"Rahasia kebahagiaan tidak ditemukan ketika kita mencari sesuatu lebih banyak, tetapi dalam mengembangkan kemampuan untuk menikmati yang lebih sedikit."
Kutipan dari Socrates tersebut memiliki makna, yaitu kebahagiaan tidak datang dari penghargaan di luar diri. Kebahagiaan datang dari dalam diri. Misal dengan mengurangi keinginan kita, sehingga kita bisa belajar menghargai kesenangan yang lebih sederhana.
Kita semua pernah merasakan kesedihan, kecemasan, kekhawatiran, patah hati, sakit hati, dan kekecewaan. Emosi negatif adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Namun, seberapa lama kita membutuhkan waktu untuk pulih dari emosi negatif ini? Bisa satu hari, satu bulan, satu tahun, atau bahkan lebih lama. Semua itu tergantung pada situasi dan kondisi individu masing-masing.
Sebaliknya, kebahagiaan cenderung bersifat sementara. Saat kita merasa bahagia, kebahagiaan itu bisa hilang dengan cepat. Misalnya, ketika mendapatkan nilai tinggi di sekolah, diterima bekerja, atau sukses dalam usaha, kita merasakan kebahagiaan yang besar. Namun, apakah kebahagiaan itu bertahan lama? Seringkali, kebahagiaan cepat memudar dan kita perlu mencari kebahagiaan yang baru.
Stoikisme dan Kebahagiaan
Stoikisme, sebuah filosofi kuno, mengajarkan kita tentang kebahagiaan dan bagaimana menghadapinya. Filosofi ini menyatakan bahwa kebahagiaan bersifat sementara dan tidak ada dalam cetak biru biologis kita. Dalam otak kita, ada dua sirkuit utama: neurologis dan intelektual. Kebahagiaan, menurut stoikisme, bukanlah bagian intrinsik dari sirkuit tersebut. Kebahagiaan adalah rekayasa neurologis yang diciptakan manusia, sedangkan kesedihan memiliki siklus khusus dalam sirkuit otak kita, masuk ke dalam memori dan emosi kita, sehingga lebih bertahan lama.
Mengapa Kesedihan Bertahan Lebih Lama?
Kesedihan bertahan lebih lama karena otak kita memang dirancang untuk merasakan dan mengingat kesedihan lebih jelas daripada kebahagiaan. Ini adalah hasil dari evolusi yang membuat kita lebih waspada dan mampu bertahan hidup. Pengalaman negatif cenderung lebih berkesan karena mereka membantu kita belajar dan beradaptasi dengan lingkungan yang berubah-ubah. Sebagai contoh, ketika kita ditolak dalam cinta, rasa sakit yang kita rasakan bisa bertahan lebih lama daripada rasa bahagia saat kita diterima.
Adaptasi Hedonik
Fenomena adaptasi hedonik menjelaskan mengapa kebahagiaan tidak bertahan lama. Adaptasi hedonik adalah kemampuan kita untuk beradaptasi dengan situasi baru dan merasa bosan dengan kebahagiaan yang kita rasakan. Saat kita mencapai sesuatu yang membuat kita bahagia, seperti membeli barang baru atau mencapai tujuan tertentu, kebahagiaan itu hanya sementara. Seiring waktu, kita terbiasa dengan keadaan tersebut dan kebahagiaan itu memudar. Kita lalu mencari hal baru untuk mendapatkan kembali rasa bahagia itu, dan siklus ini terus berulang.