Mohon tunggu...
Fadh Ahmad Arifan
Fadh Ahmad Arifan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah bersekolah di MI Attaraqqie. Penggemar mie ayam dan Jemblem

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jejak Ustaz Chusnul Hadi di Kota Malang

16 Agustus 2020   22:02 Diperbarui: 16 Agustus 2020   22:11 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah sepekan berjuang melawan sakit yang beliau derita. Sebelum dhuhur, Ust Chusnul hadi M.SI, seorang Muballigh Muhammadiyah ternama di Kota malang kembali ke sisi Allah swt. Usai disholatkan di masjid Nailul Hamam, almarhum dikebumikan di TPU kutobedah.

Selain menjadi dosen di salah satu Perguruan tinggi kota malang, semasa hidup beliau tergabung dalam Korps muballigh Muhammadiyah. Kontribusi nyata kepada warga Muhammadiyah salah satunya lewat kajian tafsir tematik. Disejumlah masjid yang berafiliasi ke Muhammadiyah. Tidak berpatokan pada kitab tafsir tertentu. Tapi secara garis besar bercorak rasional. Seperti tafsir al Manar.

Sebelum saya kuliah di UIN malang (2005), tiap ahad pagi saya bersama mbak Ir. Eka Lisa Ida damayanti rutin ikut kajian tafsir beliau di masjd ar-Ruhama dekat jalan layang (fly over) Ahmad Yani. Selain di ar Ruhama, tiap kamis malam juga menggelar kajian tafsir al Quran di masjid Imam Bukhari.Sebenarnya di lingkungan Muhammadiyah Malang bukan hanya beliau yang kajiannya menitikberatkan kepada tafsir. Masih ada ustadz Amrizal arief Lc dan KH. Rif'an masykur.

Terkadang dikala memberi tausyiah, diselipi pandangan atau sikap politik. Seorang Muballigh memang seharusnya begitu. Tak boleh membiarkan umat terombang ambing. Misalnya terkait Pilgub DKI Jakarta. Dalam pengajian ahad pagi di Gedung Dakwah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Malang (2016), beliau berpesan : "Orang Islam harus berpedoman pada Al Quran dalam menentukan pemimpin, termasuk saat pemilihan kepala daerah. Jika memilih orang non-Muslim sebagai pemimpin, itu namanya orang ndablek" katanya seperti diwartakan laman pwmu.co

Satu pendapat beliau yang saya ingat, bahasa arab al Quran berbeda dengan bahasa arab sehari-hari. Level bahasa al Quran tinggi. Sehingga tak bisa ditiru ahli bahasa manapun. Sedikit catatan mengenai rekam jejak ustadz Chusnul hadi. Sekalipun aktif berdakwah ke berbagai masjid, sayangnya beliau tak meninggalkan sebuah karya tulis khususnya buku tafsir al Quran. Wallahu'allam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun