Waktu saya dilahirkan Kakek saya sudah berusia 60 tahun. Tetapi sebagai perokok lumayan berat usia tidak menghalangi beliau untuk terus merokok. Bagi Kakekku akan memilih rokok dari makanan kalau seandainya harus memilih.
Tetapi setelah cucu-cucu beliau lahir, tempat merokok jadi suatu masalah bagi Kakek. Setiap akan mengisaprokok kesayangan beliau, setiap itu pula kakek harus ke halaman depan atau belakang disuruh nenek.Â
"Kalau sayang sama cucu merokoknya diluar saja, supaya asapnya tidak terhisap cucu-cucu," kata nenek dengan tegas. Karena sayang kepada cucu-cucu (atau takut sama nenek), terpaksalah Kakek dan rokok kesayangan beliau harus mengalah keluar.
Lama-lama waktu kebersamaan dengan cucu-cucu terbuang karena rokok kesayangan. Akhir kakek lebih memilih bercanda dengan cucu-cucu dari pada mengisap rokok kesayangan beliau.
Rokok kesayangan mulai ditinggalkan, walau Kakek sudah puluhan tahun menghisapnya.
Karena keinginan untuk berkumpul dengan cucu, ego Kakek pada rokok perlahan mulai ditinggal. Ternyata rasa sayang pada cucu-cucu tercinta, bisa menjadi obat ampuh untuk berhenti merokok.
Tidak perlu berobat mahal-mahal, tidak perlu konsultasi ke dokter dan tidak perlu mengunakan alat-alat bantu untuk berhenti merokok, yang diperlukan hanya rasa sayang dan tidak mau kehilangan momen untuk selalu berkumpul dengan orang tercinta.
Kini Kakek sudah bebas dari rokok yang sudah menjerat beliau sudah puluhan tahun.
Ternyata rasa sayang pada cucu-cucu tercinta bisa mengalahkan apa saja termasuk rokok kesayangan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H