Mohon tunggu...
Fadel Zifa Zila
Fadel Zifa Zila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswa

Belajar dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Tanggapan dan Peran Mahasiswa Farmasi terhadap Masalah Penolakan Vaksin Covid-19

25 April 2021   16:39 Diperbarui: 25 April 2021   17:11 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, perkenalkan saya Fadel Zifa Zila ( NIM N011191041 ) dari fakultas farmasi  Universitas Hasanuddin . Pada artikel kali ini , saya akan membahas tentang " Tanggapan dan Peran Mahasiswa Farmasi Terhadap Masalah Penolakan Vaksin Covid - 19 " .

COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 ( SARS-CoV-2 ). Gangguan yang dapat disebabkan oleh COVID-19 yaitu beragam seperi gangguan sistem pernapasan, mulai dari gejala yang ringan seperti flu, hingga infeksi paru-paru, seperti pneumonia . COVID-19 merupakan infeksi virus yang sangat mudah menular dan patogen yang disebabkan oleh sindrom pernafasan akut corona virus 2 (SARS-CoV-2) yang muncul di Wuhan, Cina dan menyebar ke seluruh dunia . SARS-CoV-2 berhubungan dengan virus kelelawar yang seperti sindrom pernafasan akut.

Oleh karena itu , kelelawar menjadi penyebab utama dari menyebarnya virus ke manusia yang pada akhirnya virus tersebut dapat berpindah dari manusia ke manusia . Corona virus sendiri mengandung gen yang spesifik di daerah hilir ORF1 yang mengkodekan protein untuk replikasi virus , nukleokapsid dan lonjakan formasi . Spike glikoprotein di permukaan luar coronavirus bertanggung jawab atas lampiran dan masuknya virus ke dalam sel . Daerah yang mengikat reseptor ( RBD ) secara bebas terpasang di antara virus . oleh karena itu , virus tersebut dapat menginfeksi sejumlah host atau orang . Coronavirus lainnya kebanyakan menggunakan pengenalan aminopeptidase atau karbohidrat sebagai reseptor utama untuk masuk ke dalam sel manusia , sementara SARS-CoV dan MERS-CoV mengenali exopeptidase . 

SARS-CoV-2 diidentifikasi pada awal Januari dan urutan genetiknya dibagikan secara publik pada 11-12 Januari 2019 . Urutan genetik yang ditemukan menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki asal ekologis pada populasi kelelawar . Semua bukti yang tersedia untuk mengidentifikasi COVID-19 menunjukkan bahwa SARS-CoV-2 memiliki sumber zoonosis , dapat dilihat saat semua sekuens genetik yang diterbitkan SARS-CoV-2 yang diisolasi dari kasus manusia sangat mirip . Hal ini menunjukkan bahwa wabah mulai dihasilkan dari satu titik pengenalan pada populasi manusia sekitar waktu itu saat virus pertama kali dilaporkan pada manusia di Wuhan , Cina pada Desember 2019. 

Gejala dari COVID-19 yaitu pasien yang mengidap COVID-19 akan mengalami bersamaan dengan  kelelahan , nyeri otot , batuk kering , nyeri dada , sakit kepala , pilek atau hidung tersumbat , menggigil , bersin -- bersin , hilangnya kemampuan mengecap rasa dan hilangnya kemampuan mencium bau ( anosmia ) . Beberapa dari mereka mungkin mengalami mual dan diare beberapa hari sebelum timbulnya gejala . kemudian pada hari kelima pasien  akan merasakan masalah pernapasan terutama jika mereka berusia lanjut atau memiliki kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya . Gejala COVID-19 ini bisa muncul dalam 2 hari sampai 2 minggu setelah seseorang terinfeksi virus penyebabnya . 

Sebagian dari pasien COVID-19 pun ada yang mengalami penurunan oksigen tanpa adanya tanda gejala apapun . Kondisi ini disebut dengan happy hypoxia . Selain itu , beberapa dari laporan kasus juga menyebutkan bahwa sebagian pasien COVID-19 yang dapat mengalami ruam kulit . Pada beberapa kasus COVID-19 yang parah , penyakit ini dapat menyebabkan beberapa komplikasi serius seperti kematian gagal jantung , gagal hati akut , pneumonia , gagal ginjal , gangguan pembekuan darah dan infeksi sekunder pada organ lain . 

