Mohon tunggu...
Fadhillah Piliang
Fadhillah Piliang Mohon Tunggu... Programmer - Programer komputer yang suka menulis dari saat kuliah
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pekerja Perusahaan swasta, Programer komputer Alumni universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Financial

Kereta Cepat Makin Membebani Negara

12 Oktober 2021   06:02 Diperbarui: 12 Oktober 2021   06:03 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketua Komite Kereta Cepat Jakarta-Bandung (luhut.panjaitan)

Presiden Joko Widodo baru-baru ini menunjuk Luhut Binsar Panjaitan sebagai Ketua Komite Kereta Cepat Jakarta-Bandung.

Tugas komite ini adalah menyepakati atau menetapkan langkah yang perlu diambil untuk mengatasi bagian kewajiban perusahaan patungan dalam hal terjadi masalah kenaikan atau perubahan biaya (cost overrun) proyek kereta cepat antara Jakarta dan Bandung.

Kita sebagai masyarakat biasa tenang-tenang saja karena Presiden Joko Widodo berulang-ulang menegaskan proyek Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung memakai sistem Business to Bussines tidak ada memakai  Government to Governmen. Jadi menurut bapak Presiden negara tidak dirugikan.

Tetapi sekarang beliau mengatakan penggunaan APBN berarti tidak business to business lagi tapi sudah memakai Governmen to Gobernmen.

Bahkan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini telah mengabaikan AMDALdan keluhan masyarakat setempat yang dilalui Kereta Cepat itu

Sesungguhnya awalnya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung studi kelayakan dibuat pihak Jepang dengan  anggaran 6,2 miliar dolar Amerika Serikat.

Pihak Jepang juga menambahkan Proyek ini tidak layak.

Kemudian datang studi dari China yang mengatakan proyek ini layak. Pihak China menganggarkan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung hanya sebesar 5,5 miliar dolar Amerika Serikat, tatapi kemudian membengkak menjadi 8,6 Miliar dolar atau sekitar 12 triliun rupiah ( lebih mahal dari Jepang).

Di daerah asalnya Proyek Kereta Cepat ini selalu merugi.

Seperti di Jepang dan China, makanya Amerika Serikat dan negara-negara di Eropa tidak mau dengan proyek Kereta Cepat ini.

Kereta Cepat cepat ini tidak begitu efektif, katena lebih cepat dari mobil, tetapi lebih lambat dari pesawat terbang. Melihat harga tiketnya yang cukup tinggi, kemungkinan orang akan memilih bus yang  harganya relatif lebih murah.

Dengan menggunakan APBN Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung semakin lama, biayanya samakin membebani negara.

Tapi kenapa harus tetap dilanjutkan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun