Hilangnya rasa tanggungjawab terhadap Sang Penguasa menghilangkan moral pengabdian kepada rakyatnya. Tersisa keangkuhan, keserakahan, dan kesombongan. Di sini penulis tidak bermaksud mengatakan bahwa penguasa berhak mengklaim sebagai wakil Tuhan di muka bumi yang bebas khilaf atau tanpa celah kritik.
Tetapi lebih menekankan bahwa kekuasaan adalah titipan dan amanah Sang Penguasa kepada penguasa. Apakah dia dipilih oleh rakyat atau pun tidak, semuanya merupakan kehendak Sang Penguasa, hanya prosesnya saja yang berbeda.Â
Dalam konteks sistem demokrasi, kekuasaan tertinggi ada ditangan rakyat merupakan kehendak Tuhan yang dititipkan kepada setiap individu dan diejawantahkan melalui pemilihan umum. Maka bukan kekeliruan jika ada slogan "Suara Rakyat Suara Tuhan" karena Sang Penguasa menitipkan kekuasaannya kepada massa rakyat untuk memilih pemimpinnya.
"Katakanlah: Wahai Tuhan yang memiliki Kerajaan/Kekuasaan, Engkau berikan kerajaan/kekuasaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan/kekuasaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki pula. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q. S. Ali-Imran: 26)".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H