Mohon tunggu...
Fadhli Harahab
Fadhli Harahab Mohon Tunggu... Konsultan - Konsultan

Tertarik di bidang sospol, agama dan kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bilang kepada Milenial: Haji Itu Berat, Siapkan Sejak Dini

9 Oktober 2020   01:02 Diperbarui: 9 Oktober 2020   01:14 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibadah Haji (Foto: Kompas.com)

Ibadah haji merupakan ibadah mahdho yang terbilang paling berat dibandingkan ibadah lainnya. Ibadah ini menuntut banyak persiapan agar jemaah dapat menjalankannya dengan sempurna. 

Tak hanya soal persiapan ruhani dan jasmani, tetapi juga soal finansial (uang) dan waktu. Konteks haji terkini, tak seperti pelaksanaan haji dua atau tiga dekade lalu. Pelaksanaan haji saat ini, bergantung kepada kuota per tahunnya. 

Alhasil, setiap jemaah haji tidak bisa melakukan ibadah dengan mudah dan cepat meskipun telah melunasi ongkos haji. Calon jemaah harus melalui antrian yang cukup lama (waiting list), sekira 7 sampai 20 tahun. Bukankah menunggu itu pekerjaan yang membosankan? 

Oleh sebab itu, mempersiapkan seluruh aspek perbekalan menjadi sebuah keharusan dan harus sesegera mungkin dilakukan jika tidak ingin berhaji di masa tua.

Haji Muda, Kenapa Tidak? 

Menunaikan ibadah haji merupakan salah satu kewajiban bagi seorang mukmin yang mampu melakukannya. Tidak ada perbedaan pendapat ulama soal ini. Siapa saja yang mampu secara jasmani dan ruhani ditambah dengan kemampuan finansial yang kuat wajib menjalankan perintah ini. 

Di dalam sejumlah literatur Fiqh, disebutkan bahwa salah satu syarat haji adalah balig dan mumayiz yang bermakna bahwa seorang calon jemaah setidaknya memahami seputar kajian islam khususnya soal haji meskipun masih berusia belia. 

Terkait hal ini pula, maka sudah sepatutnya generasi milenial mempersiapkan diri sedini mungkin agar dapat melakukan haji muda. Syukur-syukur dapat memenuhinya di bawah umur 40 tahun. Alhamdulillah.

Lantas, apa sih benefit yang diperoleh seorang haji muda?

Menunaikan ibadah haji merupakan impian setiap mukmin karena haji disyariatkan dalam rukun islam yang kelima. Meski disyariatkan, tetapi bukan berarti semua umat islam boleh dan diwajibkan pergi haji. Ada sejumlah persyaratan yang memawajibkan umat islam memenuhi panggilan itu, diantaranya sehat secara jasmani. 

Kebugaran jasmani sangat dibutuhkan saat melaksanakan rangkaian ibadah haji, sebab sebagian besar ritual akan dilalui secara fisik. Dimulai saat keberangkatan dari tanah air hingga rentetan ibadah haji seperti thawaf, sa'i, lempar jumrah, bermalam di mina dan muzdalifah, dan berdiam diri di arafah, keseluruhan ibadah ini membutuhkan kondisi yang prima. 

Nah, bagi calon jemaah haji muda, kondisi tubuh prima sudah menjadi modal awal untuk melewati berbagai ritual tersebut. Memiliki tubuh yang sehat lagi prima akan memudahkan haji muda melewati berbagai rintangan saat melakukan rangkaian ibadah. 

Benefit selanjutnya adalah konpensasi sosial di tengah masyarakat. Haji muda tentu saja akan mendapatkan privilese dibandingkan masyarakat biasa. Maklum, bertitel haji masih menjadi hal yang dianggap istimewa.

Bukan karena kekayaan harta dan pengaruhnya. Lebih dari pada itu, karena akhlak mulia dan keilmuannya. Oleh sebab itu, seorang yang bergelar haji dituntut agar menjadi teladan dalam beramal saleh. 

Menuju Haji Muda nan Mabrur

Untuk mendapatkan gelar haji muda nan mabrur tentu saja harus dipersiapkan sedini mungkin. Bukan sekadar niat, tetapi juga harus diikuti dengan aplikasinya. 

Mengingat jadwal tunggu yang cukup panjang, maka calon haji muda harus mempersiapkan jiwa dan ruhaninya: konsisten belajar islam, menjaga hati dan senantiasa menyucikan diri dari segala bentuk kemaksiatan. Dengan demikian tidak ada lagi halangan niat suci untuk memenuhi panggilan Allah. 

Disamping itu, calon haji muda juga harus mempersiapkan finansial berupa ongkos naik haji. Faktor ini barangkali menjadi hambatan dasar kebanyakan milenial manakala niat, bekal jasmani dan ruhani telah terpenuhi.

Bukannya tak mampu. Namun, psikologis kaula muda yang masih labil membuat mereka tak sungkan menghabiskan uang untuk memenuhi gaya hidup duniawi. Liburan, belanja dan nongkrong, sudah menjadi lifestyle yang menguras pendapatan mereka.

Berdasarkan hasil survei Alvara Research Centre (ARC), 2018, ada sekitar 91 juta milenial dengan 78% keranjingan belanja online, 8 di antara 10 orang doyan berwisata dan nongkrong. Jika dikalkulasikan separuh dari mereka adalah muslim maka dipastikan ada sekitar 35 juta milenial yang perlu memprioritaskan diri merencanakan perjalanan haji.

Dengan demikian, diperlukan peran ekstra orang tua, guru bahkan ustadz dalam membimbing dan mengawasi agar mereka mampu melakukan transaksi finansial secara bijak. Khususnya, kepentingan ukhrowi seperti menyisihkan uang untuk menunaikan rukun islam kelima tersebut.  

Dalam konteks itu juga, Bank Danamon Syariah memberikan solusi bagi milenial untuk dapat segera berangkat berhaji. Melalui Program Tabungan Haji Danamon Syariah, milenial diberikan kemudahan untuk dapat mengakses berbagai keunggulan fitur. 

Diantaranya adalah kemudahan membuka dan menutup rekening haji, biaya setoran ringan, nasabah bisa memilih jangka waktu pelunasan hingga mendapat asuransi syariah. 

Perlu diketahui juga bahwa Bank Danamon Syariah memudahkan orang tua yang ingin merencanakan ibadah haji bagi anak-anaknya dengan ketentuan yang berlaku. 

Jadi, tunggu apa lagi segera laksanakan niat suci haji. Bilang kepada milenial: Haji itu berat, siapkan sejak dini. Jika tidak hari ini, kapan lagi. Jika bukan kita siapa lagi !!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun