Artinya: "Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji."
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Kerjakanlah sholat malam, karena sholat malam itu kebiasaan orang-orang yang shaleh sebelum kamu dahulu, juga suatu jalan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan kalian, juga sebagai penebus pada segala kejahatan (dosa) mencegah dosa serta dapat menghindarkan penyakit dari badan." (HR Imam Tirmizi & Ahmad. Bagi seorang hamba yang melakukan ibadah shalat tahajud dalam rangka bertaqarrub ilaAllah dengan hati yang ikhlas, maka hal ini akan merupakan kenikmatan pada dirinya. Di samping kondisi eksternal, maka terdapat kondisi internal yang ada dalam diri seseorang, yaitu suatu kondisi yang dirasakan oleh psikis manusia sebagai sebuah ketenangan. Melaksanakan shalat tahajud dengan hati ikhlas dan mengharap ridla Allah bagi orang-orang beriman akan menciptakan ketenangan dan ketentraman di hati mereka.
Sehingga dengan begitu, shalat tahajud akan menjadi salah satu sarana penting dalam rangka melaksanakan terapi untuk menghadirkan rasa tumaninah, yaitu ketenangan dan ketentraman tersebut Didasarkan oleh firman Allah SWT dalam surat al-Muzzamil 1-6:
Â
Artinya: "Wahai orang yang berselimut (Muhammad)! Bangunlah (untuk shalat) pada malam hari, kecuali sebagian kecil. (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua) itu, dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan perkataan yang berat kepadamu. Sungguh, bangun malam itu lebih kuat (mengisi jiwa); dan (bacaan di waktu itu) lebih berkesan."
Pada ayat kedua atas, Allah menyuruh orang yang berselimut supaya bangun pada malam hari untuk menjalankan shalat tahajud. Dan pada ayat pertama dari surah almuzzamil berbunyi, "Hai orang- orang yang berselbnut". Pengertian berselimut disini secara kontekstual bisa orang yang sedang memiliki masalah, kegelisahan, kecemasan, kekhawatiran, karena menghadapi berbagai kemungkinan yang akan menimpa dirinya. Shalat tahajud ini memiliki manfaat praktis, baik dari sudut pandang religius maupun kesehatan, sebagaimana disabdakan Rasulullah SAW. dalam hadist "Shalat tahajud dapat menghapus dosa, mendatangkan ketenangan, dan menghindarkan dari penyakit, "(HR Tirmidzi).
Sabda Rasulullah Saw. diatas memberikan sebuah peluang untuk menelaah lebih jauh mengenai hubungan praktik ibadah mahdah dengan alur logika dan pembuktian sains, B Pendapat para ulama justru menjadikan seruan "wahai orang yang berselimui, sebagai panggilan akrab dan mesra dari Allah SAW terhadap Nabi-Nya. Memang, di sisi lain, panggilan itu dapat tertuju kepada setiap orang yang tertidur malam agar memperhatikan pesan ayat ini dengan menggunakan waktu malam untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari shalat tahajud, diantara lain adalah:
1. Lebih mendekatkan diri dengan Allah SWT.
2. Menguatkan iman dan taat kepada Allah SWT.
3. Bisa menenangkan hati dan jiwa.
4. Membuka pintu rahmat dan berkah.
5. Membawa kita ke tempat yang mulia.
6. Waktu tahajud adalah waktu yang paling mustajab untuk kita berdoa.
7. Menenangkan hati.
8. Membersihkan dosa yang ada dalam diri.
9. Membuat hidup lebih berkah.
10. Menjaga kesehatan fisik dan jiwa.
11. Menjadi lebih sabar.
Berdasarkan Al-Qur'an dan hadits, ada beberapa keutamaan dalam shalat tahajud, yaitu:
1. Memberikan kesadaran tentang Allah SWT. Dan membawa umatnya ke tempat yang terpuji pun mulia di sisi Allah SWT.
2. Menbantu umatnya menjadi rendah hati dan ramah, terhadap orang terdekat maupun orang lain. Serta, bisa mengurangi dosa-dosa.
3. Menjadi waktu yang sangat penting untuk bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT.
4. Dapat menghapuskan dosa, mendatangkan ketenangan, dan akan menghindarkan diri dari penyakit.
5. Shalat tahajud juga dapat mengurangi stress, menjaga kesehatan mental dan juga meningkatkan daya tahan tubuh.
Dari pembahasan tersebut, adapun pengaruh mengenai shalat tahajud terhadap psikologis spiritual, yaitu:
1. Jiwa lebih tenang: individu yang memiliki kesehatan mental adalah apabila masih bisa merasakan ketenangan dan kebahagiaan walaupun mungkin dalam keadaan susah dan tidak merasakan keluhan-keluhan fisik yang mengganggu kehidupannya dan sebaliknya. Hal ini sesuai dengan pendapat Muhammad Mahmud Mahmud bahwa orang akan sehat mentalnya jika dalam diri individu menemukan adanya sebuah kemapanan (al-sakinah), ketenangan (altbuma'ninab), dan rileks (ar-rabab) batin dalam menjalankan kewajiban, baik kewajiban terhadap dirinya, masyarakat, maupun Tuhan (Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakir, 2002; 136-144).
2. Mampu mengontrol emosi: individu yang memiliki mental sehat jika ia mampu mengontrol emosi. Artinya ia mampu mengekspresikan emosinya secara tepat dengan waktu, orang dan tempat yang tepat. Hal di atas sesuai dengan pendapat Maslow dan Mittlemann bahwa ciri orang sehat mentalnya adalah memiliki emosionalitas yang tepat. Dia bisa tertawa dan bergembira secara bebas, dan mampu menghayati penderitaan dan kesedihan tanpa lupa diri (Kartini Kartono, 2000; 8).
3. Semangat dan percaya diri: semangat dalam beraktivitas merupakan ciri-ciri orang yang memiliki mental sehat sebagaimana dengan pendapat Hanna Jumhana Bastamanbahwa orang yang memiliki kesehatan mental adalah jika hidupnya berorientasi pada pengembangan diri, artinya pola yang berkaitan dengan kualitas khas insane (human qualities) seperti kreativitas, produktivitas, kecerdasan, tanggung jawab, dan sebagainya. Kesehatan mental berarti kemampuan individu untuk memfungsikan potensi-potensi manusiawinya secara maksimal, sehingga ia memperoleh manfaat bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain (Hanna Jumhana B,1997 ;134). Contohnya dengan semangat kerja dan percaya diri, maka individu akan mudah mendapatkan rezeki.
4. Pikiran lebih jernih dan bijaksana dalam pengambilan keputusan: bermental sehat artinya jika individu mampu menggunakan akalnya sebagai pengawasan untuk pengambilan keputusan dalam menentukan sikap dan bertindak. Dapat disimpulkan bahwa akal pikiran sebagi pengawas perilaku. Akal merupakan hal pokok dari kehidupan manusia dewasa yang bermental sehat dan berkepribadian normal karena dengan pengawasan akal manusia mampu membimbing perilakunya. Manusia yang memiliki pengawasan diri akan terhindar dari kemungkinan perbuatan yang bertentangan dengan hukum agama, adat dan aturan moral dalam hidupnya (Jaelani, 2000; 85-86).
5. Meningkatnya kemampuan sosial: orang yang sehat mentalnya adalah orang yang mampu menyesuaikan dengan dirinya sendiri dan kehidupan bermasyarakat. Penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Maslow dan Mittlemann bahwa ciri orang sehat mentalnya adalah memiliki kontak dengan realitas secara efisien, pandangan hidupnya relistis dan cukup luas, sanggup menerima segala cobaan hidup, memiliki kontak efisien dengan diri sendiri dan mudah melakukan adaptasi dan asimilasi diri jika lingkungan sosial memang tidak bisa dirubah oleh dirinya (Kartini Kartono, 2000 ; 8)Â Michael Patrick juga mengatakan bahwa seseorang yng sehat mentalnya itu jika sesuai dengan kapasitasnya sendiri , dapat hidup tepat selaras dengan lingkungan (Moeljono Notosooedirdjo dan Latipun, 2001 ; 29-30).
6. Badan menjadi sehat atau jauh dari penyakit: orang yang bermental sehat akan memiliki daya tahan tubuh yang baik.