Indonesia, dengan segala potensinya, sering kali dipandang sebagai negara yang "belum maju" sebanding dengan negara-negara lain yang memiliki latar belakang sejarah dan kemerdekaan yang serupa, seperti Korea Selatan dan Singapura. Artikel ini akan membahas beberapa alasan utama dari segi ekonomi dan psikologi yang berkontribusi pada stagnasi perkembangan Indonesia.
Perspektif Ekonomi
1. Struktur Ekonomi yang Kurang Diversifikasi
Salah satu faktor utama adalah struktur ekonomi Indonesia yang kurang diversifikasi. Negara ini masih sangat bergantung pada ekspor komoditas mentah seperti kelapa sawit, yang memiliki nilai tambah rendah dibandingkan produk manufaktur atau teknologi tinggi. Sebagai perbandingan, negara-negara maju seperti Korea Selatan telah beralih ke ekspor produk teknologi tinggi, yang memberikan nilai tambah lebih besar dan meningkatkan pendapatan nasional.
Indonesia perlu melakukan diversifikasi ekspor dengan meningkatkan produksi dan ekspor barang-barang jadi yang bernilai tinggi. Langkah ini membutuhkan investasi dalam penelitian dan pengembangan (R&D) untuk menciptakan inovasi dan produk baru yang kompetitif di pasar global.
2. GDP yang Tidak Optimal
Meskipun Gross Domestic Product (GDP) Indonesia besar, GDP per kapita masih rendah dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia. Hal ini mencerminkan ketimpangan dalam distribusi pendapatan dan rendahnya produktivitas per individu. Kebanyakan usaha kecil di Indonesia, seperti warung kopi (warcop) atau rental PlayStation, tidak mengalami perkembangan signifikan dan cenderung stagnan. Ini menunjukkan kurangnya inovasi dan ekspansi dalam usaha kecil dan menengah.
3. Rasio Impor dan Investasi yang Tidak Seimbang
Indonesia juga menghadapi masalah dalam hal rasio impor dan investasi. Negara ini cenderung mengimpor barang-barang dengan nilai tambah rendah, sementara ekspor lebih banyak berfokus pada komoditas mentah. Selain itu, investasi domestik sering kali tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Rasio investasi terhadap GDP (ICOR) Indonesia masih relatif tinggi, menunjukkan inefisiensi dalam pembiayaan investasi.
Perspektif Psikologi
1. Mindset yang Kurang Ambisius
Mindset masyarakat juga memainkan peran penting dalam kemajuan ekonomi. Salah satu hambatan psikologis terbesar adalah kurangnya ambisi dan mentalitas untuk maju. Banyak orang Indonesia cenderung merasa puas dengan keadaan yang ada dan tidak memiliki keinginan kuat untuk berkembang atau mengambil risiko. Padahal, untuk mencapai kemajuan, diperlukan mentalitas yang proaktif dan inovatif. Contohnya, seseorang yang membuka warung kopi atau rental PlayStation mungkin tidak berpikir untuk mengembangkan bisnisnya lebih lanjut. Ketika semua pedagang memiliki mindset seperti ini, ekonomi stagnan karena tidak ada pertumbuhan dalam bisnis kecil maupun besar.
Penting bagi masyarakat Indonesia untuk mengembangkan mindset yang lebih ambisius dan berpikir secara global. Dengan begitu, mereka dapat menciptakan produk atau jasa yang tidak hanya berfokus pada pasar lokal tetapi juga dapat bersaing di pasar global.
2. Kurangnya Kesadaran dan Pendidikan Finansial
Banyak orang Indonesia masih memiliki kesadaran dan pendidikan finansial yang rendah. Ini terlihat dari rendahnya tingkat tabungan domestik dan rendahnya kesadaran akan pentingnya investasi. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, penting untuk meningkatkan pendidikan finansial dan kesadaran akan pentingnya pengelolaan keuangan yang baik.
Menuju Indonesia Emas 2045
Untuk mencapai visi "Indonesia Emas 2045", di mana Indonesia diharapkan menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita yang tinggi, diperlukan pertumbuhan ekonomi sebesar 6-7% per tahun secara berkelanjutan. Ini bukan hanya sekadar angka, tetapi mencerminkan upaya untuk keluar dari middle-income trap dan menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita yang tinggi.
"Kemajuan ekonomi kita cukup baik, bagus, tapi apa boleh buat ekonomi kita selama 29 tahun masih di middle-income trap," tegas Suharso dalam acara Festival Ekonomi dan Keuangan Digital Indonesia di Jakarta, dikutip Sabtu (13/5/2023).
Oleh sebab itu, ia menambahkan bahwa PR terbesar Indonesia saat ini adalah terlepas dari jebakan tersebut. Diketahui, saat ini Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun telah menargetkan Indonesia menjadi negara maju pada 2045 dan terlepas dari jebakan itu dengan pertumbuhan rata-rata 7 hingga 8%.
Saat ini, pendapatan per kapita Indonesia sekitar $4,500 dan harus meningkat hingga $13,000 atau lebih agar dapat dikategorikan sebagai negara maju. Namun, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar ini bukanlah tugas yang mudah. Diperlukan langkah-langkah strategis seperti:
1. Diversifikasi Ekonomi
Mengurangi ketergantungan pada ekspor komoditas mentah dan meningkatkan produksi barang dengan nilai tambah tinggi.
2. Meningkatkan Investasi dan Produktivitas
Menurunkan ICOR dan meningkatkan produktivitas melalui pendidikan dan pelatihan yang lebih baik.
3. Memperbaiki Iklim Investasi
Menjamin kepastian hukum dan memperbaiki birokrasi untuk menarik lebih banyak investasi asing.
4. Meningkatkan Pendidikan dan Inovasi
Menyediakan lebih banyak dana untuk penelitian dan pengembangan (R&D) guna mendorong inovasi.
Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi negara maju, namun terdapat berbagai hambatan baik dari segi ekonomi maupun psikologi yang perlu diatasi. Dengan diversifikasi ekonomi, peningkatan investasi dan produktivitas, serta perubahan mindset masyarakat, Indonesia dapat bergerak menuju visi "Indonesia Emas 2045". Diperlukan kerja sama antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mencapai tujuan ini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI