Mohon tunggu...
Achmad Fadhil
Achmad Fadhil Mohon Tunggu... -

Mencoba belajar filsafat dan politik di UI\r\n\r\n@fadhill91

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Perubahan Kebijakan Chelsea

7 Februari 2014   15:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:04 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Chelsea, klub ibu kota Inggris ini sekarang dikenal sebagai klub papan atas yang mengubah tatanan klub-klub EPL menjadi The Big Four Liga Inggris yaitu Manchester United, Arsenal, Liverpool dan Chelsea. Rasanya tidak ada yang bisa menyangkal bahwa era kesuksesan Chelsea di mulai ketika sang taipan Rusia yaitu Roman Abrahmovic mulai mengambil alih. Disinilah Chelsea mulai dibangun dari tumpukan uang Roman Abramovich. Tumpukan uang bernilai ratusan juta pounds yang seringkali digunakan dengan secara seenaknya untuk membeli pemain-pemain kelas dunia dan manajer-manajer tersohor di dunia. Meski kejayaan instan ini sering dicemooh bahkan oleh fans Chelsea itu sendiri yang notabene fans lama chelsea, tetapi fakta bahwa hal tersebut memberikan kegembiraan yang besar bagi banyak orang adalah sesuatu yang sulit disangkal. Jika dilihat dari sudut pandang tersebut, bisa dikatakan ini hal positif bagi klub. Akan tetapi, ternyata kebijakan ini mulai berdampak negatif dimana klub hanya beroreintasi jangka pendek saja. Bapak Abramovich akan selalu menuntut hadirnya trofi bergengsi di setiap musim dimana posisi runner-up bukanlah pencapaian yang memuaskan karena ia telah berinvestasi besar-besaran kepada klub. Disinilah perkembangan klub akan menjadi buruk karena tidak adanya kontinuitas dimana manager yang gagal akan langsung dipecat sehingga tim harus memulai dari nol lagi di hampir setiap tahunnya. Selain itu juga, oreinetasi pendek ini membuat manager yang bekerja di chelsea akan tertekan sehingga ia enggan mengambil resiko untuk membeli pemain muda dan lebih memilih untuk menggunakan pemain-pemain yang berada di usia emas dan berpengalaman. Membeli dan memainkan pemain muda (meski mereka masa depan cerah) sama saja melakukan bunuh diri dimana resiko kegagalan yang sangat besar. Hal inilah yang membuat banyak pemain muda yang di anggap rising star akan layu sebelum berkembang.

Setelah masa Jose Morinho jilid pertama berakhir banyak pemain – pemain chelsea mulai melewati masa emasnya seprti Petr Cech, Lampard dan Drogba. Hal ini membuat chelsea di anggap sebgai klub uzur ayaknya ac milan. Lama kelaman Chelsea mencoba berbenah mulai meremajakan klubnya. Meski peremajaan skud tersebut tetap beroreintasi pemain-pemain muda yang ada di dunia dan telah menjadi perhatian klub-klub besar. Kebijakan ini dimulai dengan membangun akademi Chelsea dengan fasilitas yang serba mewah. Selain itu, kebijakan perubahan transfer chelsea terlihat ketika ia mulai mendatangkan Daniel Sturridge pada tahun 2009, Ramires dan David Luiz. Di musim selanjutnya chelsea mendatangkan pemain-peman muda yang sedang menjadi perhatian seperti Lucas Piazon, Thibaut Courtois, Oscar, Eden Hazard hingga Juan Mata. Tidak hanya pemin muda yang bersinar di klub atau Tim nasionalnya bahkan Chelsea berani mendatang pemain muda yang tidak terkenal dengan harga yang cukup mahal seperti Cristian Cuevas atau Christian Atsu.

Pembelian pemain muda tersebut tidak berarti mereka langsung main di chelsea. Chelsea melakukan kebijakan baru dalam mengembangkan pemain muda dimana chelsea membeli sang pemain tetapi tidak langsung main di Chelsea melainkan di sekloahkan dulu di klub lamanya atau klub lain dengan status pinjaman. Inilah yang dirasakan oleh pemain Kevin De Bruyne Kurt Zouma, Thibaut Courtois, Thorgan Hazard, Cristian Cuevas, dan Christian Atsu. Inilah fokus kebijakan baru manajemen Chelsea saat ini. Mereka ingin mengumpulkan banyak pemain berbakat yang terikat kontrak dengan mereka sehingga sewaktu-waktu bisa dipanggil untuk memperkuat tim utama ketika para pemain itu siap dan Chelsea membutuhkan. Menurut saya ada yang tidak wajar dalam kebijakan ini dimana jumlah pemain muda Chelsea yang dipinjamkan dapat mencapai 27 pemain. Kalau dibikin satu tim diperkirakan mempunyai kekuatan yang cukup kuat karena di isi oleh para rising star di negaranya. Akan tetapi kebijakan ini mulai di pertanyakan juga keefektifannya bagi Chelsea. Hal ini disebabkan karena tidak adanya modul pembelajaran sistem yang sama terhadap pemain-pemain ini. Sistem peminjaman di luar klub berarti pemain tersebut akan menjalani sistem permainan yang berbeda dan membuat para pemain ini harus mulai dari nol dan beradaptasi ketika sewaktu – waktu di panggil oleh Chelsea. Inilah yang menjadi masalah dan kelemahan dalam kebijakan pengembangan muda management chelsea ini. Pada akhirnya kebijakan ini hanya berguna untuk menegmbangkan pemain itu sebagi individu namun pada dasarnya berapapun hebatnya kemampuan individu tersebut tidak berarti ia akan berkontribus besar terhadap tim. Inilah yang dirasakan baru – baru ini oleh Kevin De bruyne, Ryan Bertand, maupun Lukaku. Mereka ini pada akhirnya kesulitan menembus tim utama chelsea.

Dalam kebijakan penegmbangan pemain muda seharusnya Chelsea bisa meniru klub-klub seperti Real madrid, Barcelona dan Udinese. Dalam kebijakan pengembangan pemain muda Madrid dan Barca ini memiliki tim B yaitu kalau madrid B bernama Castilla yang bermain di divis segunda Spanyol. Kebijakan ini terasa efektif karena biasanya gaya permainan dan filosofi tim B itu akan disesuaikan oleh gaya Tim Utama. Hal ini akan efektif karena selain pemain tersebut tidak perlu lagi beradaptasi ketika di panggil ke tim utama melainkan juga di sana pemain tersebut akan merasa bagian dalam Tim utama sehingga rasa cinta terhadap klub akan tumbuh. Berbeda dengan madrid dan barca, Udinese dalam mengembangkan pemain muda, mereka menerapkan kebijakan feeder klub. Pada kenyataan nya, Giampaolo Pozzo selaku pemilik Udinese, membeli klub Spanyol, Granada, dan klub divisi Championship, Watford sebagai feeder klub Udinese dimana melalui klub-klub inilah kemudian ia mengembangkan pemain-pemain muda yang yang dimiliki oleh Udinese, yang direkrut melalui scouting yang sangat bagus dan lalu di jual agar Udinese bisa tetap survive. Pada dasarnya apa yang diterapkan oleh Chelsea bukan hal yang salah namun akan lebih menguntungkan ketika pengembangan muda itu dilakukan secara baik dan tertata sehingga pemain–pemain seperti De bruyne, Thorgan hazard dll tidak akan layu sebelum berkembang. Sudah Investasi besar pasti Chelsea pada akhirnya tidak mau rugi kan??

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun