2. Perasaan:Â
Pada momen saat saya memahami tentang teori otak triune ini, bahwa kita juga memiliki otak reptil yang mengelola semua otomatisasi dan reflek di tubuh demi kelangsungan hidup kita, sehingga mampu mengkonservasi energi yang digunakan otak.Â
Bagian otak yang juga berfungsi mengotomatisasi kerja organ dalam tubuh, seperti: jantung, hati, paru-paru, dan lain-lain yang terkait dengan sistem pernapasan, metabolisme, reproduksi, hormon, suhu tubuh, bertahan hidup seperti: refleks untuk fight, flight, freeze (melawan, kabur, diam). Maka pada saat itu saya merasa sedikit aneh dan heran, karena dalam diri manusia ada sifat kebinatangan yang ada dalam otak kita, tapi ya itulah kenyataannya. Â
3. Pembelajaran:Â
Sebelum momen tersebut terjadi, saya berpikir bahwa otak kita adalah otak luhur manusia, dan sekarang saya berpikir dan menyadari bahwa dari bagian-bagian itu benar-benar menunjukkan betapa ‘complicated’ dan canggihnya sistem koordinasi otak kita, dan atas fakta ini menunjukkan betapa kemahakuasaan Sang Pencipta, Allah SWT. Jadi, di sini perlu diingat bahwa secara alamiah kita mempunyai kecenderungan untuk mengkonservasi energi. Insting kita akan lebih cepat bereaksi dan mengklasifikasikan sesuatu sebagai ancaman, ketimbang harus menganalisanya terlebih dahulu apakah benar itu adalah ancaman.Â
Kabar baiknya, otak luhur manusia juga dilengkapi dengan kemampuan untuk belajar. Tidak statis tapi elastis. Dengan demikian, penggunaan sistem berpikir lambat, penggunaan otak luhur (manusia) dapat kita pelajari agar tidak begitu saja memperkenankan sistem berpikir cepat (otak reptil dan mamalia) mengambil alih kendali diri kita.
Maka pelajaran yang saya dapatkan, bahwa kita harus bisa mengontrol dan menuntun otak reptil-mamalia kita, juga para peserta didik kita, untuk selalu dalam lingkupan kontrol otak luhur kita.
4. Penerapan ke depan (Rencana):Â
Sebagai penerapan ke depan (rencana) saya, saya berusaha menjawab pertanyaan pemantik tentang apa pengembangan diri yang sederhana, konkret dan rutin yang dapat saya lakukan sendiri dari sekarang, untuk membantu menguatkan nilai-nilai dan peran saya sebagai Guru Penggerak.Â
Untuk menjawab pertanyaan ini, hal sederhana, konkret, dan rutin untuk melakukan pengembangan diri antara lain adalah:Â
1) membuat suasana belajar yang menyenangkan;Â
2) melaksanakan pembelajaran yang berpihak pada murid;Â
3) mengikuti pelatihan-pelatihan pengembangan diri secara mandiri, baik daring maupun luring;Â
4) sering membuat refleksi sederhana, sehingga ada jejak terhadap proses perbaikan kita.
Demikian sedikit pemikiran saya pada artikel kali ini, semoga menginspirasi sobat hebat semua dan sampai jumpa lagi pada artikel selanjutnya....!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H