“Dan di antara tanda-tanda kasih sayang-Nya adalah bahwa Dia menciptakan bagi kalian, kaum laki-laki, istri-istri yang berasal dari jenis kalian untuk kalian cintai. Dia menjadikan kasih sayang antara kalian dan mereka. Sesungguhnya di dalam hal itu semua terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir tentang ciptaan Allah.”
Baca Juga: Perempuan dalam Jeratan Nikah Muda
Dari dua penafsiran di atas para ulama secara sadar memaknai cinta itu dengan bahasa yang hampir sama. Karena memaknai cinta itu lebih mudah daripada melaksanakan cinta, buktinya saat mau menikah syarat-syarat yang harus dipenuhi sangatlah banyak; sehingga membuat pernikahan menyusahkan, padahal Islam secara pra syarat sangatlah mudah, maka yang membuat cinta itu rumit; adalah manusia itu sendiri. Namun itu menjadi perdebatan sampai saat ini, tetapi kembali lagi ke hakikatnya, “cinta itu mudah dalam pandangan Allah dan akan menjadi rumit ketika manusia yang menerjemahkannya.”
Cinta juga bukan sekedar suka sama suka terhadap manusia saja, tapi juga kepada Allah dan segala bentuk ciptaan-Nya. Tapi lebih dari itu; cinta bermakna “menerima”, baik buruknya, tinggi pendeknya dan lain-lain, cinta itu harus saling melengkapi dan saling bersinergi, karena mencari cinta; bukan mencari yang cocok tapi bagaimana kita bisa mencocokan diri.
Kekasih Allah Swt adalah Rasulullah, sebagaimana disebutkan dalam dalil QS. Taha ayat 41, maka kekasihku adalah wanita yang siap mencocokan dirinya kepadaku dan aku siap mencocokan diriku kepadanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI