Lagi asyik menonton televisi, Sabtu malam sekitar pukul 19.57 wib penulis mendapat kabar duka bahwa mantan Rois syuriah PWNU Jawa timur yang juga pengasuh Ponpes Nurul huda, KH. Achmad Masduqi mahfudz telah wafat. Penulis baca juga di status salah satu dosen UIN malang, Kiai masduqi wafat di RSUD Saiful anwar. Tidak diketahui sakit apa, tapi menurut penjelasan teman penulis di Gondanglegi, wafatnya beliau karena umur beliau yang diatas 75 tahun.
Kabar tentang wafatnya almarhum, penulis sampaikan kepada ayahanda. Ayahanda penulis spontan mengucap “Innalillahi wa inna ilahi rajiun”. Sesaat kemudian, ayahanda bercerita perihal almarhum. Ketika tahun 1995, almarhum bersama istri datang ke toko emas ayahanda di Pasar besar kota malang. Menurut penjelasan ayahanda, almarhum membeli beberapa gram perhiasan emas berupa kalung yang akan dihadiahkan untuk bu Nyai Chasinah. Membelinya tanpa menawar, ini pun sempat membuat ayahanda sungkan.
Sebatas pengetahuan Ayahanda, kiai sepuh kelahiran Jepara 1 Juli 1935 ini sebelum digelari “Kiai khos” di era Gus dur memimpin, almarhum tidak terikat dengan parpol manapun. Namun ketika tahun 2009 penulis pernah menyaksikan almarhum pada salah satu TV Lokal malang. Kalau tidak salah, bertepatan acara Istighosah sekaligus memperkenalkan salah satu putra beliau yang nyaleg melalui Partai PKNU.
Seumur-umur penulis hanya sekali bertemu beliau pada tahun 2012 dalam sebuah Seminar Internasional di kantor PWNU Jatim. Selebihnya sempat mengikuti fatwa-fatwa beliau di majalah Aula. Almarhum yang pernah menjadi dosen Tadribul Qiraah (bimbingan membaca kitab), bahasa Arab, akhlak, dan tasawuf. di IAIN Sunan Malang ini punya perhatian besar terhadap pendidikan putra putrinya. Salah satunya kepada mahaguru penulis yaitu Dr. KH. Isroqunnajah atau yang akrab dipanggil Gus Is. Salah satu kisah unik yang penulis ingat, bahwa ketika Gus Is berniat kuliah di UIN Jogjakarta, almarhum memberi ijin asalkan Gus Is hafal di luar kepala isi kitab Alfiyah karangan Ibnu Malik. Salah satu hasil didikan pesantren almarhum adalah KH. Marzuki Musytakmar dan KH. Chamzawi. Keduanya saat ini tercatat sebagai dosen di UIN Maliki Malang.
Dawuh almarhum semasa hidup sebgaimana dinyatakan M. Syamsudini di website resmi NU, “Pesan beliau masih terngiang jelas. Jaga shalat berjamaah karena didalamnya mengandung kenikmatan luar biasa. Kalo terpaksa nggak ada yang diajak jamaah. Kumandangkan iqamah maka ada dua malaikat yang ikut berjamaah dengan kita”. Dari info terbaru yang penulis dapatkan, almarhum disolatkan pada hari Minggu 2 Maret 2014 di Masjid agung jami’ kota Malang; serta dimakamkan ba’da dhuhur di lingkungan PP Nurul Huda mergosono. Tak lupa, penulis berdoa semoga amal kebaikan beliau di terima di sisi-Nya dan ada generasi berikutnya yang bisa meneruskan perjuangan dakwah KH. Masduqi. Wallahu’allam bishowwab
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H