Mohon tunggu...
Fadh Ahmad Arifan
Fadh Ahmad Arifan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah bersekolah di MI Attaraqqie. Penggemar mie ayam dan Jemblem

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Identitas Komik Indonesia

18 Januari 2018   14:29 Diperbarui: 18 Januari 2018   14:47 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Stasiun televisi lain hanya beritakan Sidang Ahok dan ulang tahun Partai Banteng. Stasiun berita satu milik Mochtar riady pada 10Januari 2017 mengulas perbincangan mengenai Komik indonesia. Narasumbernya bukan abal-abal. Pertama Dr. Seno gumira dan Owner penerbit Cendana art, Mas beng Rahadian.

Tentang Komik indonesia. Komik pertama yang saya miliki adalah Komiknya mas Aji prasetyo "Hidup itu indah". Komik berformat opini yang didalamnya berisi gambar-gambar yang diangkat dari pengalaman sekitar, kritik kepada kaum puritan dan suguhan sejarah perang jawa. Berawal dari komik inilah saya mulai mengumpulkan komik-komik buatan anak dalam negeri. 

Mulai komiknya mas Veby (bergenre religi). Komik K. Jati yang amat vulgar dan hanya untuk usia diatas 17 keatas, komik Koel (Kurnia harta winata), komik Strip si Juki karya Faza meonk dan komik KRL karya Eko S. bimantara, hingga komik "Si buta dari Gua hantu" Ganes T.H. Komik Juki sudah menembus Bioskop. Sementara yang lain belum bisa mengikuti jejak Faza meonk.

Presenter membuka pertanyaan pertama, seperti apa identitas komik buatan anak dalam negeri? "Identitasnya kita harus melihat bukan visualnya, mudah-mudahan tiap komikus menemukan dirinya dimana dalam membuat gambar. Yang lebih penting ia mampu menceritakan pola pikirnya sebagai orang indonesia." kata Beng rahadian.

Dari jawaban mas Beng, bisa kita pahami namanya komik indonesia harus mengangkat visual yang mengandung unsur pola pikir dan kultur orang indonesia. Sekarang jumlah komikus banyak, baik cetak maupun online. Untuk menghargai karya mereka digelar acara Kosasih award.

Selera komik di zaman facebook bukan hanya action dan horor, melainkan bergeser ke humor dan komik strip (1 chapter isi 4-6 panel). Komik strip ini ada efek negatifnya menurut mas Beng. Ia akan membuat komikus indonesia tidak bisa lagi menceritakan secara utuh akan fenomena aktual yang terjadi. 

Yang paling penting adalah bagaimana Pemerintah mendukung tumbuh kembangnya industri komik buatan anak negeri. Hapus pajak buku dan berikan mereka pendanaan yang cukup. Jangan sampai kian kalah bersaing dengan komik-komik asal jepang dan Amerika.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun