Hari senen 11 juni 2018, ketum PW Muhammadiyah Dr. Saad ibrahim M.A memberi tausyiah ba'da sholat shubuh di Masjid manarul islam, Perumnas Sawojajar. Dalam surah fathir ayat 28, Allah swt memberi penghargaan kepada ulama. Siapakah ulama itu?. Tidak ada dalam Quran dan hadis definisi yang baku tentang siapa mereka itu.
Terkait hal itu hanya ada isyarat siapa yang dinamakan ulama pada ayat 27-30. Pertama, tanda seseorang disebut ulama ialah mereka yang memahami & menganalisa fenomena alam. Tidak berhenti pada fenomena, tapi harus sampai pada nomena, Yakni Allah swt.
Banyak yang ahli tentang kosmologi tetapi tidak sampai kepada Allah swt. Contoh mendiang Stephen hawking. Ia ahli fisika dan kosmologi. Sayangnya semasa hidup, ia punya pandangan Tuhan tidak ada.
Kedua, mereka yang memahami manusia dengan berbagai dimensinya. Bisa melalui sosiologi, antropologi, dan psikologi. Pengetahuan tentang manusia harus sampai pada ke maha besaran Allah.
Ketiga, harus bisa memahami Quran dan sunnah Nabi. Keempat, mendirikan sholat. Kelima, harus punya komitmen untuk bersama-sama masyarakat mendekatkan diri kepada Allah swt.
Jika melihat pemaknaan yang diungkapkan Dr. Saad ibrahim, ada satu tanda/kriteria yang kurang. Yakni seseorang bisa disebut ulama jika ia membela dan menolong agama allah seperti yang termaktub dalam surah Muhammad ayat 7. Janji Allah itu pasti bagi ulama yang punya kepedulian terhadap agama Islam. Allah akan mengokohkan kedudukan dan muru'ahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H