Mohon tunggu...
Fadhiil Arjuna Putra
Fadhiil Arjuna Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030048 Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Ngapak People

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Benarkah Jatuh Cinta Membuat Kita Bertindak Bodoh?

9 Juni 2024   10:54 Diperbarui: 9 Juni 2024   11:24 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: klikdokter.com

"Jangan berjanji ketika bahagia dan jangan mengambil Keputusan ketika sedih"

Kutipan tersebut memiliki makna, yaitu kita tidak bisa berpikir rasional pada kondisi seperti itu, jadi pastikan sebelum mengambil keputusan, coba stabilkan diri kamu dulu. Ketika sudah merasa stabil , baru kamu bisa mempertimbangkan dengan lebih rasional lagi. Karena ketika kita mengalami lonjakan emosi yang tinggi kemungkinan besar kita akan mengambil keputusan yang mungkin kurang rasional.

Cinta adalah perasaan yang hampir semua dari kita pernah alami. Cinta bisa memberikan kebahagiaan dan kegembiraan, namun pada saat yang sama juga dapat menimbulkan kesedihan dan kekecewaan. Mengapa kita sering melakukan hal-hal yang terlihat bodoh saat jatuh cinta? Mari kita bahas lebih dalam dan lebih spesifik.

Otak dan Hormon: Pemain Utama Saat Jatuh Cinta

Ketika jatuh cinta, otak kita berperan sangat penting. Saat jatuh cinta, beberapa hormon dilepaskan ke dalam otak yang mempengaruhi perilaku kita:

1. Dopamin: Hormon ini bertanggung jawab atas perasaan euforia dan kebahagiaan. Dopamin membuat kita merasa sangat senang dan termotivasi untuk terus berinteraksi dengan orang yang kita cintai. Akibatnya, kita bisa menjadi terobsesi dengan orang tersebut dan kesulitan berpikir secara logis. Ini adalah alasan mengapa kita bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk memikirkan atau bersama orang yang kita cintai.

Menurut psikolog Ikhsan Bella Persada, M.Psi., orang dapat bertindak bodoh saat jatuh cinta, termasuk melakukan apa saja yang diminta pasangan.

"Salah satu penyebabnya karena orang tersebut selama ini tidak mendapatkan perhatian atau kasih sayang dari orang tuanya, sehingga kebutuhan afeksi itu besar banget. Pas ada pasangan yang juga sayang sama dia, dia akan melakukan apapun agar pasangannya itu terus memberikan kasih sayang ke dia," kata Ikhsan.

2. Oksitosin dan Vasopresin: Kedua hormon ini berperan dalam menciptakan rasa nyaman, keterikatan, dan ketergantungan pada pasangan. Oksitosin sering disebut sebagai "hormon cinta" karena dilepaskan saat kita berpelukan atau melakukan kontak fisik dengan orang yang kita cintai. Vasopresin berperan dalam membentuk ikatan jangka panjang. Efek dari hormon-hormon ini adalah kita merasa sangat terhubung dengan pasangan dan cenderung mengabaikan kekurangannya.

3. Serotonin: Saat kita jatuh cinta, kadar serotonin dalam otak bisa menurun. Serotonin adalah hormon yang mengatur mood, tidur, dan nafsu makan. Penurunan serotonin dapat menyebabkan perubahan mood yang drastis, kecemasan, gangguan makan, dan perilaku obsesif. Ini menjelaskan mengapa kita bisa merasa sangat gelisah atau cemas jika pasangan tidak merespons pesan kita dengan cepat.

Efek Dari Cinta

Ketika kita menyukai seseorang, kita cenderung fokus pada sisi positif dari orang tersebut dan mengabaikan hal-hal negatif. Ini bisa menjadi berbahaya jika kita tidak dapat melihat masalah yang sebenarnya dalam hubungan kita. Sebagai contoh, kita bisa terus-menerus memaafkan kesalahan pasangan dan akhirnya mengabaikan tindakan yang sebenarnya tidak sehat.

Cinta juga sering membuat kita meletakkan kepentingan orang yang kita sukai di atas kepentingan diri sendiri. Kita merasa ingin mengorbankan apapun untuk membuat orang yang kita cintai bahagia, meskipun itu merugikan diri kita sendiri. Jika terus-menerus dilakukan, ini bisa berdampak buruk pada hubungan dan kesejahteraan kita.

Menghindari Perilaku Tidak Sehat Saat Jatuh Cinta

Namun, jangan khawatir. Ada cara-cara yang bisa kita lakukan untuk menghindari perilaku tidak sehat saat jatuh cinta:

1. Perhatikan Tanda-tanda Obsesi: Sadari jika kita mulai terobsesi dengan pasangan. Berusaha untuk tetap berpikir secara logis dan kritis dalam melihat hubungan. Misalnya, jika kita terus-menerus memeriksa media sosial pasangan atau merasa cemas jika tidak mendapatkan balasan pesan dengan cepat, ini bisa menjadi tanda obsesi.

2. Pertahankan Keseimbangan: Jangan terlalu fokus pada pasangan hingga melupakan hal-hal penting lain seperti pekerjaan, pendidikan, dan hubungan dengan keluarga serta teman-teman. Buatlah jadwal yang seimbang antara waktu untuk pasangan dan waktu untuk diri sendiri serta kegiatan lain.

3. Jangan Abaikan Tanda Bahaya: Jika ada tanda-tanda yang menunjukkan hubungan tidak sehat atau berbahaya, jangan takut untuk memutuskan hubungan tersebut. Misalnya, jika pasangan sering berbohong, bersikap posesif, atau melakukan kekerasan, penting untuk mempertimbangkan kesehatan dan keselamatan diri sendiri.

4. Tetap Realistis: Lihat pasangan secara realistis, baik sisi positif maupun negatifnya. Pertimbangkan apakah hubungan tersebut sehat dan baik untuk dijalani. Diskusikan harapan dan batasan dengan pasangan secara terbuka.

5. Jangan Mengorbankan Diri Sendiri: Ingat bahwa kita juga memiliki kepentingan dan hak untuk merasa bahagia. Jangan terjebak dalam perasaan bahwa kita harus melakukan apapun untuk membuat pasangan bahagia. Tetap prioritaskan kebutuhan dan kebahagiaan diri sendiri.

Rasa Sakit Setelah Patah Hati

Ketika kita patah hati, bagian otak yang memproses rasa sakit, yaitu "insular cortex", menjadi aktif. Ini menyebabkan kita merasa kewalahan, galau, dan gusar. Pada saat-saat seperti ini, dopamin menurun, menyebabkan kita merindukan perasaan bahagia saat bersama pasangan. Rindu ini bisa membuat kita sulit melepaskan diri dari hubungan yang sudah berakhir.

Tips Mengatasi Patah Hati

Untuk mengatasi rasa sakit ini, berikut beberapa tips yang bisa membantu:

1. Sadari dan Terima Masalahnya: Sadarilah bahwa ini adalah masalah yang serius dan harus dihadapi. Jangan mencoba menyangkal perasaan sakit atau kehilangan.

2. Cari Distraksi Positif: Isi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat dan membuat nyaman, seperti hobi, menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat, atau beribadah. Misalnya, jika Anda suka berolahraga, cobalah untuk lebih sering pergi ke gym atau ikut kelas yoga.

3. Dukungan Sosial: Jangan ragu untuk mencari dukungan dari keluarga dan teman. Berbicaralah dengan orang-orang yang Anda percaya tentang perasaan Anda. Dukungan sosial dapat membantu mengurangi stres dan mempercepat proses penyembuhan.

4. Tetap Percaya Diri: Ingatlah bahwa setiap luka akan pulih dengan waktu. Percayalah bahwa kebahagiaan akan datang kembali. Fokuslah pada pengembangan diri dan kegiatan yang membuat Anda bahagia.

5. Hindari Kontak dengan Mantan: Jika perlu, hindari kontak dengan mantan pasangan untuk sementara waktu. Ini akan membantu Anda untuk lebih mudah melupakan dan fokus pada penyembuhan diri.

Cinta memang bisa membuat kita merasa sangat bahagia, namun juga bisa membuat kita melakukan hal-hal yang tidak logis. Penting untuk tetap bijak dan menjaga keseimbangan antara cinta dan kehidupan pribadi. Dengan cara ini, kita bisa menikmati cinta tanpa harus terjebak dalam perilaku yang tidak sehat. Terima kasih telah membaca dan semoga artikel ini bermanfaat!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun