Oleh: Muhammad Fachrul Hudallah (Mahasiswa Fakultas Hukum universitas Wahid Hasyim Semarang)
Â
"Belajarlah dari manapun. Jangan remehkan, dan hormatilah sebagai sesuatu yang berharga"
Setelah virus corona marak dibicarakan oleh semua kalangan, orang gila juga menjadi topik pembicaraan mereka. Banyak yang bertanya-tanya, orang gila kan cenderung hidup di lingkungan yang kotor, kemudian mereka juga tidak memakai masker, tidak mencuci tangan dengan sabun, dan tidak menggunakan hand sanitizer, kenapa tidak ada berita yang memberitakan ada orang gila yang positif corona? Hmm kenapa ya? Nah ini jawabannya!Â
Maraknya virus yang bernama covid-19 atau di kenal dengan nama corona, membuat masyarakat khawatir apabila terjangkit dan tertular penyakit tersebut. Korban yang berjatuhan di Indonesia telah banyak dan sekarang pemerintah telah menetapkan PSBB sehingga dihimbau untuk di rumah saja walaupun banyak yang tidak di beri bantuan.
 Nah, saat ini orang-orang dari golongan tua, dewasa, remaja, hingga anak-anak membicarakan virus corona. Tetapi, dari sekian banyaknya yang terkena virus corona, ternyata tidak terdapat orang gila yang dinyatakan positif. Hal tersebut membuktikan kekebalan orang gila dalam menghadapi penyakit yang perlu di tiru oleh semua masyarakat pada umumnya.
 Peremerintah telah berkali-kali mengingatkan kepada masyarakat agar selalu jaga kontak fisik (physical distancing), tetapi masyarakatnya aja yang bandel. Andai kalian tahu, orang gila sudah menerapkan physical distancing sejak dulu. Kan kalau kata Pram, adil sejak dalam fikiran, tetapi kalau kata orang gila physical distancing sejak dalam fikiran. Nah siapa yang mau nongkrong, berdekatan, dan berani sama orang gila?
Ketika orang pada umumnya tidak tertib, pantas saja mereka terkena virus corona, jadi udah nggak heran. Jubir Presiden terkait penanggulangan covid-19 telah memperingatkan berkali-kali dan memberitahukan berapa orang yang positif corona, meninggal dan sembuh. Mayoritas masyarakat udah dengar, tapi mereka masih tetap saja berkeliaran. Kalau kata orang jawa, "Mlebu kuping tengen, metu kuping kiwo."
Masih banyak yang masih diskusi di pojokan, mabar, dan lain sebagainya di tempat umum. Mereka tidak memperhatikan anjuran dari pemerintah. Kalau mereka sakit yang disalahkan siapa? Pemerintah. Nah enak ya orang yang suka nyalahin orang tapi nggak punya kesadaran di dalam dirinya. Kalau kata Bung Rocky, ini namanya "dungu."
Physical distancing itu dilakukan agar memutus penyebaran covid-19, pada dasarnya semua orang pengen sehat dan terhindar dari penyakit. Katanya, Â penularan virus corona dari air liur ketika batuk atau bersin, memegang benda yang telah di sentuh oleh penyidap, dan berkontak fisik dengan orang yang menyidap virus corona.
Mungkin orang pada umumnya perlu meniru orang gila yang telah menerapkan physical distancing. Tetapi jangan jaga kontak fisik secara terus menerus, beda lagi ceritanya kalau sudah nggak musim virus corona. Kalau masih marak corona, perlu menerapkan physical distancing seperti orang gila. Tetapi nanti kalau sudah meredam masih menerapkan physical distancing, bisa-bisa di klaim sombong sama orang lain lagi.
Nah, bukan saja masalah physical distancing yang harus di tiru agar tetap kebal seperti orang gila di masa pandemi, tetapi terdapat hal lain. Nah kira-kira apa itu?
Saya menyebutnya dengan dua kata, yaitu tetap selow. Banyak ditemukan bahwa orang gila di jalan hanya menggunakan celana pendek dan baju dalam, tetapi mereka tetap selow. Dia tidak memikirkan orang lain yang menilainya buruk dan mereka juga tetap positive thinking. Pada dasarnya, mereka tidak mau memikirkan banyak hal yang dapat mengakibatkan over thinking, oleh sebab itu mereka mengambil langkah agar tetap selow.
Ada salah satu ahli yang bilang bahwa pertama kali yang di serang oleh penyakit itu adalah fikirannya. Nah kita tau sendiri bahwa orang gila itu mengalami gangguan fikiran sehingga susah untuk menerima informasi. Boro-boro hoax, akuratpun mereka tetap mengabaikan dan tidak mengerti. Nah, beda dengan orang pada umumnya yang selalu memikirkan masalah, beban hidup, dan merespon imajinasi terkait virus corona.
Orang gila tetap selow walaupun terdapat banyak informasi terkait corona dan mereka dalam zona bahaya. Mereka juga tidak memikirkan tentang bagaimana, apa, dan kenapa virus corona itu ada. Â Karena baginya, mereka hidup dengan hati dan tidak membebankannya pada pikiran.
Maraknya informasi di media sosia, membuat orang pada umumnya teracuni secara pelan-pelan sehingga dapat mengakibatkan gangguan psikologi seperti takut dan panik. Daripada membaca berita yang bisa menyerang psikologi, lebih baik main tik-tok. Mungkin selain mencari berita yang sesuai fakta, bisa juga meniru seperti orang gila dengan gaya tetap selownya.
Agar tetap aman dan kebal seperti orang gila, kedua hal tersebut sangat memungkinkan untuk dilakukan. Banyak orang yang bergerombol membicarakan mengenai virus corona, tetapi juga yang mereka bicarakan adalah berita yang tidak jelas asalnya. Ketika informasi itu disebarkan, secara tidak langsung memberikan virus ketakutak kepada orang lain. Supaya di era pandemi tetap kebal, patuhi anjuran pemerintah mengenai physical distancing dan di rumah saja.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI