Mohon tunggu...
Fadh Ahmad Arifan
Fadh Ahmad Arifan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah bersekolah di MI Attaraqqie. Penggemar mie ayam dan Jemblem

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Mau Jadi Presiden, Pilih Cawapres Nahdlatul Ulama

12 Agustus 2018   13:42 Diperbarui: 12 Agustus 2018   13:50 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosok Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Malam minggu, ditengah istri saya meracik bumbu / adonan mie Ayam. Saya menyimak ucapan pucuk pimpinan Jami'yyah NU. "Kalau mau didukung NU, pilih cawapres dari NU. Ada 4 tokoh NU. Tidak dipilih ya tidak apa-apa". Ucapan alumnus ponpes Lirboyo, kediri ini mencerminkan realitas politik. Realitas bahwa sebagian besar muslim di Indonesia khususnya pulau Jawa merupakan pengikut NU. Jadi, kalau mau terpilih lagi, jangan ragu-ragu pilih tokoh berlatar NU. 

Istri saya heran, "mengapa Prabowo tidak mengajak pak Mahfud?". Prabowo sebagai satu-satunya Capres dari oposisi punya realitas politik di depan mata. Realitas yang berbeda dengan petahana yaitu kubu Jokowi. Ada dua realitas yang dihadapi prabowo. Pertama, tiap parpol mengajukan Cawapres. Kedua, kondisi logistik (pendanaan).

Demi merangkul 3 partai yang tersisa dan berkaca pada kondisi logistik, pada akhirnya mantan menantu mendiang Pak harto ini memilih Sandiaga salahuddin Uno. Sandiaga adalah tokoh yang diterima dua parpol berbasis massa Islam. Urusan fulus jangan ditanya lagi. Sandiaga amat dekat dengan pengusaha Edwin Soeryadjaya dan Rosan roeslani (Bos Kadin). 

Nama yang saya sebut bukan sekedar rekan bisnis, melainkan mentor Sandiaga. Makanya, Prof Mahfud MD dan Ustadz Abdul somad yang tidak punya partai dan bukan pengusaha tajir tidak jadi dipilih Prabowo. AHY dan Dr. Salim segaf al-jufri juga tidak dipilih supaya PAN tidak balik badan dari kubu Prabowo.

Realitas kubu Jokowi adalah pilpres 2024. Saya sepakat dengan argumen Dr. Hanta yudha di TV One. Kubu jokowi memilih cawapres yang tidak berpotensi maju lagi dalam pilpres berikutnya. Selain itu, Kyai makruf amin juga sesepuh NU yang diterima elit PBNU, alumni Tebu ireng dan kubu Cak imin. Khusus Prof. Mahfud MD, "Karena beliau enggak pernah di NU ya, masuk kultural NU. Di IPNU (Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama), di PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia) enggak pernah," ujar Prof. KH. Said Aqil siradj sebagaimana dikutip situs Kompas (9/8/2018).

Realitas yang dibaca elit politik (baca : Ketum parpol) dan orang awam berbeda jauh. Orang awam mengelu-elukan supaya Prof. Mahfud MD digandeng Jokowi dan Ustadz Abdul somad MA digandeng Prabowo. Dua tokoh ini sama-sama berlatar NU dan punya reputasi akademis yang mumpuni. Hanya saja, penentuan cawapres harus melihat realitas politik yang dilihat Sang Capres dan partai pengusungnya.

Menjadi capres itu tidak gampang. Ia harus punya logistik, mampu membaca realitas politik saat ini dan 5 tahun berikutnya. Jangan asal mendeklarasikan diri dan kesana kemari pakai peci seperti yang dilakukan Jend (purn) Gatot nurmantyo dan Hary tanoe. Untuk siapa pun elit politik yang berikhtiar menjadi Presiden setelah berlalunya era Jokowi, pilih cawapres NU. Wallahu'allam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun