Mohon tunggu...
Nur Fadhila Desy Ramadhani
Nur Fadhila Desy Ramadhani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga NIM: 21107030028

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Studio Alam Gamplong, Tempat Wisata seperti di Belanda

24 April 2022   08:00 Diperbarui: 24 April 2022   08:02 2325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jembatan Unkit (Gamplong Studio)

Yogyakarta memang tidak ada habisnya jika tentang wisata, tidak hanya wisata yang berada di tengah kota saja, namun di pinggir kabupaten juga punya tempat wisata yang wajib dikunjungi. Salah satu wisata alam yang sangat digandrungi para penyuka foto adalah Studio Alam Gamplong.

Studio Alam Gamplong terletak di perbatasan Sleman dan jalan menuju Wates dan Kulonprogo, tepatnya di Dusun Gamplong, Desa Sumberrahayu, Moyudan, Sleman. Dibangun sekitar akhir tahun 2017, Studio Alam Gamplong adalah studio syuting untuk produksi film dan wisata edukasi.

Dulunya, studio alam ini merupakan lapangan kosong, yang kemudian dibangun unttuk kebutuhan shooting film. Dibangun oleh sutradara kondang Indonesia, Hanung Bramantyo untuk keperluan shooting film yang beliau sutradarai. “Sultan Agung: The Untold Love Story” adalah film pertama yang menjadikan Studio Alam Gamplong sebagai latarnya, kemudian “Habibie Ainun 3” juga mengambil gambar di lokasi wisata ini, film kondang “Bumi Manusia” yang di bintangi oleh Iqbaal Ramadhan dan Mawar Eva pun juga menjadikan Studio Alam Gamplong sebagai tempat shooting.

Studio Alam Gamplong memiliki arena yang cukup luas dan sangat bagus, terdapat banyak properti film dan setnya yang dibuat sedetail mungkin. Studio Alam Gamplong juga digunakan senbagai wisata edukasi perfilman, pengunjung akan mengetahui bagaimana proses pembuatan film atau seolah-olah menjadi pemain film. Studio Alam Gamplong juga dijuluki sebgai Mini Hollywood Indonesia, karena pemanfaatan Gamplong Studio sebagai lokasi shooting berbagai film. Terdapat banyak bangunan semi permanen yang mencerminkan kehidupan Bangsa Indonesia pada abat ke 16 dan 17, mulai dari Gerbang Keraton Karta Kerajaan Mataram, Pendopo Alit Keraton Karta, Pendopo Ageng Keraton Karta, Benteng Holandia atau  Batavia, Kawasan Kampung Mataram, hingga Kampung Pecinan masa lalu ada di tempat ini, yang akan sangat apik menjadi latar foto para pengunjung dan sangat instagramable.

Dengan suasana vintage dan lawas membuat pengunjung akan betah berada di tempat ini. Saat memasuki bagian depan akan di sambut dengan tanah lapang yang terdapat pendopo. Di sebelah barat ada rumah Annelies atau yang juga dikenal dengan rumah Nyai Ontosoroh (Ibunda Annelies) yang merupakan bangunan yang sengaja di bangun untuk keperluan shooting film Bumi Manusia. Rumah dengan gaya Belanda itu sangat megah dengan cat berwarna merah muda. Rumah Nyai Ontosoroh ini sangat di minati oleh pengunjung, karena pengunjung akan dibawa kembali ke masa lampau.

Rumah Nyai Ontosoroh / Annelies Gamplong (dokpri)
Rumah Nyai Ontosoroh / Annelies Gamplong (dokpri)

Rumah Nyai Ontosoroh saat ini telah dijadikan Museum Bumi Manusia, telah dibuka bagi para pengunjung yang ingin melihat dan merasakan bagaimana rumah khas Belanda ini. Jika pengunjung ingin merasakan bagaimana suasana rumah Annelies ini, pengunjung cukup membayar tiket 10 ribu rupiah dan akan di berikan waktu 30 menit dan hanya untuk 10 orang per kloter. Pengunjung juga di harap berhati-hati saat memasuki rumah Nyai Ontosoroh ini, sebab terdapat banyak barang antik atau kuno yang asli dari era tersebut.

Sebelum memasuki Rumah Nyai Ontosoroh pengunjung juga disuguhkan dengan Warung Darsam yang menyediakan berbagai sajian tradisonal, mulai dari pecel, berbagai olahan ayam, ada juga special menu menthok, mendoan dan minuman yang special ada minuman Klenting Kuning, Jeruk Ontosoroh, Sirup Anelis dan berbagai minuman lainnya. Harga makanan dan minuman di Warung Darsam di patok mulai dari 4000 rupiah hingga 20.000 rupiah, dan untuk menu menthok di patok dari harga 30.000 rupiah hingga 150.000 rupiah.

Setelah melewati Rumah Nyai Ontosoroh atau Rumah Annelies pengunjung juga bisa menikmati bagaimana suasana Kampung Kumuh yang juga ada sungai kecil buatan yang menambah kesan pada Kampung Kumuh. Terdapat pula Benteng Holandia atau  Batavia pengunjung dapat masuk ke banteng tetapi sebelumnya harus melewati jembatan jungkit yang dibawah nya terdapat rekaan sungai Ciliwung yang menjadi sumber kehidupan pada masa penjajahan Belanda. Setelah memasuki Benteng akan di suguhkan bangunan-bangunan Belanda pada masa itu, terdapat tiga bangunan utama yang bentuknya hampir sama. Bangunan-bangunan yang terdapat di dalam Benteng Batavia sangat memiliki ciri eksterior Belanda yang sangat kental.

Kampung kumuh (Gamplong Studio)
Kampung kumuh (Gamplong Studio)

Jembatan Unkit (Gamplong Studio)
Jembatan Unkit (Gamplong Studio)
Di sebelah kiri banteng Batavia, pengunjung dapat melihat bangunan Kampung Pecinan yang bersih dan kokoh. Kampong Pecinan pada zaman dahulu menjadi tempat untuk mengumpulkan masyarakat Tionghoa. Kebanyakan bangunan-bangunan Kampung Pecinan di set sebagai deretan toko milik keluarga Tionghoa. Sepanjang jalan akan dijumpai bangunan-bangunan atau pertokoan jadul yang berdiri kokoh berderetan, disini juga terdapat Rumah Habibie dan Ainun, para pengunjung bebas berfoto di luar bangunan jika ingin memasuki dan berfoto di Rumah Habibie dan Ainun maka pengunjung akan dipungut biaya ± sebesar 10.000 rupiah. Jika pengunjung merasa haus di sekitar bangunan terdapat beberapa warung kecil yang menjual berbagai minuman kaleng maupun minuman tradisional seperti, jamu dan es tebu.
toko lawas di Studio Alam Gamplong (dokpri)
toko lawas di Studio Alam Gamplong (dokpri)

Di Studio Alam Gamplong juga terdapat kereta api tua yang masih beroperasi hingga saat ini, terdapat stasiun kecil yang menjadi tempat naik dan turun penumpang. Kereta api ini hanya melintas ke belakang dan kembali ke depan, melewati toko-toko dan bangunan-bangunan kuno yang terdapat di samping kanan kiri. Biaya untuk menaiki kereta api tua ini cukup murah, dengan membayar Rp. 10.000 saja sudah bisa merasakan menaiki kereta api pada jaman dahulu. Untuk tiket masuk ke Studio Alam Gamplong ada 2 tiket, yang pertama tiket terusan seharga Rp. 35.000 dan tiket untuk per spot adalah Rp. 10.000. Jika pengunjung membawa kamera pribadi akan dikenakan biaya sebesar Rp 10.000.

Untuk wilayah parkirnya sendiri sangat luas untuk parkir motor cukup bayar 3.000 rupiah dan jika pengunjung membawa mobil cukup bayar 10.000 rupiah.

Studio Alam Gamplong sangat cocok untuk wisata keluarga saat akhir pekan atau libur panjang, tak hanya berekreasi saja tetapi bisa menambah ilmu sejarah jika pengunjung datang ke Studio Alam Gamplong.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun