Mohon tunggu...
Fadhil Naufal
Fadhil Naufal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa Universitas Airlangga yang memiliki antusias tinggi di bidang teknologi mau

Selanjutnya

Tutup

Love

Red Flag Alert! Kenali Tanda-tanda Toxic Relationship

19 Juni 2024   11:53 Diperbarui: 19 Juni 2024   12:06 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Alina dan Budi adalah pasangan muda yang awalnya tampak sempurna, tetapi hubungan mereka perlahan berubah menjadi mimpi buruk. Budi sering kali cemburu tanpa alasan dan mengontrol setiap gerak-gerik Alina, sementara Alina merasa semakin tertekan dan kehilangan jati dirinya. 

Ketika Alina berusaha berbicara tentang perasaannya, Budi malah memutarbalikkan fakta, menyalahkan Alina atas semua masalah mereka. Di balik senyuman mereka di depan teman-teman, Alina sering menangis sendirian di malam hari, merasa terperangkap dan bingung apakah cinta mereka masih bisa diselamatkan atau apakah lebih baik melepaskan diri demi kebaikan mentalnya sendiri.

Toxic relationship menjadi istilah yang semakin populer, terutama di kalangan Gen-Z, untuk menggambarkan hubungan yang merusak. Menurut Dr. Lillian Glass, seorang pakar komunikasi dan psikologi, toxic relationship adalah "hubungan di mana dua orang tidak saling mendukung, di mana konflik dan kekacauan menjadi hal yang biasa." 

Ini tidak hanya mencakup kekerasan fisik, tetapi juga pelecehan emosional dan psikologis. Alina dan Budi adalah contoh nyata bagaimana ketidakpercayaan dan rasa cemburu yang berlebihan dapat merusak dinamika hubungan.

Tanda-tanda hubungan yang beracun sering kali terlihat dari perilaku seperti manipulasi dan kontrol yang ekstrem. Budi, misalnya, mengendalikan setiap aspek kehidupan Alina, dari pergaulan hingga keputusan pribadi. Komunikasi negatif juga menjadi ciri khas, dengan kritik, sarkasme, dan penghinaan yang berulang kali terjadi. Selain itu, kurangnya dukungan emosional membuat Alina merasa sendirian dan tidak dihargai. Semua ini adalah indikator kuat dari hubungan yang tidak sehat.

Mengatasi hubungan beracun memerlukan keberanian dan langkah tegas. Dr. Judith Orloff, seorang psikiater terkemuka, menyarankan agar seseorang pertama-tama menyadari dan mengakui adanya masalah. Menetapkan batasan yang jelas adalah langkah penting, seperti meminta ruang pribadi dan waktu untuk diri sendiri. 

Selain itu, mencari dukungan dari teman, keluarga, atau konselor profesional bisa sangat membantu dalam memberikan perspektif dan bantuan yang dibutuhkan. Alina, misalnya, bisa mulai berbicara kepada teman dekat atau keluarga yang ia percayai untuk mendapatkan dukungan moral.

Memprioritaskan kesejahteraan diri sendiri adalah kunci untuk keluar dari hubungan yang beracun. Aktivitas seperti meditasi, olahraga, dan mengejar hobi dapat membantu memulihkan keseimbangan emosional. 

Jika hubungan tersebut tidak menunjukkan tanda-tanda perbaikan, mempertimbangkan untuk mengakhiri hubungan mungkin menjadi pilihan terbaik. Langkah ini penting untuk melindungi kesehatan mental dan fisik diri sendiri. Alina harus menyadari bahwa kebahagiaannya sendiri lebih penting daripada mempertahankan hubungan yang merusak.

Setiap individu berhak berada dalam hubungan yang sehat dan mendukung. Hubungan yang beracun adalah ancaman serius bagi kesejahteraan emosional dan psikologis seseorang. Dengan mengenali tanda-tanda dan mengetahui cara mengatasinya, kita dapat mengambil langkah-langkah untuk melindungi diri dan memastikan bahwa kita hidup dalam lingkungan yang positif dan penuh kasih.

Pendidikan dan kesadaran akan pentingnya hubungan yang sehat dapat membantu banyak orang, seperti Alina, untuk keluar dari situasi sulit ini dan menemukan kembali kebahagiaan mereka.

Edukasi dan kesadaran adalah kunci untuk mencegah toxic relationship. Memahami cara mengungkapkan dan menerima cinta secara efektif dapat mencegah banyak konflik yang sering kali menjadi awal dari hubungan beracun. 

Selain itu, penting untuk mengembangkan kecerdasan emosional. Kemampuan untuk memahami, mengelola, dan mengekspresikan emosi dengan cara yang sehat adalah fondasi dari hubungan yang sukses dan saling mendukung. Lingkungan sosial yang mendukung juga memainkan peran penting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun