Mohon tunggu...
Fadhiil Arjuna Putra
Fadhiil Arjuna Putra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa 23107030048 Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Ngapak People

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengupas Tuntas Catcalling: Fenomena Pelecehan Jalanan yang Mengganggu

29 Mei 2024   00:40 Diperbarui: 29 Mei 2024   03:00 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah kamu mengalami kejadian ketika sedang berjalan di ruang publik sendirian atau berkelompok, lalu ada seseorang (atau sekelompok orang) memanggil, bersiul atau bahkan yang paling parah menyentuh kamu? Nah, hal seperti itu disebut dengan catcalling dan merupakan salah satu bentuk kekerasan seksual secara verbal, lho!

Mirisnya sampai saat ini, masih banyak masyarakat yang belum memahami bahwa catcalling adalah tindakan yang salah. Sebagian besar orang merasa catcalling hanyalah bentuk pujian, candaan, bahkan keramah-tamahan. Fenomena catcalling yang sering dijumpai di jalan-jalan, kawasan umum, dan tempat-tempat lainnya, telah menjadi perdebatan tentang apakah itu pujian, candaan, atau pelecehan.

Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu catcalling, bagaimana hukum melawan catcalling, dan apa saja jenis dan dampaknya, serta bagaimana korban dapat menghadapi dan melawan tindakan ini.

Apa Itu Catcalling?

Catcalling berbeda dengan pujian. Catcalling adalah bentuk pelecehan berupa komentar-komentar bernada seksual, atau suara-suara yang dikeluarkan oleh seorang individu kepada individu lainnya di ruang publik. Bentuknya bisa siulan, membunyikan klakson mobil atau motor, meneriakkan kata-kata vulgar, menguntit, dan sebagainya. Sedangkan pujian adalah kalimat yang menyatakan penghargaan atas suatu kebaikan atau keunggulan terhadap seseorang dan biasanya orang yang diberikan pujian akan senang.

Catcalling merupakan pelecehan yang dianggap sepele di masyarakat, namun untuk merubah pola pikir masyarakat yang sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu bukanlah perkara yang mudah, diperlukan suatu kekuatan yang kuat untuk merubah pola pikir tersebut, jangan sampai pelecehan secara verbal ini menjadi akar pelecehan lainnya yang dapat berujung pada kekerasan seksual. Pemahaman mengenai catcalling di masyarakat masih sangat rendah karena adanya pewajaran. Masih adanya anggapan bahwa catcalling adalah hal yang biasa atau merupakan bentuk dari candaan dan pujian menyebabkan hal ini terus terjadi berulang-ulang.

Budaya patriarki menempatkan posisi laki-laki di atas perempuan yang menyebabkan ketimpangan di antara laki-laki dan lawan jenisnya yaitu perempuan. Adanya ketimpangan dalam relasi kuasa menyebabkan perempuan dianggap sebagai objek. Hal ini menyebabkan kerentanan terhadap perempuan sehingga perempuan menjadi korban dari kekerasan dan pelecehan seksual.

Tujuan sebenarnya dari pelaku catcalling itu apa sih? Apakah ingin terlihat keren? Atau karena cara berpakaian kita yang salah? Masih banyak orang yang meyakini bahwa tindakan catcalling berkaitan dengan pakaian yang dikenakan terlalu terbuka. Namun, pada kenyataannya perempuan yang memakai pakaian tertutup pun banyak yang mengalami kejadian serupa. Jadi, hal ini bukan tentang bagaimana kita berpakaian, tetapi bagaimana pandangan pelaku catcalling terhadap korbannya.

sumber gambar: metrum.co.id
sumber gambar: metrum.co.id

Hukum Tentang Catcalling

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun