Mohon tunggu...
Fadhil Abdillah
Fadhil Abdillah Mohon Tunggu... Graphic Designer, sesekali content writer. -

komentator jalanan sejak sma.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Berdua

19 Januari 2016   16:45 Diperbarui: 19 Januari 2016   16:49 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Karena di saat terakhir, aku hanya ingin bersamamu berdua

Itu kata – katamu saat kita mengobrol tentang berdua, menyangkut-pautkan segala hal tentang berdua.

Hingga akhirnya, aku kaget ketika obrolan itu harus berkhir karena kamu berkata jujur.

Sudah cukup, katamu.

….

Seseorang yang sendiri, hanya ingin berdua. Dengan siapa saja.

Misal, Bapak sama ibumu . Misalnya lagi, Nenek sama Kakekmu. Lalu, kamu dengan sahabatmu. Terus, kamu dengan seseorang yang kamu sayangi –tapi-gak-pernah-kesampean-. Atau, dengan seorang sahabat wanita yang menolak kamu jadi pacar. Jauhnya lagi, seorang bayi dengan wanita setengah baya yang menemukannya dipinggir jalan. Parahnya lagi, selingkuhan yang selalu mencari kesempatan agar bisa bersama lelakinya.

Seseorang yang sendiri hanya ingin berdua. Dengan apapun.

Seperti orang jahat yang tidak mau mengenal siapapun. Ia hanya ingin berdua dengan kemauannya, dengan segala pencapainnya. Atau seperti orang gila yang mati busuk dengan rupa tersenyum mengenaskan. Ia sebenarnya sedang berdua, berdua dengan memori masa lalunya yang sempat bahagia.

….

Seseorang, pernah berdua, sedang berdua, juga ingin berdua, dan tidak pernah ingin berdua.

Nenekku sendiri karena kakkekku sudah berpulang tenang ke alam lain. Sekarang nenekku hanya berduduk santai menikmati masa tuanya sambil sesekali brcerita tentang masa lalunya bersama kakek.

Teroris takkan pernah sendirian kecuali ia hanya ingin bom melekat di dirinya. Membunuh dirinya. Ia selalu membawa teman, seseorang, untuk ikut melawan membela apa yang ada di otaknya. Setidaknya, ia mempunyai seseorang yang menemani dia hingga mati. Atau, mempunyai seseorang yang menitipkan salam terakhirnya ke teman tersebut untuk keluarganya.

Aku, dan orang – orang yang berpikiran sama denganku, sedang berusaha menabung masa depan. Tujuannya jelas, untuk seseorang yang telah tertulis di lauh mahfudz, takkan pernah diutak – atik.

Dan,ketika seseorang hanya ingin sendiri, tidak mau berdua, tidak ada hal yang dapat merubah keputusannya, setelah apa yang pernah ia hadapi berdua ternyata menyakitkan.

….

Jujur. Kita hanya ingin memanfaatkan waktu berdua selagi kita masih hidup. Karena sejatinya, pada akhirnya, seseorang mati hanya bersama dengan tanah dan mikroorganisme yang menemaninya.

Makanya waktu berdua adalah waktu yang priceless, tak ternilai.

Saat kamu iseng menjahili temanmu, itu karena kamu tahu kalau ia sedang kesepian. Saat kamu menelpon seseorang, itu karena kamu bertanya, bagaimana kabar dia disana. Saat kamu mengobrol panjang , itu karena kamu mengerti, ada saatnya kamu harus bercerita.

Semua kontak itu, harus dengan seseorang. Setidaknya hanya berdua pun cukup.

Ya.

….

Sekali lagi aku bertemu dengan sela- sela kediaman. Itu aku disaat sendiri, masih terngiang dengan apa yang aku lakukan saat berdua tadi. Tertawa, terharu, menyeka air mata. Bercampur dalam ingatan, menyimpulkan apa yang akan kulakukan untuk hidupku nanti.

Aku berjalan, kali ini dengan pasti.
Yakin sekali bahwa ketika jalan ini bersinggungan, aku pasti akan berdua lagi.

....

tulisan pertama saya di kompasiana. dari tumblr saya: www.takeandwrite.tumblr.com

Fadhil Abdillah :)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun