Mohon tunggu...
Nadia Fadhila
Nadia Fadhila Mohon Tunggu... -

Nadia Fadhila. www.101properti.com

Selanjutnya

Tutup

Money

Waspadailah Bubble Properti! Ayo Kenali Biang Krisis Ekonomi Ini

1 September 2014   01:07 Diperbarui: 18 Juni 2015   01:58 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Cek lebih lanjut www.101properti.com

Like Facebook.com/101propertiku

Follow twitter.com/101properti
Bubble property secara  harfiah bermakna balon properti. Masalah ini dinamakan demikian karena melambungnya harga properti (tanah, rumah, apartemen, ruko, dll.) melebehi nilai harga yang wajar. Ibarat balon, harga yang melambung tidak masuk akal pada akhirnya bisa kempes bahkan gawatnya pecah mendadak dan jatuhlah harga serendah-rendahnya mengakibatkan porak poranda krisis ekonomi. Contoh paling nyata tentunya adalah krisis 2008 di Amerika Serikat yang disebabkan oleh bubble property ini. Bubble property ini terjadi bukan tanpa sebab. Bagi anda yang tertarik dalam dunia investasi, bisnis, developer, atau hanya sekedar ingin beli rumah pribadi tentu wajib mengenali gejala-gejala sakitnya pasar properti ini.

1. Rasio harga rumah dan gaji pokok rata-rata penduduk sekitar yang tidak masuk akal

Penting sekali untuk membandingkan gaji pokok rata-rata penduduk dengan harga rata-rata rumah disekitarnya. Mengapa? Karena rasio ini menunjukan perbandingan antara permintaan dan penawaran rumah. Apabila harga rumah jauh lebih tinggi dari kemmampuan raa-rata penduduk untuk membelinya, tentu terjadi ketidakseimbangan di pasar properti yang menandakan kemungkinan bubble property terjadi.
2. Rasio pembayaran kredit rumah terhadap gaji penduduk rata-rata yang memakan banyak pendapatan

Ketika rasio pembayaran kredit rumah/apartemen/tanah/ properti lainnya mengambil porsi pendapatan rumah tangga terlalu besar, pemilik properti cenderung akan menaikan harga jual/sewa rumah untuk menutupi beban yang besar ini. Tindakan tersebut membuat harga properti menjadi melambung melebihi batasan nilai riil properti tersebut.

3. Perbandingan kenaikan harga jual rumah dengan kenaikan harga sewa yang jauh lebih besar

Apabila presentase kenaikan harga rumah jauh lebih tinggi daripada presentase kenaikan harga jual rumah, tentu bisa diketahui harga properti di pasar tidak wajar dan cenderung menuju ke housing bubble. Contohnya di AS, Selama 30 tahun harga sewa terus naik tiap tahunnya sebanyak 3% sementara harga jual properti pasaran naik 6% sepanjang tahun 1997-2002 maka tidak heran apabila pada tahun 2007 AS mengalami krisis ekonomi yang disebabkan oleh housing bubble.

Dengan tiga tanda-tanda tersebut, saya harap para pembaca bisa lebih memahami tentang housing bubble dan bisa waspada kritis terhadap inndustri properti sekitar anda. Pengetahuan ini SANGATLAH PENTING bagi anda yang tertatik berbisnis dan berinvestasi di dunia properti.

Cek lebih lanjut www.101properti.com

Like Facebook.com/101propertiku

Follow twitter.com/101properti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun