[caption id="" align="aligncenter" width="403" caption="Bangunan tua bersejarah (dok. pribadi)"][/caption] Di tengah modernisasi bangunan di kota Makassar saat ini, terdapat satu bangunan tua yang masih bisa dinikmati sekarang. Bangunan itu bernama Fort Rotterdam.
Pada Sabtu (24/1/2015) cerah kemarin, saya menyempatkan waktu menikmati benteng berusia sekira 500 tahun itu. Sekira satu jam saya berjalan mengelilingi kompleks Benteng yang cukup luas.
Sejatinya, benteng itu milik Kerajaan Gowa. Dibangun pada 1545 dan diberi nama Benteng Panyua atau Benteng Ujung Pandang.
Pada 1667, benteng itu direbut oleh Belanda. Namanya lalu dirubah menjadi Fort Rotterdam. Unsur arsitektur eropa klasik ala Belanda mendominasi semua bangunan dalam kompleks benteng. Arsitektur peninggalan Kerajaan Gowa yang tersisa hanyalah dinding sekeliling benteng yang terbuat dari bahan dasar batu padas yang diambil dari Maros.
Secara umum, unsur keotentikan benteng masih kelihatan. Namun, mata saya sedikit terganggu dengan keberadaan air conditioner (ac) yang melekat di hampir semua dinding bangunan. Saya juga sangat tidak sepakat dengan keberadaan museum La Galigo di benteng itu. Entahlah, menurut saya tidak tepat saja. Begitu pula ruang seni dan beberapa elemen lainnya yang tidak nyambung dengan sejarah benteng.
Satu lagi, seandainya saya memiliki kekuasaan di kota Makassar, saya akan membersihkan semua bangunan di depan benteng. Saya akan membiarkan laut lepas kelihatan dari benteng. Dengan begitu, setiap pengunjung bisa membayangkan fungsi dari benteng itu di masa lalu. [caption id="" align="aligncenter" width="415" caption="Arsitektur gaya eropa (dok. pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H