Mohon tunggu...
Fadhilatus Sholihah Ahfa
Fadhilatus Sholihah Ahfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi, UNJ

sedang terus berproses

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pentingnya 1000 Hari Pertama dalam Cegah Stunting

22 Oktober 2023   11:06 Diperbarui: 22 Oktober 2023   11:25 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pengetahuan orang tua mengenai gejala, dampak dan pencegahan stunting dapat menentukan sikap dan perilaku mereka dalam menjaga kesehatan dan mencegah stunting, sehingga  dapat menurunkan angka gizi buruk dan stunting. Kajian Kusumawati dkk. (2015) menunjukkan bahwa pengetahuan ibu merupakan faktor risiko terjadinya stunting; Anak yang mengalami stunting sering kali terjadi pada ibu-ibu yang pengetahuannya kurang.

Ada banyak faktor yang menjelaskan tingginya angka stunting pada balita. Penyebab langsungnya adalah kekurangan pangan dan munculnya penyakit menular (UNICEF, 1990; Hoffman, 2000; Umeta, 2003). Stunting disebabkan oleh banyak faktor multidimensi, tidak hanya  gizi buruk pada ibu hamil dan anak kecil. Oleh karena itu, intervensi paling tegas untuk menurunkan angka stunting harus dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK)  anak di bawah 5 tahun. Faktor lainnya adalah kurangnya pengetahuan ibu, pola asuh yang buruk, kebersihan yang buruk, dan layanan kesehatan yang buruk (UNICEF, 1990). Selain itu, masyarakat masih belum menyadari bahwa anak pendek merupakan suatu permasalahan, karena anak pendek dianggap sebagai anak normal, bukan anak kurus yang memerlukan perawatan segera. Begitu pula dengan gizi ibu selama hamil, masyarakat masih belum menyadari pentingnya gizi selama hamil dalam memberikan kontribusi terhadap status gizi anak yang akan dilahirkannya di kemudian hari (Unicef Indonesia, 2013).

Stunting disebabkan oleh interaksi yang kompleks antara pengaruh keluarga, lingkungan, sosial ekonomi, dan budaya. Beberapa faktor utama yang berkontribusi terhadap keterlambatan perkembangan antara lain:

  • Pola makan yang buruk, terutama pada masa kritis kehamilan dan masa bayi, dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan. Kekurangan zat gizi penting seperti protein, vitamin dan mineral dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan.
  • Malnutrisi yang terjadi pada 4.444 Ibu yang mengalami malnutrisi lebih besar kemungkinannya untuk melahirkan anak dengan berat badan lahir rendah dan mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami stunting. Malnutrisi ibu saat hamil juga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin.
  • Infeksi kronis atau berulang, seperti diare, infeksi pernafasan, dan parasit, dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan. Infeksi ini dapat menyebabkan penyerapan nutrisi yang buruk, peningkatan kebutuhan nutrisi, dan penurunan nafsu makan.
  • Kurangnya air minum yang aman, sanitasi yang memadai, dan praktik kebersihan dapat meningkatkan risiko infeksi dan penyakit, yang pada gilirannya dapat berkontribusi terhadap lambatnya pertumbuhan.
  • Terbatasnya akses terhadap layanan kesehatan berkualitas, termasuk layanan pranatal, vaksinasi, dan pengobatan infeksi, dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang tepat.
  • Stunting lebih sering terjadi pada rumah tangga berpendapatan rendah dan masyarakat dengan sumber daya terbatas. Kemiskinan dapat mempengaruhi akses terhadap makanan bergizi, layanan kesehatan dan fasilitas sanitasi, sehingga memperparah risiko stunting.
  • Terbatasnya pengetahuan tentang gizi yang baik, praktik penitipan anak dan pentingnya tumbuh kembang anak usia dini dapat berkontribusi terhadap terjadinya stunting.

Penting untuk dicatat bahwa faktor-faktor ini sering berinteraksi dan memperkuat satu sama lain, sehingga menyebabkan risiko stunting lebih tinggi. Mengatasi stunting memerlukan pendekatan komprehensif yang mengatasi penyebab mendasar dan memberikan intervensi untuk meningkatkan gizi, layanan kesehatan, sanitasi dan pendidikan.

Upaya pencegahan stunting harus dimulai oleh ibu dari masa kehamilan terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan, salah satunya adalah dengan pengetahuan dan sikap ibu tentang pencegahan stunting. Penguatan intervensi untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu tentang kesehatan dan gizi perlunya paket gizi (Pemberian Makanan Tambahan, Vit A. Tablet Tambah Darah) pada ibu hamil dan balita, memahami pengasuhan dan pembinaan tumbuh kembang anak (Kemenkeu, 2018)

Kemungkinan efek samping yang ditimbulkan akibat stunting dalam jangka pendek adalah gangguan perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Efek samping jangka panjang yang mungkin terjadi antara lain berkurangnya kemampuan kognitif dan prestasi akademis, berkurangnya kekebalan tubuh, membuat orang lebih rentan terhadap penyakit dan berisiko tinggi terkena diabetes, obesitas, penyakit kardiovaskular, dan  kanker, kanker, stroke, dan kecacatan pada lansia. Semua ini akan menurunkan kualitas sumber daya manusia, produktivitas, dan daya saing nasional Indonesia (Astarani, Idris, & Oktavia, 2020).

Berkurangnya kemampuan kognitif anak yang mengalami stunting pada dua tahun pertama kehidupannya cenderung memiliki IQ yang lebih rendah dibandingkan anak yang tidak mengalami stunting. Pertumbuhan yang melambat juga dapat menyebabkan terhambatnya proses berpikir dan memori, sehingga menyebabkan kurangnya keberhasilan akademis. Selain itu, pertumbuhan yang melambat yang terjadi pada awal kehidupan dapat menyebabkan kerusakan permanen. Temuan ini didukung oleh penelitian di Afrika yang menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami stunting sebelum usia dua tahun memiliki nilai tes kognitif yang jauh lebih rendah dibandingkan anak-anak yang tidak mengalami malnutrisi dini. Stunting juga dapat memprediksi hasil kognitif dan pendidikan yang lebih buruk pada masa kanak-kanak dan remaja.

SIMPULAN

Stunting pada anak-anak merupakan masalah kesehatan global yang ditandai dengan tidak tercapainya potensi perkembangan anak secara maksimal. Faktor yang menyebabkan stunting adalah gizi yang tidak memadai, malnutrisi pada ibu, infeksi dan penyakit, sanitasi yang buruk, layanan kesehatan yang tidak memadai, faktor kemiskinan dan sosial ekonomi, dan kurangnya pendidikan dan kesadaran. Upaya dalam pencegahan stunting harus dimulai oleh ibu dari masa kehamilan terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan. Dampak yang ditimbulkan stunting dibagi menjadi dua yaitu dampak jangka pendek dan jangka panjang, dampak panjang stunting menyebabkan berkurangnya kemampuan kognitif dan prestasi akademis.

DAFTAR PUSTAKA

Choliq, I., Nasrullah, D., & Mundakir, M. (2020). Pencegahan stunting di Medokan Semampir Surabaya melalui modifikasi makanan pada anak. Humanism: Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(1).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun