Pada konferensi tingkat tinggi di Paris tahun 2015 negara-negara industri telah berkomitmen untuk mencapai 'Net-Zero Emissions' atau bahasa Indonesianya dikenal dengan nol bersih emisi pada tahun 2050.
Indonesia sebagai negara berkembang agak mundur sedikit dengan menargetkan untuk mencapai 'Net-Zero Emissions' selambat-lambatnya sebelum tahun 2060.
Penyelenggaraan Formula E merupakan suatu cara mengampanyekan 'Net-Zero Emissions'.
Hal Inilah membuat Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan ngotot untuk tetap menyelenggarakan Formula E di Jakarta  walaupun di tengah adanya pandemi virus Corona yang masih menyerang Indonesia. Walaupun ditentang oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Soladiritas Indonesia (PSI).
Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Soladiritas Indonesia (PSI) bahkan berusaha keras untuk mengunakan Hak Interpelasi di DPRD DKI. Tetapi sayangnya rencana Pelaksanaan PDIP dan PSI ini ditolak oleh partai-partai lainnya (Partai Gerakan Indonesia Raya), Partai Keadilan Sejahtera, Partai Kebangkitan Bangsa, Partai Persatuan Pembangunan dan Partai Golongan karya).
Sesungguhnya tidak hanya Gubernur Anies Baswedan dan para ahli Lingkungan Hidup yang bisa menjadi Pejuang Net-Zero Emissions (nol bersih emisi). Emak-Emak dan Kaum Rebahan juga bisa seperti Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan para Ahli Lingkungan Hidup lainnya.
Emak-Emak yang biasa bekerja di dapur tentunya menghasilkan sampah yang tidak sedikit. Dalam membuang sampah ini diperlukan pengertian emak-emak untuk tidak membuang sampah sembarangan seperti tidak membuang sampah ke sungai dan perairan lainnya. Halaman teras yang tidak terpakai, biasanya dimanfaatkan emak-emak untuk menanam bunga. Teras rumah terlihat asri dan menghijau.Â
Kedua hal itu tanpa terasa dan tanpa disadari emak-emak telah jadi pejuang untuk mencapai net zero Emissions (nol bersih emisi). Tidak saja emak-emak, bahkan kaum Rebahan bisa menjadi pejuang untuk mencapai  net zero Emissions. Kaum Rebahan yang biasanya tidur disiang hari dan terbangun di malam hari, tentunya tidak bisa membuang sampah sembarangan.Â
Tidak mungkin buang sampah di sungai dan perairan lainnya di malam hari yang sepi. Kaum Rebahan juga jarang memakai motor atau mobil yang menghasilan gas karbon (karena tidur di siang hari dan terbangun di malam hari) Â Kedua hal itu juga membuat kaum Rebahan tanpa sadar telah menjadi pejuang dalam mencapai net zero Emissions.
Jadi tidak hanya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Ahli-ahli Lingkungan Hidup saja yang bisa menjadi pejuang dalam mencapai net zero Emissions (nol bersih emisi). Tetapi emak-emak dan Kaum Rebahan juga bisa menjadi pejuangnya.
Mengapa emisi karbon begitu penting bagi umat manusia penghuni planet Bumi ini? Karena apabila emisi karbon tersebut tidak terserap oleh tanaman untuk berfotosintesis, maka akan menguap ke lapisan atmosfer. Emisi karbon ini akan membuat lapisan atmosfer akan semakin tebal, sehingga kemampuan matahari untuk menyerap panas dan membuangnya ke angkasa semakin berkurang. Akibatnya panas akan dipantulkan lagi ke bumi. Bumi akan semakin panas yang kita kenal dengan pemanasan global. Panas tersebut seakan terperangkap dalam lapisan kaca.
Pemanasan global itu akan menimbulkan efek yang sangat luar biasa. Es di kutub Utara dan kutub Selatan akan mulai mencair. Kota-kota dipinggir pantai (seperti Jakarta) akan tenggelam akibat naiknya permukaan air laut. Bahkan Presiden Amerika Serikat Joe Biden pernah memperkirakan Jakarta akan tenggelam (karena naiknya permukaan air laut) dalam sepuluh tahun ke depan.
Jadi siapapun kita, apapun pekerjaan kita, mari menciptakan net zero Emissions (nol bersih emisi) di Bumi Pertiwi, selambat-lambatnya sebelum tahun 2060 sesuai yang sudah kita (Indonesia) canangkan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H