Berdasarkan aspek-aspek tersebut di atas aspek sosial yang dibutuhkan anak dalam berhubungan dengan orang lain. Agar anak mampu berhubungan dengan orang lain, anak perlu memiliki rasa percaya diri yang baik dan tinggi. Menurut Yoder dan Proctor (2013:69) anak yang memiliki rasa percaya diri yang baik dan tinggi adalah anak yang tidak mudah terpengaruh dengan orang lain, mudah bergaul, berfikir positif, penuh tanggung jawab, energik dan tidak mudah putus asa, dapat bekerja sama, serta mempunyai jiwa pemimpin. Anak yang tidak memiliki rasa percaya diri tentu akan menghambat berbagai aspek perkembangan diantaranya perkembangan prestasi intelektual, keterampilan maupun kemandirian anak. Anak menjadi tidak cakap dalam segala hal. Anak juga tidak mampu mengaktualisaikan kemampuan dirinya.Untuk itu, hendaknya setiap orang tua dapat menanamkan rasa percaya diri yang mantap kepada anak-anaknya sejak dini. Tanpa adanya rasa percaya diri yang tertanam dengan kuat di dalam jiwa si anak, maka pesimisme dan rasa rendah rendah diri akan dapat menguasainya dengan mudah. Tanpa dibekali rasa percaya diri yang mantap sejak dini, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang lemah.
      Dalam penelitian ini menggunakan sebuah instansi pendidikan yaitu TK Bahrul Ulum Surabaya yang memiliki 160 murid dengan rata rata berumur 4 – 6 tahun. TK ini bernuansa islami dan memiliki fasilitas yang cukup memadai. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat perkembangan anak , khususnya penelitian ini memiliki satu subjek untuk di teliti melalui pendampingan psikologi pada anak selama 8 hari pada anak usia 4 tahun di TK Bahrul Ulum Surabaya.
      Dari Hasil dari kejadian saat pelaksanaan dilapangan terdapat satu siswa yang bernama inisial TS. Diketahui anak tersebut sering menangis dan duduk sendirian karena tidak ada teman yang mau duduk bersamanya. Dari hasil informasi melalui wawancara dengan guru yang merupakan pengajar dikelasnya yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran dikelas, sikap anak tersebut susah untuk di ajak berkomunikasi, kurang bersosialisasi dengan teman-temannya dan tidak percaya diri. Dalam permasalahan tersebut upaya dalam pengembangan sikap percaya diri anak tersebut dilakukan perhatian khusus dan pendekatan psikologi dengan menemani duduk disampingnya dalam mengikuti pembelajaran, mengajak berbicara, membujuknya agar mau mengerjakan tugas yang di berikan oleh gurunya dan memotivasi agar dapat bersosialisi. Hasil observasi menghasilkan bahwa pendampingan psikologi pada anak usia dini sangat dibutuhkan agar karena dengan pendampingan tersebut siswa yang awalnya memiliki tingkat kepercayaan diri yang rendah, serta kurangnya keberanian siswa dalam menungakan ide-ide yang dimiliki.
       Dengan dilakukan pendampingan psikologi terhadap diri TS, kini TS sudah banyak perubahan dibandingkan sebelumnya seperti, ketika di dampingi dan sudah mau masuk kelas tanpa di antar mamanya dan sudah tidak menangis lagi, TS mau mendengarkan gurunya mengaji walaupun tidak hafal, mau bertepuk tangan, pada saat berolah raga motoric kasar yang di miliki TS sangat bagus, Hari demi hari TS sudah mau bergerak lebih percaya diri, mau bersalaman dengan temannya, mau berpelukan dengan temannya, sudah tidak takut lagi untuk duduk di samping temannya, ketika gurunya meminta murid untuk menyebutkan hewan berkaki 2, TS bisa menyebutkan seperti bebek, ayam monyet, kangguru, dan ketika guru menanyakan pernah bertemu hewan kangnguru, TS mengacungkan tangannya dan bilang jika hewan kangguru mempunyai anak di kantongnya. TS juga bisa menyebutkan 5 sholat waktu ( subuh, dhuhur, ashar, magrib, ishak) sudah percaya diri untuk mengeluarkan suaranya, TS bisa menyebutkan huruf abjad A sampai Z, daya ingatnya cukup bagus, dan TS berkata di rumahnya memelihara hewan kambing warnanya coklat, TS juga berkata pernah melihat kambing dan sapi di lapangan, dengan perkembangan tersebut saya tidak pernah lupa selalu mengingatkan TS  untuk jadi anak pemberani dan pintar di dalam kelas dan menjawab jika di Tanya. Ketika mewarnai TS sudah mau memilih warna kerayonnya sendiri karena sebelumnya TS harus di pilihkan, penempatan tangannya ketika memegang kerayon juga tepat.Ketika istirahat TS hafal membaca doa sebelum makan dan haditsnya, saat TS Melihat temannya ketika berbicara, sudah mauuu bergabung dengan temannya. Ketika TS sudah selesai makan , bungkus makanannya di buang di tempatnya sendiri tanpa disuruh. TS bisa menyesuaikan dengan temannya.
Dari hasil pengamatan selama 8 pertemuan, TS sudah banyak perubahan ketika di dampingi dan di beri suport berupa motivasi dan hadiah dengan begitu TS akan memunculkan perilaku baru seperti mau mengeluarkan suaranya, mau berkumpul dengan temannya, mau ngerjakan tugas yang di berikan gurunya dengan baik, mau bernyanyi dan berolah raga dengan semangat, mau beradaptasi dan lain sebagainya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H