Mohon tunggu...
Fadhil Nugroho
Fadhil Nugroho Mohon Tunggu... wiraswasta -

Tukang photo, tinggal di Yogyakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jogjajava Carnival 2011 dan Denyut Energi Kesenian Yogya

23 Oktober 2011   01:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:37 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_138822" align="alignnone" width="650" caption="Seorang wanita di depan gurdo bermotif batik"][/caption] Sebagaimana tahun sebelumnya, puncak perayaan ulang tahun kota Yogyakarta yang ke 255 di tandai dengan perhelatan akbar Jogjajava Carnival yang pada tahun ini mengusung tema Jogjamagniworld: Keajaiban dunia ada di Jogja. Karnaval yang dipadati ratusan ribu penonton dari berbagai penjuru tanah air ini  menjadi saksi betapa besarnya energi kesenian Yogyakarta. Para seniman dari berbagai keahlian berkolaborasi untuk menampilkan satu pawai dengan ritmik dari satu musik yang sama sejak start di ujung utara Jl. Malioboro hingga finish di ujung selatannya. Maka beginilah jadinya: setiap 200m di sepanjang jalan malioboro dipasangi soundsystem dengan satu sumber musik yang sama dan di setiap titik itu pula dipasangi lampu-lampu. Para peserta akan berhenti di tiap titik lampu untuk menampilkan atraksinya, melanjutkan perjalanan dan kembali berhenti di titik lampu berikutnya begitu seterusnya hingga finish di kilometer nol. Dengan cara ini setiap sudut pandang dinikmati secara sama oleh para penonton sehingga mengarahkan penonton untuk tetap duduk di tempat karena toh mau nonton di titik manapun semuanya akan tetap mendapat giliran dengan warna dan jenis atraksi yang sama oleh masing-masing peserta. [caption id="attachment_138823" align="alignnone" width="650" caption="Menara Pisa, salah satu keajaiban dunia hadir di Jogja"][/caption] Agar para penonton tidak membludag ke jalan dan menghalangi jalannya vehicle, maka di sisi kanan kiri sepanjang Jl. Malioboro dipasangi pagar teralis yang terbuat dari besi. Namun mengingat masiv dan tingginya animo penonton tak urung mebuat jalanan menjadi tidak steril oleh mereka yang ingin menyaksikan secara lebih dekat dan intim. Para photografer menjadi pioner untuk hal ini yang akhirnya diikuti pula oleh orang-orang dengan niat yang sama: mengabadikan peristiwa. [caption id="attachment_138827" align="alignright" width="650" caption="Datanglah ke Jogja dan rasakan suasana Broadway"][/caption] Berdesak-desakan diantara ribuan orang walaupun malam hari membuat gerah dan tubuh berkeringat. Beberapa penonton (semuanya wanita) tampak pingsan digotong oleh petugas karena lemas akibat dehidrasi. Seorang bayi berumur kurang dari setahun tampak menangis di junjung oleh seorang lelaki –kemungkinan ayahnya–melintasi kepala-kepala penonton mencari jalan keluar. Suara tangisnya tenggelam diantara hingarbingar dentuman musik dan sorak sorai penonton. Karnaval diawali dengan tema batik persembahan dari Bank Indonesia Yogyakarta dan Badan Musyawarah Perbankan Daerah Propinsi DIY. Sebuah vehicle berbalut batik dengan gurdo dihias aneka motif batik, di depannya seorang dara ayu mengenakan kemben memperagakan batik lengkap dengan canthingnya. Agak ke bawah, di kanan kiri terdapat masing-masing 3 anak-anak yang juga tengah membatik. Di depan vehicle sekitar 20-an remaja di atas inline skateboard menari-nari, menyeruak sekaligus membuka jalan. Jogja patut berbangga dengan batik yang sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakatnya. Saat ini setidaknya terdapat 500 motif batik asal Yogyakarta dimana 350-an diantaranya sudah memperoleh hak paten dari kementerian Hukum dan HAM.Di belakang vehicle batik menyusul tema-tema keajaiban dunia dari patung spink, tembok besar China, menara pisa, Borobudur hingga patung Liberty, srigala Babilonia, taman gantung Babilonia dan kuda troya. [caption id="attachment_138836" align="alignnone" width="650" caption="Tembok Besar China hadir di Malioboro"][/caption] Karnaval yang juga diikuti perwakilan negara Suriname dan beberapa daerah seperti Surabaya dan Nusa Tenggara ini berakhir tengah malam ditutup dengan kembang api. Selamat ulang tahun Yogyaku! Semoga panjang umur, bahagia dan tetap istimewa. [caption id="attachment_138832" align="alignnone" width="650" caption="Merenungkan Jogja di masa depan"][/caption] [caption id="attachment_138833" align="alignnone" width="650" caption="Calon Keajaiban dunia berikutnya?"][/caption] [caption id="attachment_138834" align="alignnone" width="650" caption="Salah satu atraksi tarian yang tampil di Jogjajava carnival"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun