Mohon tunggu...
Fadh Ahmad Arifan
Fadh Ahmad Arifan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Pernah bersekolah di MI Attaraqqie. Penggemar mie ayam dan Jemblem

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Doa Qunut untuk Palestina

5 Januari 2018   20:31 Diperbarui: 6 Januari 2018   07:56 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ustadz Dr. Muhammad Zaitun Rasmin, MA, salah satu penggerak aksi 212 dan 411 pada 5 januari 2018 berkhutbah di Masjid Al-Firdaus Kota Malang. Pada hari-hari sebelumnya beliau memberi tausyiah di masjid Jenderal ahmad yani dan masjid Abu Dzar Al-Ghifari. Dalam khutbahnya beliau berkata memakmurkan masjid adalah salah satu ibadah yang agung. “Siapa yang memakmurkan masjid, maka ia melakukan apa yang dicintai oleh Allah swt” ujar beliau. Masih kata beliau, “Jadikan memakmurkan masjid sebagai salah satu cita-cita hidup anda”. Terdapat 3 Tujuan mengapa masjid dibangun, pertama, sebagai tempat sholat berjamaah khususnya sholat jumat. Kedua, tempat diajarkan ilmu. Adanya Madrasah pertama dalam sejarah Islam bermula dari masjid. Ketiga, Masjid adalah pusat aktivitas dakwah dan sosial.

Mengapa sebagian besar masjid sepi? Karena iman yang lemah dan kurangnya pemahaman terhadap keutamaan sholat berjamaah di masjid”. Kalau saya cermati lewat buku-buku Sejarah peradaban islam, duhulu daya tarik masjid terletak kepada ulama dan koleksi perpustakaannya. Tak heran, umat Islam di masa Keemasan Khulafaurrasyidin, Bani Umayyah dan Abbasiyah, antusias datang ke masjid untuk menimba ilmu dan membedah kitab karangan ulama. Kini, kebanyakan pengurus masjid cuma sanggup menyediakan penghafal Quran untuk imam masjid dan membuka Taman pendidikan Quran, padahal yang lebih utama adalah seberapa sering mengadakan Taklim yang bermutu. Agar jamaah sekitarnya tertarik ke masjid.

Selain itu, beliau mengingatkan hilangnya peran masjid sebagai pusat amar ma’ruf. Padahal dulu ketika Rasulullah saw hidup dan generasi setelahnya, disekitar masjid tidak ditemukan orang-orang yang berbuat kemungkaran. Pada masa sekarang, alangkah baiknya menurut Dr. Zaitun rasmin, pengurus masjid mendorong orang-orang kaya untuk ikut berperan memakmurkan masjid. Mintalah mereka untuk peduli terhadap kekurangan-kekurangan fasilitas masjid. Jangan lupa, anak-anak kecil dibiasakan agar betah dengan suasana masjid. Pengurus harus menyediakan pendamping anak-anak. Lengkapi pula masjid dengan fasilitas berupa kamar mandi khusus untuk jenazah, poliklinik dan taman bermain untuk anak-anak. “Kesakralan dan keharuman masjid juga perlu dijaga.” kata beliau. Tidak bisa dipungkiri, persoalan keharuman karpet, sajadah dan kebersihan kamar mandi sering luput dari perhatian pengurus masjid. Syukurlah aroma di dalam Masjid Al-Firdaus sudah harum.

Sebelum mengakhiri khutbah jumatnya, sambil menitikkan air mata, beliau mengingatkan kepada jamaah sholat jumat di masjid Al-Firdaus kota Malang agar tak melupakan nasib Masjidil Aqsha. “Masjidil aqsha adalah kiblat pertama kita… meski dalam kondisi dijajah Zionis, sampai kapan pun umat islam wajib peduli. Minimal dengan doa, berunjuk rasa dan kalau mampu meniru jejak Shalahuddin al-Ayyubi.” Kata peraih gelar Doktor kehormatan dari International Electronic University Mesir.

Dr. Zaitun rasmin memimpin sholat Jumat. Rakaat pertama membaca surah al-Isra’ dan rakaat kedua surah al-Fiil. Diluar dugaan, beliau membaca doa Qunut untuk bangsa Palestina dan Masjidil Aqsha. Pasca sholat jumat, saya berjabat tangan dan minta ijin, “Ustadz saya ijin menulis dan mengunggah intisari khutbah jumat antum”.  “Silahkan akhi...” Jawab Ustadz yang kini menjadi Ketua umum Wahdah islamiyah. Wallahu’allam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun