"Ibu Indonesia
Aku tak tahu syariat Islam
Yang ku tahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indah
lebih cantik dari cadar dirimu............
......AKu tak tahu syariat Islam
yang ku tahu suara kidung ibu Indonesia sangatlah elok
lebih merdu dari alunan azanmu."
"
Itulah sepenggal bait puisi dari ibu (Indonesia) Sukmawati yang dibacakan pada acara Anne Aventie Berkarya di Indonesia Fashion Week. Sekilas tak ada yang salah dengan bait puisi tersebut. Sebuah ungkapan ekspresif dari sosok yang selama ini menelaah dan hidup di antara lingkaran kebudayaan sosok-sosok ibu Indonesia.Â
Beliaulah sosok yang tak pernah lelah mewarnai lekukan garis-garis kebudayaan yang artistik untuk merekahkan senyum merona yang merah merekah di bibir manis para ibu Indonesia. Tentu kalian akan mafhum warna budaya itu terasa melekat membentuk bingkai-bingkai kehidupan pada puisi Ibu Indonesia, namun di balik figura yang menghidupkan budaya terdapat retakan pada alur pesonanya yang mencoba mendeskripsikan gejolak bathin sang penyair. Bukan tidak mungkin jika kejujuran atau mungkin kepolosan di balik guratan keriput di wajahnya adalah hasil pergulatan pada keadaan faktual sosio-kultural para ibu Indonesia.
Syairnya mencoba menggambarkan suatu gejolak asimilasi oleh para ibu Indonesia terhadap syariat Islam yang notabene adalah sebuah dunia sensitif yang mendistorsi keimanan dengan sebuah komparasi generalisir terhadap asumsi persepsi ibu Indonesia yang terlalu prematur.Â