Mohon tunggu...
fadhli kusuma
fadhli kusuma Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa kimia UI yang berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Segitiga (Saya, Pola Hidup, dan Promag)

1 Agustus 2011   06:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:11 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setiap orang pasti memiliki kesibukan masing-masing dan tentunya berbeda kesibukan antara satu dengan yang lainnya. Memang asyik ketika kita punya kesibukan yang dapat  dilakukan untuk mengisi hari- hari kita. Mahasiswa yang punya kesibukan dengan perkuliahannya, ayah yang sibuk dengan kegiatan mencari nafkahnya, ibu yang sibuk dengan urusan rumah tangganya, pegawai yang sibuk dengan deadline kantornya, dan masih banyak lagi. Begitulah keseharian dunia dengan kesibukan orang yang berpijak diatasnya. bahkan bisa dibilang sama seperti sibuknya bumi dan bulan yang tak berhenti berputar mengelilingi matahari. Namun, seringkali dengan kesibukan yang sedang dijalani, kita lupa akan hal-hal kecil yang akan berujung ke masalah yang bisa dibilang berbahaya. Berbicara mengenai kesibukan dan masalah kecil yang terkadang terlupakan, inilah kisah hidup mahasiswa dengan gaya hidupnya.

Berpindah dari kelas satu ke kelas yang lain, kerja kelompok, download jurnal dan tugas, tidur larut malam, kejar deadline adalah sedikit dari kegiatan seorang mahasiswa jurusan kimia seperti saya. belum lagi ditambah laporan praktikum yang harus dikerjakan. Ini adalah hal mudah yang bisa berubah susah ketika kita tidak siap menjalaninya. Awalnya bagi saya ini cukup berat untuk dilalui, terlebih lagi dunia kimia yang tergabung dalam kelompok eksak tidak bisa secara instan dipahami dalam waktu beberapa jam saja. Apalagi jika dibarengi oleh kegiatan kampus, kalau tidak pintar- pintar membagi waktu bisa- bisa akan membuat kita pusing senidiri mengatur jadwalnya. Tidak jarang bagi seorang mahasiswa kimia yang memutuskan tidak makan siang atau menunda makan siangnya jika harus menyelesaikan tugas dan laporan yang dikumpul beberapa jam kedepan. Bukan hal yang aneh juga jika kami memutuskan untuk lembur semalaman lantaran harus menyelesaikan makalah atau deadline organisasi yang menunggu esok hari.

Menunda makan dan lembur semalaman telah menjadi hal yang biasa bagi mahasiswa seperti saya. Awalnya memang tidak enak, dan terasa seperti mesin, bahkan mesin saja butuh waktu yang terkontrol dengan baik agar tidak cepat rusak. Hal yang terparah yang kadang harus saya ambil ketika memang tidak sempat makan pagi dan siang hari adalah dengan memutuskan membeli gorengan sebagai pengganjal perut. Ya, memang cukup membantu tapi jelas ini tidak baik. Apalagi ketika saya harus lembur semalaman, terpaksa kopi yang saya pilih sebagai teman pendamping. Masih ada lagi, ketika lembur saya sering merasa lapar di malam hari, karena masalah perut sering saya memutuskan untuk mencari makan di malam hari. Lagi- lagi sebuah keputusan yang kurang baik untuk tubuh terutama lambung saya.

Lambung? adakah hubungannya dengan lembur, kopi, makan larut malam, gorengan dan menunda makan?. Jelas ada, dan saya merasakan itu. Seminggu, dua minggu saya mengadaptasikan diri dengan hal seperti itu memang masih belum terasa dampaknya. Tapi, ketika beberapa bulan berlalu saya mengadaptasi gaya hidup seperti itu, barulah ada hal yang tidak beres. Karena banyak mengonsumsi kopi, sering setelah meminumnya perut menjadi kembung dan berjejal. Awalnya saya berpikir hanya masuk angin biasa, yang kalau istirahat sebentar nanti juga akan hilang gejalan kembungnya. satu dua kali saya beristirahat saja untuk mengurangi dampak dari rasa kembung itu, tapi ini tidak bertahan lama, malah saya merasakan hal yang lain, perut saya menjadi sakit, mual dan melilit. Ini tidak beres!

Rasa sakit itu tidak hanya datang pada malam hari, kadang ketika saya memutuskan untuk menunda makan siang, "dia" datang lagi. ini tidak biasanya, setelah saya bertahan selama dua sampai tiga bulan dengan gaya hidup yang mengabaikan hak- hak perut saya, sepertinya dia mulai ngambek kepada saya. Hingga akhirnya saya bercerita kepada teman,dan akhirnya diberilah kesimpulan bahwa saya sepertinya tekena maag. Lalu? sudah begitu sajakah?. tentu tidak, teman memberikan saya solusi untuk mengurangi minum kopi, begadang, dan menunda makan. Serta dia menyarankan agar saya minum promag terlebih dahulu satu jam sebelum makan, dan segera melakukan cek kesehatan ke dokter di Pusat Kesehatan Mahasiswa. Saya menerima sarannya dan mulai membiasakan untuk minum promag terlebih dahulu sebelum makan. Dua hari saya membiasakan diri untuk minum promag sebelum makan, dan hasilnya cukup membantu. Rasa nyeri, kembung, dan mual sudah berkurang.

Apakah sudah selesai?. Tentu belum, di hari ketiga meminum promag sebelum makan, akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke Dokter yang ada di Pusat Kesehatan Mahasiswa. Setelah pengecekan ternyata benar saja, saya terkena maag sedang. Lantas dokter bertanya bagaimana saya mengantisipasi jika rasa nyeri dan mual itu datang. Saya menjelaskan mengenai promag yang sudah dikonsumsi selama beberapa hari, dan itu cukup membantu. Dokter pun berpesan agar saya makan yang teratur, mengurangi kopi, dan menjaga pola hidup sehat. bagaimana dengan promagnya?. Tidak masalah, karena promag cukup membantu dalam mengatasi sakit maag yang saya derita. Dokter tidak mengganti obat maag saya karena saya sudah cukup biasa dengan promag. Hingga saat ini saya selalu menyediakan promag di dalam tas, kos, dan rumah. Aktivitas pun menjadi lancar karena perlahan- lahan kebiasaan buruk minum kopi, tidur terlalu larut, makan di malam hari, dan menunda makan sudah saya kurangi. Sakit maag sudah dapat diatasi dan tidak sering muncul lagi. Oh iya, sekarang kan sudah bulan puasa, takut maag? Jelas tidak lah, kan pola hidup telah dirubah dan ada promag. :)

ini kisah saya, bagaimana dengan kisah Anda? :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun