Mohon tunggu...
fadhlihernawan
fadhlihernawan Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa

Mahasiswa biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Jeratan Judi Online, Membawa Depresi dan Kehilangan Segalanya

4 Desember 2024   12:27 Diperbarui: 4 Desember 2024   12:27 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gambar 1 Ilustrasi Judi Online (Foto: Agus Dwy Nugroho)

Bandung, 27 November 2024 -- Dunia judi online terus menunjukkan sisi gelapnya, menghancurkan kehidupan pribadi dan mental korbannya. Dengan akses mudah dan promosi besar-besaran di media sosial, banyak orang terjerumus ke dalam lingkaran setan yang sulit dihentikan. Salah satu korban adalah AR (28), seorang pekerja lepas di Bandung, yang hidupnya berubah drastis akibat ketergantungan judi online.

AR mengenal judi online dari iklan di media sosial yang menawarkan kemenangan instan. Dengan rasa penasaran, ia mencoba bermain slot online untuk pertama kali. Ia memasang taruhan kecil dan memenangkan Rp200 ribu, yang membuatnya merasa yakin bahwa judi online adalah cara mudah untuk mendapatkan uang tambahan. Namun, apa yang awalnya dianggap hiburan sederhana segera berubah menjadi kebiasaan yang merusak.

Setelah beberapa kali menang, keberuntungan mulai meninggalkan AR. Ia kalah beruntun dan merasa harus terus bermain untuk menutup kerugiannya. Dalam beberapa bulan, AR kehilangan lebih dari Rp50 juta, sebagian besar berasal dari pinjaman online yang ia ambil tanpa berpikir panjang. Ia meminjam uang dari berbagai aplikasi, dan ketika tidak bisa melunasinya, ia mengambil pinjaman baru untuk menutup utang sebelumnya. Siklus ini terus berulang hingga bunga yang menumpuk membuatnya terjerat lebih dalam.

Tidak hanya kehilangan uang, ketergantungan judi juga menghancurkan hubungan pribadi AR. Pacarnya yang sudah menjalin hubungan selama tiga tahun akhirnya pergi karena tidak tahan dengan kebiasaannya. AR sering meminjam uang tanpa alasan jelas, dan ketika akhirnya pacarnya tahu uang itu digunakan untuk berjudi, hubungan mereka berakhir. Kehilangan pacarnya menjadi pukulan berat bagi AR, tetapi hal itu tidak segera menghentikannya dari berjudi.

Ketergantungan ini juga membuat AR menjauh dari teman-temannya. Ia merasa malu untuk berbicara tentang masalahnya, takut mereka akan menghakiminya. Ia mulai mengurung diri dan menghabiskan sebagian besar waktunya di depan layar ponsel, berharap mendapatkan kembali uang yang hilang melalui judi. Namun, bukannya membaik, situasinya semakin buruk.

Dampak judi online tidak hanya terasa dalam aspek finansial dan sosial, tetapi juga pada kesehatan mental AR. Ia mulai mengalami insomnia, kehilangan nafsu makan, dan serangan panik. Setiap malam ia merasa tertekan, memikirkan cara melunasi utangnya. Telepon dari penagih utang terus berdatangan, membuatnya semakin putus asa.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Psikologi Forensik Indonesia, Nael Sumampouw, yang dilansir melalui media Tempo, judi online saat ini sudah nenjadi isu Kesehatan global serius, setara dengan penyalahgunaan narkoba dan alcohol,

"Judi online tidak hanya menjadi masalah di Indonesia tetapi juga isu global. Cara masuknya yang melalui permainan seperti game membuat anak muda lebih rentan, terutama mereka yang mencari pelarian dari stres atau kesulitan hidup,"

Fenomena judi online ini semakin sulit dihentikan karena terus berkembangnya platform baru. Meski pemerintah telah memblokir lebih dari 1.000 situs judi online setiap bulan, banyak dari situs tersebut yang kembali aktif dengan domain baru dalam hitungan hari. Menurut data Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), upaya untuk memberantas judi online seringkali tidak sebanding dengan kecepatan munculnya situs-situs baru.

AR kini sedang berusaha keras untuk lepas dari ketergantungannya. Dukungan dari orang tuanya menjadi faktor penting yang membantunya mencoba bangkit. Meski awalnya kecewa dan marah, orang tuanya tetap memberikan bantuan dan dorongan agar AR bisa berubah. Ia mulai mencari pekerjaan tetap untuk melunasi utangnya dan perlahan-lahan meninggalkan kebiasaan berjudi.

Kisah AR adalah pengingat akan sisi gelap judi online yang sering kali disembunyikan di balik janji kemenangan instan. Di balik gemerlap iklannya, banyak korban yang hidupnya hancur karena ketergantungan. Dibutuhkan upaya kolektif dari pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait untuk melawan fenomena ini, agar tidak semakin banyak korban yang terjerat dalam jebakan yang sama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun