Kegiatan selanjutnya di alur kelima elaborasi pemahaman, saya ditugaskan untuk memberikan pertanyaan yang dapat menguatkan pemahaman saya tentang isi modul 3.2. Beberapa pertanyaan yang akan menguatkan pemahaman saya akan materi konsep di modul 3.2 adalah:
- Dalam modul ini dibahas mengenai manfaat dari Asset-Based Approach, adakah kekurangan yang dimiliki pada pendekatan tersebut?
- Dari ke-7 modal yang disebutkan dalam modul 3.2 ini, adakah modal yang menjadi sangat prioritas, sehingga menjadi urutan/level modal?
- Bagaimana tips agar setiap warga sekolah selalu menerapkan PKBA dalam setiap perencanaan kegiatan yang akan dilaksanakan?
Selanjutnya Elaborasi pemahaman, kegiatan diskusi virtual lewat google meet bersama instruktur, disini memberikan penguatan tentang modul 3.2 ini.
Kegiatan selanjutnya yaitu alur yang keenam adalah koneksi antar materi mengaitkan materi pemimpin dalam pengelolaan sumber daya dengan materi yang telah didapatkan pada modul sebelumnya.
Dan Alur terakhir dari alur merdeka adalah aksi nyata. Pada aksi nyata ini kami sebagai calon guru penggerak diminta untuk melakukan aksi nyata dengan mengidentifikasikan sumber daya sebagai aset/kekuatan yang dimiliki sekolah. Identifikasi sumber daya sekolah dilakukan secara kolaboratif agar semua warga sekolah dapat bersama-sama mengetahui dan memanfaatkannya untuk peningkatan kualitas pendidikan.
Perasaan (Feeling)
Perasaan sebelum mempelajari modul 3.2 ini saya berpikir kekurangan dan masalah yang ada di sekolah dan saya berpikir bahwa aset yang ada di sekolah hanya berupa sarana dan prasarana yang di sekolah. Setelah mempelajari modul 3.2 pemimpin dalam pengelolaan sumber daya akhirnya saya mampu merubah cara berpikir saya bahwa kita harus berpikir berbasis aset/kekuatan. Dengan cara pandang berbasis aset ini membuat saya mengoptimalkan aset/modal dan kekuatan yang ada untuk melaksanakan program sekolah. Berpikir berbasis aset/kekuatan sangat penting dimiliki oleh seorang pemimpin karena pemimpin harus dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam ekosistem sekolahnya. Dengan memaksimalkan potensi yang ada dapat menggerakan ekosistem sekolah untuk dapat berpikir positif dalam mengembangkan sekolah.
Perasaan saya setelah mempelajari modul sangat senang, bersemangat, dan optimis bahwa kita begitu banyak memiliki aset/modal potensi yang belum tergali dan belum dimanfaatkan dengan optimal. Saya juga senang karena dapat berbagi praktik baik bagaimana kita memetakan aset/modal yang ada di sekolah. Dengan memetakan aset/modal yang ada kita dapat memanfaatkannya untuk merencanakan program yang berdampak bagi murid. Hasil pemetaan aset dan pemanfaatannya membuat kami optimis untuk memanfaatkan aset/modal yang dimiliki untuk mengembangkan sekolah yang berdampak bagi murid. Saya juga senang dapat mengajak rekan-rekan sejawat untuk berpikir berbasis kekuatan. Berpikir berbasis kekuatan ini membuat kita menyadari potensi yang dimiliki dan dimanfaatkan dalam program-program sekolah.
Pembelajaran (Findings)
Pembelajaran yang saya peroleh dalam modul ini yaitu kami diajak untuk mengingat dan menulis tentang sekolah adalah sebuah ekosistem yang terdiri dari faktor biotik dan abiotik yang saling berinteraksi untuk menciptakan hubungan yang selaras dan harmonis. Faktor biotik seperti murid, kepala sekolah, guru, staf sekolah, pengawas sekolah, orang tua, masyarakat sekitar sekolah, dinas terkait, dan pemerintah daerah saling memengaruhi dan membutuhkan keterlibatan aktif satu sama lainnya. Sedangkan faktor abiotik seperti keuangan, sarana dan prasarana, dan lingkungan alam juga berperan aktif dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Dengan memahami ekosistem sekolah, diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antara semua faktor yang terlibat dalam proses pendidikan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam pengelolaan sumber daya dapat dilakukan dengan 2 pendekatan, yaituÂ
- Pendekatan berbasis kekurangan (deficit-based approach) akan memusatkan perhatian pada masalah dan kekurangan yang ada di sekolah.
- Pendekatan berbasis aset (asset-based approach) akan memusatkan perhatian pada kekuatan dan potensi yang ada di sekolah.
Pendekatan berbasis aset memiliki manfaat yang lebih positif dalam mengembangkan diri dan mencari peluang, daripada pendekatan berbasis kekurangan yang cenderung menimbulkan pikiran negatif. Oleh karena itu, sebaiknya kita mengadopsi pendekatan berbasis aset untuk melihat sumber daya sekolah agar dapat memanfaatkan kekuatan dan potensi yang ada untuk mencapai kesuksesan.