Mohon tunggu...
Muhammad FachrulHudallah
Muhammad FachrulHudallah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

"Jika Aku bukan anak Raja, Penguasa, Bangsawan, dan dari kalangan Priyayi, Aku hanya dapat mengenalkan diriku melalui gagasan karyaku"

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Jika Kau Mencintaiku, Ikutilah Jalur Seleksinya

26 Januari 2020   00:46 Diperbarui: 26 Januari 2020   00:48 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Jika Engkau memilih sesuatu, tanggung jawablah dengan segala apa konsekuensinya. Pada dasarnya, agar menjadi manusia yang baik, dia harus sadar mengenai peran dan tanggung jawab yang di embannya" 

Di sebuah desa, tak mungkin tanpa adanya gadis desa yang secara de facto dan de jure dapat dibuktikan oleh mayoritas penduduk di wilayah tersebut. 

Gadis yang biasanya dikatakan cantik, mungkin presepsi masyarakat adalah putih, mulus, sopan, dan seksi seperti gitar Spanyol. Sebenarnya, cantik itu dimiliki oleh semua perempuan yang ada di Bumi yang indah ini. Tetapi, mungkin dogma yang di diskusikan masyarakat pada zaman dahulu berimbas kepada penduduk saat ini sehingga akibatnya adalah banyak yang menggunakan make up untuk memperindah diri.

 Perkenalkan, gadis desa itu bernama Tini yang lahir di desa Hudhud. Desa yang terkenal indah seperti keelokan dan kecantikan Tini yang sangat menarik jiwa dan raga sehingga tubuh kembali ke masa muda dan ingin bersaing mendapatkannya. Tini pasti dilahirkan oleh orang tua dengan persilangan genetika, yaitu dari Ayah dan Ibu. 

Ayah Tini bernama Ryan dan Ibunya bernama Melati. Bisa dikatakan, Tini cantik jasmani, rohani, hingga ke akalnya juga karena sering dibuat berfikir mengenai masalah-masalah disekitarnya dan dia mendapatkan gelar strata satu jurusan ekonomi pendidikan formalnya di Universitas yang terkenal di Ibu Kota.

 Umur Tini sekarang adalah 25 tahun dan sudah seharusnya menikah. Tetapi, banyak sekali yang mendekati Tini sehingga susah untuknya untuk memilih karena jika dia pilih salah satunya, maka yang lain akan patah hati. Di lain sisi, perempuan tidak boleh melakukan poliandri karena nanti akan dipertanyakan kejelasan kandungannya, anak dari siapa. 

Bapak Tini sebagai Kepala Desa yang sangat dihormati di desa Hudhud mengatakan kepada Tini, "Tin, bagaimana jika Bapak mengadakan seleksi melalui jalur pendaftaran dan wawancara?". 

Mendengar pertanyaan dari orang kesayangan Tini, dia berkata, "Yaudah kalau kata Ayah demikian, Tini manut saja, Pak". Pak Kepala Desa Hudhud akhirnya menjelaskan kepada Tini kenapa adanya pendaftaran dan wawancara, latar belakangnya adalah menelisik tentang tingkat keseriusan dan mental seseorang yang mau jadi suami Tini.

 Usul-usul dari Bapak Ryan, akhirnya Tini turuti karena dia tidak mau disebut sebagai anak yang durhaka. Tepat pada pagi harinya setelah berdiskusi panjang lebar pada malam hari, disebarkanlah browsur pendaftaran online dan deadlinenya adalah lusa. 

Ternyata, ketika lusa di cek terdapat 35 laki-laki yang mendaftar, dari desa Hudhud sendiri ada 15 orang dan selebihnya dari daerah lain. Tini bingung tak menentu dan mengatakan kepada orang tuanya, "Kenapa bisa sebanyak ini yang daftar ke Tini ya, Yah, Buk?". Bapak Kepala Kesa dan Istrinya menggelengkan kepalanya karena kebingungan. Akhirnya, tibalah saat wawancara pada keesokan harinya pada pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun