Pandemi virus corona telah memberikan tuntutan yang sangat besar bagi para pemimpin di sektor bisnis maupun sektor-sektor lainnya, penting bagi seorang pemimpin untuk berani mengambil keputusan kebijakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut. Menurut (Daft 2018) keberanian adalah kekuatan mental dan moral untuk terlibat dalam, bertahan melalui, dan menahan bahaya, kesulitan, atau ketakutan.
Lantas apa saja keberanian yang dibutuhkan pemimpin dalam mengambil keputusan kebijakan di masa pandemi Covid 19 saat ini?
Menurut (D'auria and Smet 2020) terdapat beberapa cara pemimpin dalam mengambil keputusan kebijakan di masa krisis pandemi Covid 19 saat ini:
Membuat keputusan di tengah ketidakpastian: Berhenti sejenak untuk menilai dan mengantisipasi, lalu bertindak
Terdapat dua perilaku kognitif yang dapat membantu para pemimpin saat mereka menilai dan mengantisipasi krisis. Perilaku yang pertama, disebut dengan updating atau memperbarui, yang melibatkan kegiatan merevisi ide-ide berdasarkan informasi baru yang didapatkan dan pengetahuan yang dikembangkan oleh tim. Perilaku yang ke-dua adalah doubting atau meragukan. Perilaku ini membantu para pemimpin mempertimbangkan secara kritis tindakan yang sedang dilakukan dan tindakan yang akan dilakukan, lalu memutuskan apakah tindakan tersebut perlu dimodifikasi, diadopsi, atau dibuang. Updating dan doubting membantu para pemimpin memediasi impuls yang berlawanan untuk menyusun solusi berdasarkan pengalaman sebelumnya dan memberikan solusi baru tanpa bergantung pada pengalaman di masa lalu.
Ketika para pemimpin memutuskan tindakan, mereka harus bertindak dengan tegas. Ketegasan yang terlihat tidak hanya akan membangun kepercayaan organisasi pada pemimpin; namun hal ini juga akan memotivasi jaringan satgas buntuk terus mencari solusi atas tantangan yang dihadapi perusahaan.
Menunjukkan empati: Menghadapi tragedi kemanusiaan sebagai prioritas pertama
Untuk melakukan hal ini, para pemimpin dituntut untuk mengenali tantangan pribadi dan tantangan profesional karyawan selama krisis baik yang dialami mereka sendiri maupun orang-orang yang mereka cintai. Penting bagi para pemimpin untuk tidak hanya menunjukkan rasa empati, tetapi juga membuka diri untuk menerima empati dari orang lain tanpa melupakan kesehatan diri sendiri. Ketika stres, lelah, dan ketidakpastian meningkat selama krisis, para pemimpin mungkin merasakan bahwa kemampuan mereka menurun dalam hal memproses informasi, berpikir secara jernih, dan menilai dengan baik.
Referensi:
D'auria, Gemma, and Aaron De Smet. 2020. "Kepemimpinan Di Masa Krisis: Menghadapi Wabah Virus Corona Dan Tantangan Di Masa Depan." Mckinsey.Com 34 (1): 4--10.
Daft, Richard L. 2018. The Leadership Experience. Marketing Management. 7th ed. Vol. 12. https://doi.org/10.1177/107621758801100610.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H