Mohon tunggu...
fadhli kusuma
fadhli kusuma Mohon Tunggu... -

seorang mahasiswa kimia UI yang berusaha untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Saya dan Departemen Kimia

12 Januari 2011   07:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:40 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah megah, Apartemen mewah, mobil keren, dan segala hal yang membuat diri kita seakan "berkelas" adalah suatu keinginan yang hampir setiap orang megidamkannya. itu semua adalah hal yang wajar bagi kita sebagai seorang manusia biasa. bahkan tak jarang pula ada yang berkeinginan untuk menjadi orang kaya raya hingga ketika mati pun masuk surga. Ya, itu bukanlah sesuatu hal yang salah. Tidak ada yang melarang kita untuk memiliki angan-angan yang besar. bukankah sedari kecil kita sering dijejali dengan suatu kalimat motivasi yang berbunyi,  "gapailah mimpimu setinggi bintang"?.  Mimpi-mimpi yang kita rancang adalah hak yang bebas dimiliki oleh semua orang.

Mempunyai mimpi memang boleh-boleh saja, namun alangkah baiknya jika mimpi tersebut dibarengi dengan suatu tekad yang disertai usaha dan diiringi doa yang kuat. Jangan sampai mimpi yang kita punya hanyalah angan-angan belaka, atau malah hanya menjadi pepesan kosong belaka. Ini memang bukanlah hal yang mudah, karena seringkali apa yang kita impikan belum tentu menjadi suatu kenyatan. Kita harus tetap berusaha, jangan sampai ketika apa yang kita harapkan tidak terwujud malah membuat kita menjadi tidak bersemangat lagi dalam melakukan hal-hal lainnya. Ini adalah hidup, yang kadang kala tidak berjalan sesuai keinginan. Jiak sudah begini, bukan berarti Tuhan tak sayang, mungkin saja usaha yang dilakukan belum maksimal, atau memang yang kita inginkan bukan lah hal terbaik untuk kita, karena Tuhan Maha tahu apa yang terbaik untuk kita.

saya pun memiliki suatu mimpi, sesuatu yang wajar dimiliki oleh semua orang. Ya, suatu cita- cita yang saya rajut sejak duduk dibangku SMA dulu bahkan sedari kecil. Mimpi dimana saya ingin menjadi seorang dokter. Nampak terlihat basi, namun saya mempunyai keinginan itu. Saya pun berusaha untuk belajar dengan giat dan maksimal, hasil peringkat dikelas yang didapat pun tidak begitu buruk, tetapi tidak sempruna juga. Sampai akhirnya Tiba waktu dimana saya harus berjuang memasuki gerbang impian, SIMAK UI (semacam seleksi masuk PTN). Saya berusaha mengerjakannya dengan baik dan tentunya memakai strategi agar bisa lolos seleksi.

Bagaimana dengan hasilnya?

Ya, ternyata saya tidak berhasil lolos masuk Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. berakhir kah? tentu tidak, ternyata saya berhasil lolos di Fakultas MIPA Universitas Indonesia. Ini memang bukan target saya, hingga pada akhirnya saya memutuskan untuk mencobanya lagi di tahun depan, tetapi saya tetap mengambil jurusan kimia itu.

Bagaimana dengan peruntungan kedua ini?

Hmmmmm..... lagi- lagi gagal. lantas saya tidak kecewa, karena saya yakin ini adalah yang terbaik dari Tuhan. bahkan saya semakin yakin bahwa apa yang saya dapat adalah hal yang memang benar- benar Tuhan setujui untuk saya. Alhamdulillah....

Awalnya cukup berat menjalani kuliah di tempat yang tidak saya inginkan. Alasan materinya susah, dosen pelit, bla bla bla... banyak sekali alasan yang keluar. Saya bersyukur, namun pada waktu itu saya merasa syukur yang saya ucapkan hanya sebatas kata-kata. betapa masih tertutupya mata hati saya pada waktu itu. hingga pada akhirnya kehidupan inilah yang mengajari saya tentang arti bersyukur. Hampir masuk tahun kedua, saya banyak belajar di tempat saya menimba ilmu, Departemen Kimia UI.

Saya mulai menyadari, selama ini saya terlalu egois untuk menuntut apa yang saya inginkan. Kimia memang bukan prioritas utama saya, namun dari sini saya belajar untuk menerimanya. Saya belajar untuk mencintainya, dan saya belajar untuk mensyukurinya.

Oh iya, satu lagi.. saya berada di kelas paralel, dengan segala kontroversinya, namun saya tetap mengambinyal. biayanya memang mahal, namun saya yakin dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan. lagi pula yang menentukan sukses atau tidaknya bukan dari kelas dimana saya berasal, tetapi kesungguhan, kemampuan diri,  dan attitude lah yang akan membawa kita pada kesuksesan.

Saya meyakini diri untuk belajar mencintai apa yang saya dapat. di Kimia saya mendapatkan teman- teman yang baik, gag banyak macem-mecem, dan luar biasa deh... basi? saya rasa tidak, karena teman- teman yang ada di kimia ini saya yakin tak akan ada di tempat lain. Dari teman- teman yang ada di kimia saya belajar untuk dapat menhargai sesama, belajar arti kebersamaan yang abstrak itu, dan tentunya belajar kesabaran.Organisasi yang pernah saya ikuti di kimia pun mengajarkan saya untuk menjadi lebih bijak dan dewasa.

Kimia menyadarkan saya tentang arti perjuangan. benar, karena di kimia tidak gampang mendapatkan IP 3 bahkan cum laude. Kita sering menyebut yang bisa cum laude itu adalah "dewa' dan 'imba'. hahaha. Rasanya sulit mendapatkan nilai yang kita inginkan kalau tidak dengan usaha maksimal. terkecuali kalau lagi hoki. haha. Tapi hal ini tidak menyurutkan diri saya untuk tetap belajar, hasilnya pun lumayan. walaupun tidak sekeren mas Abi dan mas GP (peraih IP terbaik). Saya yakin teman-teman seperjuangan saya pun telah mendapatkan yang terbaik.

Kimia pun mengajarkan saya untuk memupuk cita- cita baru. Disini saya mendapatkan inspirasi yang luar biasa. Banyak orang-orang hebat di kimia dan banyak peneliti handal. Tidak semua dosen- dosennya pelit nilai, dan tidak semua dosen-dosennya sempurna. ini wajar, di setiap fakultas pun saya yakin sama. tetapi memang untuk mendapatkan nilai sempurna perlu usaha yang maksimal pula. Saya kagum dengan dosen- dosen di kimia, mereka hebat dan keahliannya tidak diragukan lagi. bahkan ada yang ahli bom mengebom. hihihi. Tau gag temen-temen, kata salah satu dosen bom bali itu cuma petasan. hmmm...

Saya  pernah bilang kalo saya bukan orang sains, tapi karena kimia saya punya mimpi untuk membuat sains bisa lebih dihargai agar negeri kita juga tidak kalah dengan eropa, amerika, jepang, dan negara lainnya. saya rasa teman- teman tahu alasannya.

Kini sudah hampir semester 4, banyak kakak-kakak kelas yang sudah merasakan pahit manis asam asin kuliah di kimia, tapi tak sedikit pula mereka meraih kesuksesan. Kesuksesan itu relatif, tidak sebatas kaya harta saja, tetapi juga harus kaya hati. Semoga saya dan teman-teman seperjuangan lainnya bisa menjalani semester 4 danseterusnya dengan lebih baik lagi.

Ternyata saya pernah keliru dengan apa yang saya dapatkan dari Tuhan. Sekarang saya menyadarinya dan terus akan berusaha menerima segala sesuatunya dari Tuhan, tentu dengan usaha dan doa yang menyertainya.

Satu lagi, jangan pernah sombong dengan apa yang kita dapatkan juga. Bukan hal yang sulit bagi Tuhan untuk mencabut nikmatnya yang telah diberikan kepada kita. Mari kita belajar lebih menerima dan membuka hati terhadap apa yang ada dan diberikan Tuhan kepada kita. Karena mimpi tidak seharusnya mutlak. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun