- Cenderung membuat cerita yang bersifat stabil dan permanen.
- Meski berbohong telah menjadi bagian dari hidupnya, kebohongan yang dilakukannya tidak untuk mendapatkan keuntungan material.
- Cerita yang disampaikan terdengar seperti nyata, padahal sering kali penderita mythomania mengambil cerita berdasarkan kisah nyata yang orang lain.
- Cerita mengenai peran penting dirinya di organisasi atau perusahaan. Biasanya penderita mythomania adalah mereka yang menceritakan dirinya menjadi korban atau tokoh penolong.
Namun jangan salah. Meski menyenangkan, namun penderita Mythomania masih bisa merasa bersalah atas kebohongan yang dilakukannya. Umumnya mereka akan berubah ketika mereka sudah mendapatkan suatu masalah.Â
Dengan begitu, pengobatan bukanlah satu-satunya jalan terbaik yang dapat ditempuh. Sebab seringkali penderita Mythomania tidak sadar dengan kondisinya sehingga bisa mengelabui psikolog atau psikater sekalipun. Kendati demikian, mereka tetap masih bisa diobati dengan metode konvensional psikoterapi maupun hypnotherapy.
Kini, setelah sederet pelaku pembuat dan penyebar hoaks diberangus, aparat nampaknya punya tugas baru yang lebih besar. Dikarenakan gemar berbohong adalah watak, dikhawatirkan mereka tidak akan ragu mengulangi kembali perbuatannya selepas keluar dari penjara. Ada baiknya peran psikolog dilibatkan demi memulihkan mental para pengidap Mythomania ini.Â
Sebagaimana grup penebar ketakutan -Saracen- , pelaku penebar hoaks ini hendaknya ditangani secara tepat agar bisa kembali menjadi manusia seutuhnya. Kementerian Sosial juga bisa ambil bagian, agar negeri ini tenteram tanpa guyuran kebohongan.
"Kebohongan yang diucapkan terus-menerus, niscaya akan dipercaya sebagai sebuah kebenaran" - Paul Joseph Goebbels
- Dari berbagai sumber
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI