Mohon tunggu...
Fadhel Izanul Akbar
Fadhel Izanul Akbar Mohon Tunggu... Guru - Magister Interdisiplinary Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga

menjaga kesehatan jiwa dengan membaca dan menulis menjaga kesehatan fisik dengan olahraga menjaga keimanan dengan Ibadah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perjuangan Guru dalam Mencari Keseimbangan antara Profesi dan Kesejahteraan Pribadi

5 Juni 2024   20:14 Diperbarui: 5 Juni 2024   20:40 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kita pasti tidak asing dengan stigma bahwa menjadi guru artinya menjadi serba bisa. Tidak bisa dipungkiri lagi memang selain memberikan pembelajaran dan pengajaran di dalam kelas, guru juga dituntut untuk bisa menguasai banyak hal dan berbagai keahlian. 

Seolah-olah profesi guru ini hanyalah kulit luarnya saja, tapi isinya berbagai macam profesi dengan fungsi masing-masing. Beberapa waktu lalu di media sosial banyak membahas bahwa menjadi guru ya jadi polisi yang menjaga kelas supaya aman dan tertib, jadi dokter untuk merawat jika siswanya sakit, jadi komedian supaya kondisi kelas tetap menyenangkan, bahkan bisa saja menjadi konsultan rumah tangga saat ada siswa yang bermasalah karena orang tuanya.

Dr. Tina Boogreen, salah satu penulis yang fokus terhadap dunia Pendidikan dan kesejahteraan pendidik serta menulis banyak buku tentang Pendidikan. Menurutnya seorang guru membuat lebih banyak keputusan setiap menitnya dibandingkan seorang ahli bedah otak. 

Bagi siapapun yang tidak terbiasa dengan proses pengajaran akan terkejut dengan temuan ini. Hasil dari 90an penelitian menunjukkan bahwa guru membuat sekitar 1500 keputusan selama hari kerja normal, dengan hitungan delapan jam kerja sehari. 

Maka guru membuat 3 keputusan per menit dan itu belum terhitung dengan adanya kemajuan teknologi, covid, dan sejumlah faktor lain yang meningkatkan jumlah ini secara signifikan.

Hal ini membuat para guru masuk dalam daftar kelelahan. Dalam statistik kelelahan guru dilansir dari ThinkImpact.com, menjelaskan 90% guru mengaku bahwa perasaan kelelahan merupakan masalah serius bagi mereka dan pekerjaan mereka. 

Perlu diakui, bahwa rutinitas guru bisa sangat berat, ditambah lagi itu merupakan satu-satunya profesi yang harus merencanakan pekerjaan terlebih dahulu mulai dari perencanaan pembelajaran, memberikan kelas dan pekerjaan setelah kelas dengan kegiatan serta berbagai penilaian setelahnya.

Melampaui Tugas Mengajar

Terlepas dari fakta bahwa menjadi menjadi guru adalah menjadi seseorang dengan berbagai profesi yang dihimpun menjadi satu, keberadaannya menjadi salah satu bagian yang sangat penting dari suatu bangsa, apalagi bangsa yang sedang berjuang untuk memajukan SDM. Guru merupakan figure yang dapat dijadikan panutan, tauladan, dan pembimbing dalam setiap aspek kehidupan, dalam istilah jawa guru adalah sosok yang digugu dan ditiru.

Berdasarkan kajian jurnal selama sepuluh tahun terakhir, memang tugas guru melampaui tugas mengajar. Guru harus mampu menjalankan tugas dalam di bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan. Ketiganya menjadi hal yang saling berkaitan. 

Dalam bidang keprofesian guru bertugas mendidik, melatih, dan mengajar. Ketiga proses tersebut mendorong berkembangnya kognitif, afektif, dan psikomotor siswa. Tugas di bidang kemanusiaan dan kemasyarakatan guru sebagai pengganti orang tua menjadi tauladan dalam melakukan prinsip kemanusiaan dan sikap bermasyarakat.

Peran Multifaset Guru

Sama halnya dengan tugasnya, guru memiliki berbagai peran dengan fokus yang berbeda-beda. Mendidik berfokus pada aspek moral dan karakter, membimbing berfokus pada norma agama, mengajar berfokus pada materi ajar dan ilmu pengetahuan, sedangkan melatih berfokus pada keterampilan hidup. Artinya guru mempunyai peran dala banyak ranah atau multifaset. Dalam penelitian mengenai tugas, fungsi dan peran guru professional terdapat sepuluh macam peran seorang guru.

Sebagai educator, guru yang menjadi panutan harus mempunyai kepribadian yang baik. Sebagai manager, artinya guru berperan dalam pengelolaan kelas. Menjamin siswa untuk belajar dengan nyaman dan terhindar dari gangguan dalam proses belajar. 

Guru sebagai leader, implementasi dari filososi pratap triloka yang terkenal ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani guru menjadi pemimpin dalam pembelajaran dengan kemapuan yang dimilikinya. 

Sebagai fasilitator, guru berperan menyediakan dan memberikan pelayanan mengenai fasilitas yang mendukung proses pembelajaran. Guru sebagai administrator, dalam pelaksanaanya proses pembelajaran perlu di administrasikan dengan baik, mulai dari presensi, daftar nilai, dan adminitrasi sekolah,

Guru sebagai inovator, menjadi guru perlu diiringi dengan semangat kilmuan yang tinggi untuk menghasilkan inovasi baik dalam media, metode, evaluasi, dan model pembelajaran. 

Guru sebagai motivator, perannya dalam memberikan arahan kepada siswa mendorong untuk meningkatkan kemampuan diri mereka, memberikan semangat, apresiasi, dan sebagainya. 

Guru sebagai dinamisator, artinya guru harus mampu memiliki pandangan yang luas, hubungan yang dinamis, dan kreativitas yang bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa.

Guru sebagai evaluator, artinya guru memiliki kemampuan untuk merancang alat ukur evaluasi kemampuan siswa, baik kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Terakhir adalah guru sebagai supervisor, artinya memberikan bimbingan, pengawasan, dan pengendalian terhadap siswa. 

Dengan demikian menunjukkan bahwa seorang guru bukan hanya mengajar di dalam kelas, lebih dari itu guru mempunyai peran multifaset. Menjadi pendidik profesional artinya siap untuk mendayung sekuat apapun, berselancar dimanapun, menyelam sedalam apapun.

Kesejahteraan Guru 

Apabila kita survey tentang tingkat kesejahteraan guru, makan kita akan mendapati masih banyak guru yang masih belum sejahtera. Hal ini terbukti dari hasil riset Lembaga Riset Institute for Demographic and Poverty Studies (IDEAS) mengungkapkan sekitar 74 persen dari guru honorer dibayar di bawah Upah Minimum Kabupaten-Kota 2024. Dari 74 persen guru honorer yang berpenghasilan di bawa Rp 2 juta perbulan, 20,5 persen diantaranya masih berpenghasilan di bawah Rp 500 ribu.

Apabila kita lihat dari data tersebut, guru masih belum mendekati sejahtera. Padahal, salah satu faktor yang memadai dalam kegiatan pembelajaran adalah kesejahteraan bagi tenaga pendidik. Kesejahteraan yang terjamin adalah salah satu penghargaan yang berhak diterima oleh guru. Dalam hal kesejahteraan guru inilah, penghargaan yang diterima masih belum sebanding denga napa yang mereka lakukan, mulai dari tugas, fungsi, dan perannya sebagai guru. Sebagaimana yang sudah disebutkan di atas.

Fakta yang tidak bisa kita bantah lagi, bahwa banyak guru yang mengambil pekerjaan tambahan selain mengajar, seperti berdagang di lingkungan sekolah, mengambil jadwal mengajar di sekolah lain, beternak dan sebagainya. Jika hal ini terjadi secara berkelanjutan, fokus guru akan terpecah, menyebabkan tidak profesional sebagai guru, dan efek dominonya adalah berdampak buruk pada siswa.

Dari pemaparan data dan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa tingat kesejahteraan guru yang rendah menghasilkan dampak buruk untuk kualitas Pendidikan di Indonesia. Maka, beban tanggung jawab mengurus dan membangun Pendidikan di Indonesia harus ditanggung oleh semua pihak. Terutama pemerintah sebagai pemangku kebijakan, mereka harus menyadari bahwa pentingnya menjaga kesejahteraan para guru dan memberikan penghargaan yang layak sesuai dengan peran dan kontribusi guru dalam mencerdaskan generasi bangsa. Jadi, yakin masih mau jadi guru? Coba dipertimbangkan lagi!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun