. Mungkin cepatnya arus informasi saat ini menyebabkan banyak referensi desain diluar sana yang masuk ke negeri ini.

Sebenarnya tak ada salahnya jika menggunakan desain arsitektur luar negeri. Toh, diundang-undangnya saja tidak dilarang... Yang jadi permasalahan adalah jika aspek-aspek penting dalam rancangan arsitektur nusantara tidak diindahkan oleh arsitek.

Sebagai sebuah literatur keilmuan, arsitektur nusantara menyimpan "petuah-petuah" penting bagi arsitek dalam merancang hasil karyanya. Baik itu di level mikro maupun makro.

Contoh ketjilnya adalah pembuatan konstruksi tahan gempa di daerah rawan gempa Aceh Darussalam. Masjid Raya Baiturrahman Aceh yang didirikan oleh Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam pada tahun 1612M menjadi bukti bahwa arsitektur Nusantara memiliki peranan penting dalam desain arsitektur di Negeri ini (lihat "Masjid Raya Baiturrahman", Wikipedia). Masjid Raya Baiturrahman adalah satu-satu bangunan yang tetap berdiri kokoh saat tsunami melanda Aceh tahun 2004 silam.

Jadi yang saya ingin tekankan adalah, jangan memandang arsitektur nusantara hanya sebatas perspektif tampilan, tapi lihat arsitektur nusantara dari nilai filosofi yang diembannya. Bahwa arsitektur nusantara menekankan keseimbangan pada alam, sehingga hasil-hasil karya arsitek yang berada di wilayah Nusantara ini memberikan tempat yang aman dan nyaman bagi kelangsungan hidup manusia.

Pada akhirnya, memadupadankan unsur tampilan yang fresh dari tema arsitektur luar dengan filosofi kesederhanaan desain arsitektur nusantara akan menciptakan sebuah lingkungan hidup yang aman, nyaman, dan bersahaja. Seperti pria tampan yang turun dari BMW M6 dengan kaos oblong, celana pendek, dan sendal jepitnya.

"Damn Man! You are the Real 'MVP'!"

Dan seperti sendal jepit yang menjadi "pahlawan" yang bersembunyi, saya percaya suatu saat nanti arsitektur nusantara dapat keluar dengan tiba-tiba menjadi "pahlawan" yang menyelesaikan berbagai persoalan dari tata ruang hidup manusia di Indonesia ini.

------------ EPILOG

Akhirnya tulisan pertama saya, saya cukupkan sampai disini. Salam kenal bagi warga kompasiana yang lain. Semoga tulisan-tulisan saya dapat diterima dan menjadi referensi yang baik.

Pada tulisan selanjutnya, saya akan ajak anda berkeliling melihat arsitektur disekitar anda dan mengajak anda untuk ikut berperan sebagai aktor yang turut menjadikan Indonesia tempat hidup yang aman dan nyaman bagi kita semua.

Malam,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun