Mohon tunggu...
Fadhillah Piliang
Fadhillah Piliang Mohon Tunggu... Programmer - Programer komputer yang suka menulis dari saat kuliah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pekerja Perusahaan swasta, Programer komputer Alumni universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Nature

Net-Zero Emissions Versus Pemalak Liar

20 Oktober 2021   07:05 Diperbarui: 20 Oktober 2021   08:13 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemerintah telah berusaha menjaga kelestarian hutan dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2020 tentang tentang Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan dan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P 105 tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung, Pemberian insentif, Serta Pembinaan Pengendalian
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. Tetapi Semua Peraturan itu bagi oknum-oknum nakal hanyalah sebuah peraturan yang dibuat untuk dilanggar.
Buktinya hampir setiap tahun kita bermasalah dengan pembakaran hutan. Tidak saja Indonesia, asap yang dihasilkan akibat pembakaran itu, sampai ke negara tetangga Singapura dan Malaysia. Kita sebagai negara yang berdaulat tentu malu akibat keserakahan kita tetangga ikut menatap efek buruknya. Kita yang memakan buahnya, tetangga kita yang ikut kena getahnya.
Ada dua pekerjaan anti net zero Emissions yang telah dilakukan para Pemalak Liar itu sekaligus. Pertama hutan sebagai paru-paru Bumi telah berkurang, kerena hutan telah di babat oleh si pembalak liar
Kedua yang lebih parah lagi, si pembalak liar ini, menebang pohon dengan membakar. Akibat pembakaran itu akan menghasilkan emisi karbon yang sangat banyak emisi karbon itu tidak mampu diserap pepohonan, karena pohon-pohon tersebut telah ditebang secara membabi-buta oleh pembalak liar tersebut.
Dan hebatnya beberapa menteri kita mendapatkan ribuan hektar untuk mengelola hutan. Mudah-mudahan para menteri itu bukanlah oknum-oknum pembalak liar.
Sebab kalau mereka juga membabat hutan secara membabi-buta, maka siapa lagi yang akan memelihara hutan kita.
Selagi ada pembalak liar, harapan untuk mencapai net zero Emissions selambat-lambatnya sebelum tahun 2060 akan hanya merupa cita-cita saja.
Sedangkan negara-negara industri telah berkomitmen untuk mencapai net zero Emissions (nol bersih emisi) pada tahun 2050, pada konferensi tingkat tinggi di Paris pada tahun 2015. Sekarang sudah terlihat usaha mereka untuk mencapai net zero Emissions sebelum tahun 2050.
Tidak tugas pemerintah saja tetapi kita masyarakat biasa mempunyai kewajiban memelihara hutan kita dari ganasnya tangan-tangan Pembalak liar. Semua itu demi kenyamanan kita hidup di Bumi ini, untuk mencapai net zero Emissions (nol bersih emisi).
Kenapa net zero Emissions begitu penting bagi seluruh umat manusia penghuni planet Bumi ini?
Karena kalau emisi karbon itu gagal diserap tanaman untuk berfotosintesis, maka emisi karbon itu akan menguap ke atmosfer. Lapisan atmosfer akan menebal dan kemampuan matahari untuk menyerap panas akan berkurang. Lapisan atmosfer yang menebal tadi, akan memantulkan panas kembali ke Bumi. Terjadilah pamanasan global yang membuat bumi terasa semakin panas.
Panas seperti terperangkap dalam rumah kaca.
Kalau Net Zero Emissions Versus Pemalak Liar kalau dibiarkan terus pembalak liar menjadi pemenangnya mustahil net zero Emissions selambat-lambatnya tahun 2060 akan tercapai.
Akibatnya es di Kutub akan mencair. Permukaan air laut akan naik. Kota-kota di pesisir pantai akan tenggelam.
Mari kita perangi pembalak liar bersama-sama, supaya net zero Emissions Versus Pemalak Liar akan dimenangkan oleh net zero Emissions.
Sesungguhnya Net Zero Emissions (nol bersih emisi) tidaklah mungkin tercipta. Karena secara alami manusia dan makhluk hidup lainnya bernafas mengeluarkan CO2.
Tetapi kalau emisi karbon yang dihasilkan manusia dan makhluk hidup lainnya dapat diserap oleh tanaman untuk berfotosintesis, maka tidak ada yang menguap ke atas hingga ke lapisan atmosfer. Lapisan atmosfer tetap bertugas melindungi bumi dan para penghuninya. Sedangkan panas yang dihasilkan Bumi dapat diserap matahari secara penuh. Bumi tetap sejuk bagai udara di pegunungan. Kita penghuni planet Bumi ini tidak lagi memerlukan AC (Air Conditioner) untuk mendapatkan udara sejuk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun