Penulis: Fadhilah Ramadhani (2403540), Dosen Pengampu: 1.) Dr. Dinie Anggraeni Dewi,M.Pd., M.H., 2.) M. Irfan Ardiansyah,S.Pd.
Dalam era teknologi yang berkembang pesat, kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian integral dari banyak aspek kehidupan, termasuk Pendidikan. Teknologi ini menawarkan potensi luar biasa dalam menciptakan sistem pendidikan yang lebih efektif dan efisien. Namun, penting untuk menekankan bahwa peran guru sebagai pendidik utama tetap tak tergantikan. Kombinasi antara teknologi canggih dan sentuhan manusia inilah yang dapat membawa dunia pendidikan menuju masa depan yang lebih cerah.
AI telah menunjukkan kemampuannya dalam mendukung proses belajar mengajar., AI dapat membantu menciptakan materi belajar yang sesuai dengan kebutuhan individu. Hal ini sangat penting dalam kelas dengan jumlah siswa yang besar, di mana sulit bagi guru untuk memberikan perhatian khusus kepada setiap individu, sehingga proses belajar menjadi lebih efektif. Menurut artikel dari artificial intelligence center Indonesia, AI memungkinkan personalisasi pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan setiap siswa, meningkatkan keterlibatan dan hasil pembelajaran.
Meskipun demikian, kehadiran AI tidak dimaksudkan untuk menggantikan guru. Sebaliknya, teknologi ini berperan sebagai alat bantu. Dr. Tian Belawati, Guru Besar Universitas Terbuka, menjelaskan bahwa peran guru sangat diperlukan untuk memberikan pengajaran yang bersifat emosional dan sosial, sesuatu yang belum dapat dilakukan oleh mesin. Guru memiliki kemampuan untuk menginspirasi, memberikan motivasi, dan memahami konteks sosial-budaya siswa, yang semuanya penting dalam membentuk kepribadian dan karakter generasi muda. Dalam sebuah wawancara dengan Republika, Dr. Tian menegaskan bahwa AI seharusnya dianggap sebagai "asisten digital" yang membantu guru menangani tugas-tugas administratif, seperti penilaian otomatis dan pengelolaan data siswa.
Selain memberikan dukungan pembelajaran, AI juga membuka akses pendidikan yang lebih luas, terutama di daerah terpencil. Contohnya adalah program AI for Education yang diluncurkan oleh Microsoft di Indonesia. Program ini menyediakan platform pembelajaran digital yang dapat diakses bahkan di daerah dengan keterbatasan infrastruktur. Guru dan siswa dapat mengakses materi pembelajaran kapan saja dan di mana saja, sehingga mengurangi hambatan geografis dalam mendapatkan pendidikan berkualitas. Namun, implementasi teknologi ini masih menghadapi tantangan, seperti keterbatasan jaringan internet di beberapa wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa inovasi teknologi harus diimbangi dengan upaya peningkatan infrastruktur yang memadai.
Salah satu kekhawatiran yang sering muncul adalah potensi AI menggantikan pekerjaan manusia, termasuk guru. Namun meskipun AI dapat mengotomatisasi beberapa aspek pekerjaan, seperti penilaian dan analisis data, peran manusia tetap diperlukan dalam bidang yang membutuhkan kreativitas, empati, dan pemikiran kritis. AI tidak dapat menggantikan hubungan manusia yang terjadi antara guru dan siswa. Misalnya, ketika seorang siswa mengalami kesulitan emosional, kehadiran guru sebagai pendengar dan pemberi motivasi sangat penting, dan ini adalah sesuatu yang tidak bisa diberikan oleh sebuah algoritma.
Sebagai pendidik, penting bagi guru untuk melihat AI sebagai peluang, bukan ancaman. Dengan memanfaatkan teknologi ini, guru dapat lebih fokus pada peran inti mereka, yaitu membimbing dan mengembangkan potensi siswa. Contoh nyata dari kolaborasi manusia dan teknologi dapat dilihat di Finlandia, negara yang dikenal dengan sistem pendidikannya yang maju. Di sana, AI digunakan untuk mendukung pembelajaran, sementara guru tetap menjadi pengarah utama dalam proses pendidikan. Sistem ini memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri melalui platform digital, tetapi tetap mendapatkan bimbingan intensif dari guru ketika menghadapi kesulitan.
Namun, tidak semua tantangan dalam penerapan AI berasal dari sisi teknologi. Ada juga isu etika yang perlu diperhatikan, seperti privasi data siswa. Dalam penggunaan AI, data siswa sering kali digunakan untuk meningkatkan personalisasi pembelajaran. Hal ini memunculkan kekhawatiran mengenai bagaimana data tersebut dikelola dan dilindungi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah dan penyedia teknologi untuk menerapkan kebijakan yang transparan dan bertanggung jawab dalam pengelolaan data.
Sebagai penutup, meskipun teknologi AI membawa banyak peluang dalam dunia pendidikan, tetap diperlukan pendekatan yang bijaksana dalam penggunaannya. Teknologi ini tidak akan menggantikan guru, melainkan menjadi mitra yang dapat mendukung mereka dalam menciptakan pembelajaran yang lebih baik. Dengan memadukan kemampuan teknologi dan kehangatan manusia, pendidikan masa depan dapat menjadi lebih inklusif, efektif, dan berorientasi pada pengembangan karakter siswa. Sementara teknologi terus berkembang, nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan oleh guru akan selalu menjadi inti dari pendidikan. Kolaborasi antara manusia dan AI adalah kunci untuk mewujudkan sistem pendidikan yang tidak hanya cerdas secara teknologi, tetapi juga bermartabat secara sosial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H