Mohon tunggu...
Moh. Fadhil
Moh. Fadhil Mohon Tunggu... Dosen - Dosen IAIN Pontianak

Lecturer - Mengaji dan mengkaji hakekat kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Puisi Sukmawati, Sebuah Komparasi Generalisir terhadap Simbol-simbol Islam

5 April 2018   16:16 Diperbarui: 5 April 2018   21:15 832
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Netralnews.com

"Ibu Indonesia

Aku tak tahu syariat Islam

Yang ku tahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah

lebih cantik dari cadar dirimu............

......AKu tak tahu syariat Islam

yang ku tahu suara kidung ibu Indonesia sangatlah elok

lebih merdu dari alunan azanmu."

"

Itulah sepenggal bait puisi dari ibu (Indonesia) Sukmawati yang dibacakan pada acara Anne Aventie Berkarya di Indonesia Fashion Week. Sekilas tak ada yang salah dengan bait puisi tersebut. Sebuah ungkapan ekspresif dari sosok yang selama ini menelaah dan hidup di antara lingkaran kebudayaan sosok-sosok ibu Indonesia. 

Beliaulah sosok yang tak pernah lelah mewarnai lekukan garis-garis kebudayaan yang artistik untuk merekahkan senyum merona yang merah merekah di bibir manis para ibu Indonesia. Tentu kalian akan mafhum warna budaya itu terasa melekat membentuk bingkai-bingkai kehidupan pada puisi Ibu Indonesia, namun di balik figura yang menghidupkan budaya terdapat retakan pada alur pesonanya yang mencoba mendeskripsikan gejolak bathin sang penyair. Bukan tidak mungkin jika kejujuran atau mungkin kepolosan di balik guratan keriput di wajahnya adalah hasil pergulatan pada keadaan faktual sosio-kultural para ibu Indonesia.

Syairnya mencoba menggambarkan suatu gejolak asimilasi oleh para ibu Indonesia terhadap syariat Islam yang notabene adalah sebuah dunia sensitif yang mendistorsi keimanan dengan sebuah komparasi generalisir terhadap asumsi persepsi ibu Indonesia yang terlalu prematur. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun