Mal Festival Citilink di Kota Bandung dan grup idola dari Indonesia, JKT48 hari ini jadi pembicaraan di sosial media. Hal ini karena pembatalan tur konser JKT48 yang berlangsung di mal tersebut di Bandung tepatnya sekitar pukul 14.40 WIB.
Batalnya rencana konser tersebut menurut salah satu penggemar JKT48 yang datang ke Mal tersebut sudah mulai terasa sejak pagi. Hal ini setelah ketika ditanya tentang kepada pihak keamanan mereka tidak mengetahui adanya konser tersebut. Dan akhirnya dari kepolisian dan satpol PP mendatangi lokasi ketika banyak orang atau kerumunan di semua lantai mal. Akhirnya kejadian berujung pada pernyataan pembatalan konser dari panitia mal dan JKT48.
Hal ini membuat kecewa para penggemarnya yang sudah rela datang dari Bandung dan luar Bandung sejak pagi agar bisa melihat artis idolanya secara langsung. Bahkan hingga hari ini, sosial media seperti twitter dipenuhi kekesalan dan kekecewaan para penggemar kepada penyelenggara baik dari manajemen JKT48 dan pihak mal.
Pemerintah Kota Bandung sendiri sebenarnya sudah memperbolehkan aktifitas kerumunan dengan batasan jumlah pengunjung. Tetapi banyak yang sudah mempunyai hajat seperti menyelenggarakan konser dan pertandingan sepakbola, namun hasilnya ada yang berakhir pada pembatalan dan sanksi karena faktor tidak siapnya penyelenggara terhadap antusias penonton.
Dua acara terakhir adalah kasus di Stadion Gelora Bandung Lautan Api yang dialami klub sepak bola, Persib Bandung dan Mal Festival Citylink yang dialami oleh JKT48. Untuk yg di GBLA berakhir dengan 2 orang meninggal karena terhimpit kerumunan yang memasuki stadion yang sudah over kapasitas. Bahkan ada kabar bahwa kejadian tersebut kemungkinan berasal dari oknum penyelenggara yang memberikan tiket bodong kepada penonton yang tak mendapat tiket. Kedua acara tersebut pun terjadi karena kelalaian dan ketidaksiapan penyelenggara.
Dari dua contoh tersebut tentu terdapat pertanyaan. Sebenarnya tempat-tempat hiburan di Bandung sudah siap untuk menyelenggarakan hiburan dengan penonton atau belum.
Hal tersebut sayangnya tak bisa disudutkan kepada penyelenggara secara penuh, mengingat pemerintah Kota Bandung belum membolehkan semua penonton untuk datang. Sehingga ada faktor dari penonton yang harus bersabar bila tak dapat tiket dan tidak memaksa untuk memasuki tempat hiburan.
Adanya rumor pembelian tiket tembak via oknum penyelenggara di GBLA dan membludaknya penonton yang tidak membeli tiket tetapi nonton via lantai lain di Mal Feslink menjadi salah satu titik kesalahan dari sudut pandang penonton.
Hasil yang didapat JKT48 usai pembatalan konser adalah tiket yang harus dikembalikan ke penonton, gagalnya acara yang notabene merusak keberhasilan acara secara keseluruhan, dan yang paling penting adalah rusaknya citra kepada penggemarnya.
Begitupun Persib yang bahkan harus minta maaf karena insiden mengakibatkan 2 orang meninggal dan sanksi tidak boleh menyelenggara pertandingan di Piala Presiden dengan penonton serta pemindahan stadion dari GBLA ke stadion Si Jalak Harupat.
Namun, secara keseluruhan semua itu harusnya bisa saja diminimalisir atau bahkan tidak terjadi apabila koordinasi dan tegasnya penyelenggara ketika tempat hiburan seperti konser dan pertandingan sepakbola di selenggara. Dan jangan lupa juga dibarengi dengan kedewasaan para penontonnya.
Semoga tak ada yang mengikuti JKT48 dan Persib yang rugi akibat gagal menyelenggarakan acara hiburan untuk penggemarnya. Dan Bandung bisa kembali menyelenggarakan hiburan dengan aman dan nyaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H