Kepada orang yang masih berpikiran tersebut, saya ingin menyatakan ini.
Pernah kah mbak-mbak dan mas-mas semua masuk ke perpustakaan literatur Islam? Itu ada ribuan buku tafsir, hadis, ushul Fiqh, kalam, yang ditulis selama berabad-abad. Haruskah semua itu dikubur jika org tidak boleh memenuhi hasrat ilmunya untuk mendalami tradisi yang sangat panjang itu? Memang Mas, Mbak, kalau untuk kesalehan persoalan, ngaji di langgar di kampung aja cukup. Tapi mengubur semua tradisi intelektual itu justru hanya akan mengubur Islam itu sendiri. Sejarah Nabi Muhammad sama sejarah Al-Quran itu gampang diacak sama orientalis nakal kenapa bisa? Karena kita org Islam sendiri kalah dalam dan kalah kuat mempelajarinya dari mereka. Ketika sejarah Nabi dan sejarah Al-Quran terkubur, otomatis Islam juga terkubur. Ketika kita sibuk bahas yang kecil-kecil seperti ukuran jilbab atau celana, kita lupa bahwa pondasi kita dalam keilmuan semakin lapuk. Jadi, tanpa Jenengan-jenengan sadari, org di UIN/IAIN itu sedang menjaga pondasi, menambal yang bolong, ngecat ulang yang lusuh; biar kita tetap bisa hidup di dalamnya memperhatikan kesalehan personal kita masing-masing.
Kita mungkin cukup dengan tau rukun-syarat shalat, tapi temen-temen di UIN itu membahas istilah shalat itu punya belasan makna dalam Al-Quran, bagaimana maknanya sebelum Al-Quran diturunkan, dan makna baru apa yang dibawa Al-Quran. Yang gitu-gitu mereka pelajari. Mereka juga belajar bahwa Al-Quran itu punya banyak ragam qira'at, cara baca yang berbeda dari yang biasa dikenal umum. Maaliki yaumiddin dibaca Malaka yaumaddin, misalnya. Aneh? Tentu saja terdengar aneh bagi publik, sebagaimana anehnya seorang cowok memegang kelamin cewek, kecuali jika ia dokter kelamin.
Jadi tidak bolehkah belajar Islam knowledge for knowledge? Tentu saja boleh. Lalu, apakah ada mahasiswa UIN/dosen yang mengatakan hal aneh-aneh? Ada. Tapi apakah dengan demikian otomatis salah? Jangan terburu-buru. Adakah yang nyeleneh? Ada. Ada, seperti dokter yang malpraktik atau ikut mafia penjualan obat. Tapi sekali lagi, apakah belajar Islam knowledge for knowledge akan mengeluarkan kita dari jalan benar. Tidak.[]
Sumber gambar:Â smallbusinessmoneymastery.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H