Untuk memastikan apakah gejala-gejala yang dialami seseorang termasuk dalam gejala dari virus Corona perlu dilakukan rapid test atau PCR . namun , beberapa penderita COVID-19 yang dapat tidak menimbulkan gejala sama sekali . Orang yang sudah terkonfirmasi positif COVID-19 melalui pemeriksaan RT-PCR namun tidak mengalami gejala disebut sebagai kasus konfirmasi asimptomatik . Penderita ini tetap bisa menularkan COVID-19 ke orang lain .

COVID-19 seperti yang kita tahu sudah berlangsung cukup lama dan sampai saat ini masih banyak orang yang terkena penyakit tersebut . Banyak tindakan pencegahan yang telah dikerahkan pemerintah untuk mencegah penyebaran dari penyakit ini tetapi penyakit ini masih terus menyebar . COVID-19 dapat dengan mudah menyebar dan menginfeksi siapapun tanpa pandang usia . Virus ini dapat menular secara mudah melalui kontak dengan penderita . 

Pada 30 Januari 2020 , Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ) secara resmi mendeklarasikan epidemi COVID-19 sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional . Berdasarkan data yang dirilis Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Republik Indonesia , jumlah kasus terkonfirmasi positif hingga 19 April 2021 adalah 1.609.300 orang dengan jumlah kematian 43.567 orang . Berdasarkan dari kedua angka ini dapat disimpulkan bahwa case fatality rate atau tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit COVID-19 di Indonesia sudah masuk  sekitar 2,7% . Case fatality rate merupakan presentase dari jumlah kematian pada seluruh jumlah kasus positif COVID-19 yang sudah terkonfirmasi dan telah  dilaporkan . 

COVID-19 dapat dengan mudah menginfeksi siapa saja, namun efek yang diberikan akan lebih berbahaya atau bahkan fatal jika dapat menyerang orang lanjut usia , ibu hamil , perokok , penderita penyakit tertentu , dan orang yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah , misalnya seperti penderita kanker.

Mekanisme masuknya coronavirus pada manusia bergantung pada pelindung sel yang mencakup kateter seperti protease manusia, kateter dan protease transmembran serine 2 ( TMPRSS2 ) yang bekerja membagi protein spike dan membentuk perubahan penetrasi lebih lanjut . MERS-coronavirus menggunakan dipeptidylpeptidase 4 (D PP4 ) , sedangkan HCoV-NL63 dan SARS-coronavirus membutuhkan Angiotensin-Converting Enzyme 2( ACE2 ) sebagai reseptor utama . SARS-CoV-2 memiliki struktur yang khas dengan protein paku dan juga mengungkapkan protein polyoprotein dan protein membrane , seperti RNA polymerase , 3-chymotrypase , seperti protease , helicase , glikumprotein , dan protein aksesori . 

Protein paku SARS-CoV-2 yang berisi struktur 3-D di daerah RBD berkerja untuk mempertahankan kekuatan van der waals . Sisa dari zat perekat 394 di kawasan RBD di SARS-CoV-2 dikenali dari sisa listrik 31 yang penting pada reseptor ACE2 manusia . Dikarenan mudahnya penularan, sehingga membuat penyakit ini juga memiliki resiko tinggi untuk menginfeksi para tenaga medis yang sedang merawat pasien yang mengidap COVID-19 . Oleh karena itu , para tenaga medis dan orang yang melakukan kontak dengan pasien COVID-19 perlulah menggunakan alat pelindung diri ( APD ). Selain itu ,  pemerintah bersama dengan perusahaan farmasi dan berbagai institusi kesehatan kini juga sendang mengembangkan dan meneliti vaksin COVID-19.

Setelah melalui uji klinis dan dinyatakan efektif dan aman diberikan pada manusia , pembuatan vaksin COVID-19 akan diteruskan secara massal agar dapat diberikan kepada masyarakat . Beberapa tindakan pencegahan penyebaran Covid-19 yang dapat dilakukan yaitu seperti penerapan physical distancing ( menjaga jarak dengan orang lain ) , menggunakan masker saat keluar rumah untuk beraktivitas , sering -- sering dan biasakan untuk selalu mencuci tangan setelah melakukan Sesutu dan sebelum makan , menjaga daya tahan tubuh agar tetap sehat dan fit , hindari kontak dengan pasien penderita COVID-19 , dan selalu menjaga kebersihan benda yang sering disentuh dan lingkungan .

Pemerintah sudah menjalankan program vaksinasi Covid-19 secara massal , namun hal itu tidak berjalan mulus sejak awal dimulai sosialisasinya. Selama sosialisasi untuk program vaksinasi Covid-19 secara massal , narasi penolakan masyarakat diikuti hoaks seputar vaksin , seperti vaksin Covid-19 memiliki efek yang dapat membuat organ reproduksi laki -- laki menjadi lebih besar , dapat membuat seseorang menjadi buaya , dapat menyebabkan autism dan masih banyak lagi . Hal tersebut membuat banyak warga masyarakat menjadi takut untuk menggunakan vaksin Covid-19 . 

Beberapa alasan lain dilakukannya penolakan penggunaan vaksin Covid-19 oleh masyarakat yaitu di karenakan keamanan dari vaksin, keraguan akan tingkat keefektifitas vaksin , kekawatiran adanya efek samping terhadap penggunaan vaksin dan beberapa alasan keagamaan . Bukan hanya pada saat ini saja fenomena penolakan menggunakan vaksin seperti ini muncul . 

Dari berbagai literatur hasil penelitian yang telah diterbitkan oleh sejumlah jurnal internasional terakreditasi disebutkan bahwa keraguan (hesitancy) dan penolakan (refusal) terhadap penggunaan vaksin sudah menjadi fenomena yang ditemukan jauh sebelum mulainya pandemi Covid-19 . 

Mengingat bahwa pandemi Covid-19 yang ditimbulkan oleh virus corona SARS-CoV-2 ini masih baru dan vaksin yang akan diberikan juga masih baru . selain itu beberapa vaksin bahkan masih dalam fase penelitian dan uji coba. namun , sebagian besar dari kalangan paramedis dan WHO meyakini bahwa vaksin merupakan satu solusi yang diharapkan dapat  mampu menjadi upaya preventif atau mitigasi untuk mencegah , memutus , ataupun paling tidak memperlambat proses transmisi dan penularan suatu penyakit, termasuk Covid-19 . Program vaksinasi Covid-19 secara massal diawali dengan penyuntikan kepada Presiden Joko Widodo . 

Selanjutnya , vaksin Covid-19 disuntikkan secara bertahap kepada para tenaga medis, pejabat publik hingga sampai para tokoh agama . pemerintah juga telah mebuat sebuah hukum bagi orang -- orang yang menolak menggunakan vaksin Covid-19 yaitu bagi yang menolak menggunakan vaksin Covid-19 akan mendapat hukum penjara dan denda hingga sampai Rp 100 juta . 

Dari sudut pandang saya sebagai penulis dan juga sebagai mahasiswa farmasi penolakan -- penolakan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut hanya akan membuat pandemi Covid-19 ini berlangsung lebih lama lagi . maka saya bepikir bahwa bagi mahasiswa farmasi untuk dapat membantu untuk mensosialisasikan penggunaan vaksin Covid-19 dan keberhasilan uji klinis terhadap vaksin Covid-19 dengan tingkat efektivitas dan keamanan tinggi , dengan efek samping yang tidak membahayakan kesehatan kepada masyarakat luas dan membantu pemerintah dalam melaporan berita hoaks mengenai efek vaksin Covid-19 . selain itu juga dapat tetap melakukan dan mensosialisasikan protocol kesehatan 3M yaitu menggunakan masker , mencuci tangan dengan sabun , dan menjaga jarak harus tetap dilakukan selama masa pandemi .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun