Menteri Pemuda dan Olahraga Indonesia, Dito Ariotedjo memberikan opini terkait performa atlet Indonesia yang mendapatkan hasil minor di Indonesia Open 2024. Sayangnya opini tersebut menjadi polemik dan dibantah perwakilan PBSI setelahnya.
Indonesia mengalami kegagalan di ajang Indonesia Open 2024 dengan tidak ada satu pun wakil dari Pelatnas yang berhasil mencapai final selama tiga tahun berturut-turut (2022-2024).Â
Bahkan, untuk tahun ini, pencapaian terbaik hanya sampai di perempat final, yang diraih oleh Gregoria Mariska Tunjung dan pasangan Muhammad Shohibul Fikri/Bagas Maulana.
Gregoria atau yang akrab disapa Jorji, harus mengakui keunggulan Wang Zhiyi dengan skor 8-21, 18-21, sedangkan Bagas/Fikri kalah dari pasangan Denmark, Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmussen dengan skor 16-21, 21-15, 21-23.
Pernyataan Menpora Terkait Hasil Minor Atlet Indonesia di Indonesia Open 2024
Menanggapi hasil ini, Menpora Dito Ariotedjo memberikan pernyataan yang mengundang kontroversi. Pada hari Jumat, Dito mengatakan bahwa kekalahan sembilan wakil Indonesia yang akan berlaga di Paris adalah bagian dari pemanasan.Â
Ia berpendapat bahwa mungkin saja kekalahan mereka disebabkan oleh strategi untuk menyembunyikan teknik terbaik, agar permainan mereka tidak terbaca saat tampil di Olimpiade Paris 2024.
Menpora sendiri memberikan pernyataan saat Jumat bahwa "Ya kalau saya sih ada pemikiran jangan-jangan ini mereka mau ngumpetin jurus saktinya buat di Olimpiade nanti biar para lawannya pada kaget dan bingung," lanjutnya sembari tertawa.
Pernyataan Bantahan PBSI Atas Opini Menpora
Namun, pernyataan ini langsung dibantah oleh PBSI pada hari berikutnya. Kabidbinpres PP PBSI, Ricky Soebagja, dengan tegas menyatakan bahwa kekalahan pemain Indonesia di babak-babak awal Indonesia Open 2024 bukanlah sebuah strategi untuk menyembunyikan jurus sakti.
Kekalahan-kekalahan ini menunjukkan bahwa ada masalah serius yang harus segera diatasi. Menpora seharusnya tidak mengeluarkan pernyataan yang terkesan asal dan tanpa dasar yang jelas.Â