Mohon tunggu...
Fadhiil Arjuna Putra
Fadhiil Arjuna Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030048 Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Ngapak People

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Mungkinkah Indonesia Bisa Mencapai "Indonesia Emas 2045"?

11 Juni 2024   11:25 Diperbarui: 11 Juni 2024   12:24 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: manado.tribunnews.com

Indonesia, dengan segala potensinya, sering kali dipandang sebagai negara yang "belum maju" sebanding dengan negara-negara lain yang memiliki latar belakang sejarah dan kemerdekaan yang serupa, seperti Korea Selatan dan Singapura. Artikel ini akan membahas beberapa alasan utama dari segi ekonomi dan psikologi yang berkontribusi pada stagnasi perkembangan Indonesia.

Perspektif Ekonomi

1. Struktur Ekonomi yang Kurang Diversifikasi

Salah satu faktor utama adalah struktur ekonomi Indonesia yang kurang diversifikasi. Negara ini masih sangat bergantung pada ekspor komoditas mentah seperti kelapa sawit, yang memiliki nilai tambah rendah dibandingkan produk manufaktur atau teknologi tinggi. Sebagai perbandingan, negara-negara maju seperti Korea Selatan telah beralih ke ekspor produk teknologi tinggi, yang memberikan nilai tambah lebih besar dan meningkatkan pendapatan nasional.

Indonesia perlu melakukan diversifikasi ekspor dengan meningkatkan produksi dan ekspor barang-barang jadi yang bernilai tinggi. Langkah ini membutuhkan investasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D) untuk menciptakan inovasi dan produk baru yang kompetitif di pasar global.

2. GDP yang Tidak Optimal

Meskipun Gross Domestic Product (GDP) Indonesia besar, GDP per kapita masih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia. Hal ini mencerminkan ketimpangan dalam distribusi pendapatan dan rendahnya produktivitas per individu. Kebanyakan usaha kecil di Indonesia, seperti warung kopi (warcop) atau rental PlayStation, tidak mengalami perkembangan signifikan dan cenderung stagnan. Ini menunjukkan kurangnya inovasi dan ekspansi dalam usaha kecil dan menengah.

3. Rasio Impor dan Investasi yang Tidak Seimbang

Indonesia juga menghadapi masalah dalam hal rasio impor dan investasi. Negara ini cenderung mengimpor barang-barang dengan nilai tambah rendah, sementara ekspor lebih banyak berfokus pada komoditas mentah. Selain itu, investasi domestik sering kali tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Rasio investasi terhadap GDP (ICOR) Indonesia masih relatif tinggi, menunjukkan inefisiensi dalam pembiayaan investasi.

Perspektif Psikologi

1. Mindset yang Kurang Ambisius

Mindset masyarakat juga memainkan peran penting dalam kemajuan ekonomi. Salah satu hambatan psikologis terbesar adalah kurangnya ambisi dan mentalitas untuk maju. Banyak orang Indonesia cenderung merasa puas dengan keadaan yang ada dan tidak memiliki keinginan kuat untuk berkembang atau mengambil risiko. Padahal, untuk mencapai kemajuan, diperlukan mentalitas yang proaktif dan inovatif. Contohnya, seseorang yang membuka warung kopi atau rental PlayStation mungkin tidak berpikir untuk mengembangkan bisnisnya lebih lanjut. Ketika semua pedagang memiliki mindset seperti ini, ekonomi stagnan karena tidak ada pertumbuhan dalam bisnis kecil maupun besar.

Penting bagi masyarakat Indonesia untuk mengembangkan mindset yang lebih ambisius dan berpikir secara global. Dengan begitu, mereka dapat menciptakan produk atau jasa yang tidak hanya berfokus pada pasar lokal tetapi juga dapat bersaing di pasar global.

2. Kurangnya Kesadaran dan Pendidikan Finansial

Banyak orang Indonesia masih memiliki kesadaran dan pendidikan finansial yang rendah. Ini terlihat dari rendahnya tingkat tabungan domestik dan rendahnya kesadaran akan pentingnya investasi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, penting untuk meningkatkan pendidikan finansial dan kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik.

Menuju Indonesia Emas 2045

Untuk mencapai visi "Indonesia Emas 2045", di mana Indonesia diharapkan menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita yang tinggi, diperlukan pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7% per tahun secara berkelanjutan. Ini bukan hanya sekadar angka, tetapi mencerminkan upaya untuk keluar dari middle-income trap dan menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita yang tinggi.

"Kemajuan ekonomi kita cukup baik, bagus, tapi apa boleh buat ekonomi kita selama 29 tahun masih di middle-income trap," tegas Suharso dalam acara Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia di Jakarta, dikutip Sabtu (13/5/2023).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun